NovelToon NovelToon
Beauty To Crystal

Beauty To Crystal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.

Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.

Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Saling Dukung Meski Berjauhan

Hari-hari itu semakin padat. Langkah kaki mereka kini berlari mengejar mimpi, bukan lagi berjalan santai menyusuri koridor sekolah. Dunia mereka masing-masing mulai bergerak cepat. Tapi di sela-sela kesibukan itu, satu hal yang tetap utuh adalah rasa saling mendukung, meski jarak dan waktu tak lagi bersahabat.

Achazia menatap wajah modelnya dengan serius. Tangannya memegang kuas blending, menyapu eyeshadow gradasi ungu dan peach dengan penuh konsentrasi. Kelas hari itu adalah simulasi lomba MUA tingkat nasional. Semua peserta wajib menciptakan tampilan riasan kreatif sesuai tema “Ethereal Goddess”.

Setelah satu jam penuh berkutat dengan palet warna dan teknik detail, Achazia mundur dua langkah, menatap hasil karyanya.

“Achazia, detail tanganmu semakin halus. Kamu sudah siap maju ke lomba nasional,” puji dosennya.

Namun Achazia hanya tersenyum tipis. Di balik rasa bangga, ada keresahan. Ia rindu berbagi cerita receh tentang hasil makeup ini pada Brianna. Rindu mendengar komentar konyol Kaivan yang pasti akan menyebut hasil riasannya seram atau apapun. Dan rindu… rindu mendengar Elvareon memuji karyanya dengan tulus, dengan kalimat yang tak pernah terlalu manis, tapi selalu sampai ke hati.

Selesai kelas, Achazia langsung merekam video singkat.

"Ini hasil riasanku hari ini, guys. Jangan ngakak liat modelku jadi peri hutan ya."

Dia mengirimkannya ke grup chat Masa SMA Paling Chaos 🌀.

Di sisi lain, Kaivan duduk terdiam di ruang laboratorium, menatap hasil racikannya yang gagal lagi. Cairan di tabung reaksi malah berubah warna menjadi abu-abu keruh.

“Kaivan, kamu gak boleh sedih terus. Ini memang rumit. Tapi kamu tuh selalu gigih,” ujar Brianna yang sedang menemani Kaivan di lab.

Brianna sendiri baru saja selesai ujian praktikum mandiri. Tubuhnya lelah, tapi ia memaksakan diri tersenyum.

“Eh, Achazia baru kirim video,” ujar Brianna sambil membuka grup chat.

Achazia:

“Ini hasil riasanku hari ini, guys. Jangan ngakak liat modelku jadi peri hutan ya.”

Kaivan tertawa kecil dan langsung membalas.

Kaivan:

“CHA, KENAPA MODELNYA KAYAK SIHIR LEVEL 99?!”

Brianna:

“Tapi jujur keren banget sih, detail kelopak matanya epic.”

Achazia:

“Kaivan, hati-hati nanti aku rias kamu buat cosplay 😏”

Mereka tertawa lewat chat, dan itu cukup meredakan lelah. Namun, obrolan itu hanya sebentar. Kesibukan kembali memisahkan mereka.

Elvareon di St. Aurelius University

Elvareon sedang duduk di ruang belajar kampus, menatap tumpukan buku setinggi hampir setengah meter. Hari itu ia akan menghadapi ujian klinik pertamanya. Tangannya gemetar, tapi hatinya membara.

Ponselnya bergetar. Chat dari grup.

Kaivan:

“El, kamu masih hidup? Udah dua hari hilang.”

Achazia:

“Dia pasti lagi nikah sama buku anatomi. Gak ada undangan lagi.”

Elvareon akhirnya membalas.

Elvareon:

“Maaf, aku diculik sama organ dalam manusia.”

Brianna:

“Demi apa Elvareon bercanda? Ini keajaiban!”

Elvareon:

“Tapi serius, doakan aku besok. Ujian klinik pertama.”

Hening sejenak. Kemudian satu per satu mereka membalas dengan emoji semangat, kata-kata dukungan, dan foto-foto konyol agar Elvareon tertawa.

Kaivan mengirim foto dirinya mengenakan jas lab dengan keterangan, “Ini jas lab keberuntungan. Cuma bisa bikin formulasi gagal, tapi semoga menularin keberuntungan ke kamu.”

Achazia mengirim stiker wajah dirinya yang didesain jadi emoji tertawa sambil membawa kuas makeup.

Brianna mengirim voice note pendek.

“El, kamu udah ngelewatin banyak hal yang lebih sulit. Kalau kamu bisa ngelewatin SMA bareng kita yang penuh chaos, ujian klinik ini nothing.”

Elvareon menatap layar ponselnya, tersenyum dalam diam. Ia merasa tak sendiri.

Malam itu, ia memotret meja belajarnya. Tumpukan buku, catatan penuh stabilo, dan secangkir kopi.

Elvareon:

“Demi impian yang sama, meski jalan kita beda.”

Mereka membalas dengan satu kata serentak.

“FIGHTING!”

Minggu-minggu berikutnya berjalan dengan cepat. Achazia semakin larut dalam latihan lomba, kadang hanya tidur 3-4 jam sehari. Brianna dan Kaivan bergantian menjalani mempelajari praktikumnya. Mereka selalu bersama, tapi saling memberi semangat antar teman. Jangan sampai ada perasaan diantara mereka.

Sementara itu, Elvareon mulai mengikuti praktik di rumah sakit. Ia menjadi asisten di ruang IGD, membantu mencatat data pasien dan mengamati tindakan medis secara langsung. Rasanya menegangkan, tapi di saat bersamaan, itu adalah langkah kecil menuju mimpinya.

Waktu chat di grup semakin sedikit, tapi mereka selalu mencari celah untuk sekedar menyapa.

Achazia:

“Hari ini aku makeup-in model buat sesi foto. Hasilnya bikin aku pengen nangis bangga.”

Brianna:

“Aku hari ini bantu handle pasien lansia. Rasanya bikin hati hangat.”

Kaivan:

“Aku berhasil bikin racikan yang gak meledak hari ini. Yes, progress!”

Elvareon:

“Aku ikut shift malam pertama. Capek, tapi aku belajar banyak.”

Mereka berbeda tempat, berbeda dunia, tapi rasanya sama. Rasa ingin berbagi, rasa ingin tetap terhubung, meski hanya lewat teks singkat.

Malam Refleksi: Kita Masih Jalan Bersama

Malam itu, setelah sesi latihan makeup selesai, Achazia duduk di balkon asramanya. Ia membuka ponsel, memandangi chat terakhir di grup. Tidak ada yang membalas selama dua jam terakhir. Mungkin semuanya tertidur kelelahan.

Tapi dia tetap mengetik.

Achazia:

“Aku kangen kalian.”

Tidak ada balasan cepat. Tapi ia tetap menunggu. Lima menit… sepuluh menit…

Lalu notifikasi masuk.

Elvareon:

“Aku juga, Zia.”

Kemudian disusul Kaivan.

Kaivan:

“Sama. aku kangen bareng kalian.”

Dan Brianna.

Brianna:

“Kangen ketawa bareng. Kangen yang gak cuma lewat layar.”

Mereka terdiam di chat, tapi hati mereka bicara lebih banyak.

Elvareon mengetik:

“Mungkin dunia kita sekarang beda. Tapi rasa ini masih sama. Aku mau kita sukses bareng, meskipun jalannya gak sama.”

Achazia membalas:

“Kita gak jalan sendirian. Di hati kita, kita masih bareng.”

Kaivan:

“Sampai nanti dunia kita bisa ketemu lagi.”

Brianna:

“Aku percaya itu.”

Malam itu, tanpa perlu video call atau pertemuan fisik, mereka merasa saling dekat. Grup itu menjadi tali pengikat. Dunia boleh berbeda, tapi rasa saling mendukung tetap sama

Elvareon menutup bukunya, menatap jendela asrama. Lampu-lampu kota berkelip, jauh di bawah sana. Ia membayangkan hari di mana mereka semua bertemu lagi. Bukan sebagai siswa SMA yang polos, tapi sebagai orang-orang yang berhasil melawan kerasnya dunia.

Di tempat lain, Achazia membayangkan namanya terpampang di poster sebagai MUA profesional. Brianna dan Kaivan membayangkan mereka bekerja di apotek atau klinik, bukan sekadar sebagai magang.

Langkah mereka kini berlari di jalur yang berbeda. Tapi hati mereka tetap terikat oleh masa lalu, oleh mimpi-mimpi yang dulu mereka bicarakan saat duduk di kantin sekolah, makan roti isi telur buatan Bu Eli.

Grup Masa SMA Paling Chaos 🌀 tetap menjadi tempat mereka pulang.

1
Nana Colen
ceritanya ringan tapi asiiik 🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!