Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta (Pergaulan Bebas?)
Sesuai kesepakatan mereka mengadakan pesta, minggu ini mereka menyewa satu room karaoke VVIP. Sebenarnya Nabilla sempat menolak ikut, tapi Erik terus saja memaksanya hingga akhirnya Nabilla membuntut juga.
Mereka begitu berisik, Nabilla jadi tahu jika semua lelaki itu sudah memiliki pasangan karena sekarang mereka semua ada bersama. Nabilla sedikit risih ketika ada minuman haram di meja sana, tapi Nabilla tidak protes sama sekali, tentu saja tujuannya agar tahu seperti apa Erik sebenarnya.
"Kamu mau pesan sesuatu?" Tanya Erik.
"Aku mau minuman biasa."
"Aku sudah pesan itu, jangan khawatir."
Nabilla mengangguk, mereka begitu asyik bernyanyi sesuai lagu pilihan mereka masing-masing. Nabilla jadi tahu jika suara Tyas cukup bagus untuk bernyanyi, suara Tyas membuat Nabilla bisa sedikit menikmati acaranya.
Mereka menoleh kompak ketika pintu terbuka, sepertinya pesanan Erik sudah datang, ada dua gelas minuman berasa dan beberapa makanan disana. Nabilla berterimakasih pada pelayannya, tanpa menunda Nabilla langsung meneguk minumannya.
"Jadi kamu haus sejak tadi?"
"Iya."
Erik menggeleng, seharusnya Nabilla bilang sejak tadi juga bukan hanya diam saja. Nabilla dan Erik kompak mengikuti pesta dengan menikmati hidangannya sendiri, sesekali mereka ikut bersenandung dengan badan yang bergerak kekiri dan kekanan.
Nabilla menoleh ketika satu diantara mereka mulai meraih minuman haram itu, Nabilla juga sempat melirik Erik yang tampak biasa saja. Seperti ini pertemanan mereka ternyata, Nabilla bergidik sendiri melihat bahkan wanitanya pun turut menikmati minuman itu.
"Bagi dong." Ucap Daniel yang duduk setelah nyanyi bareng Tyas.
"Ambil." Sahut Revan.
Nabilla bergeser ketika Tyas justru memilih duduk disampingnya, itu cukup membuat Nabilla terdesak hingga mepet pada Erik. Nabilla sempat menyikut Tyas namun tidak digubris, ah menyebalkan sekali karena ini pasti sengaja.
"Biarkan saja, aku tidak akan macam-macam." Bisik Erik.
Nabilla hanya menoleh sekilas, heran saja padahal masih ada sofa kosong. Nabilla meraih cemilannya dan menikmatinya sendiri, tapi satu suap saja karena suapan berikutnya justru Erik merebutnya.
"Aku juga mau."
"Ambil sendiri."
"Gak enak, enak disuapin."
Nabilla menghembuskan nafasnya sekaligus, ia meraih kotak cemilannya dan menikmatinya sembari bersandar. Semakin lama Nabilla mulai mendapatkan kenyamanannya bersama dengan Erik, karena mereka memang hanya asyik berdua saja.
Keributan yang ada karena temannya yang lain sesekali menarik perhatian keduanya, namun sekilas saja. Mereka tampak bahagia dengan berbagai lontaran lelucon yang saling bersahutan, bahkan meski waktu sudah larut pun mereka tetap terlihat segar.
Brak....
Nabilla terkejut ketika tubuh Tyas terjengkang ke pangkuannya, Nabilla nyaris menjerit jika saja Erik tidak cepat membungkamnya. Erik sedikit menarik wajah Nabilla untuk menghadapnya, Nabilla pasti tidak terbiasa dengan tontonan seperti itu.
Daniel telah dengan sengaja mendorong Tyas, setelahnya lelaki itu juga dengan datarnya mencium Tyas. Mereka sama sekali tidak tahu malu, bahkan didepan banyak orang bisa melakukan hal semacam itu.
"Mereka sedang mabuk." jelas Erik dengan suara rendah.
Nabilla memejamkan matanya sesaat, kenapa Tyas seperti itu seingat Nabilla dulu Tyas begitu pandai menjaga diri. Malam ini tidak akan bisa Nabilla lupakan, Tyas sangat membuatnya khawatir dengan gaya pacaran seperti itu.
"Mau pulang?"
Nabilla mengangguk pasti, Erik melepaskan bungkaman tangannya namun masih menahan kepala Nabilla agar tak menoleh. Erik mendorong Daniel tak perduli meski lelaki itu tampak kesal, tak buang waktu Daniel bangkit dan menarik Tyas juga.
Daniel membawa Tyas ke kamar yang tersedia disana, sekilas Nabilla hendak menyusul namun Erik menahannya. Apa-apaan ini kenapa Erik justru mendukung hal semacam itu, Nabilla mulai jengkel memilih pergi begitu saja.
"Billa." Panggil Erik yang kemudian menyusul.
"Bil, Nabilla."
Nabilla tak menggubris dan terus saja berjalan hingga ke parkiran, Nabilla tidak bisa pulang sendiri entah dimana ia saat ini. Tadi Nabilla pergi bersama dengan Tyas, tapi sekarang Tyas justru mengabaikannya begitu saja.
"Billa." Tahan Erik akhirnya
"Lepas ih!" Titah Nabilla dengan jengkelnya.
"Kenapa jadi marah sama aku?"
"Kamu harusnya halangi mereka tadi, kenapa malah dibiarkan seperti itu. Kamu tidak tahu apa yang akan mereka lakukan di sana, harusnya kamu bisa menjaga teman kamu itu!"
Erik terdiam menatap wajah kesal Nabilla, tentu saja Erik tahu jika itu adalah bentuk keperduliannya terhadap Tyas. Tapi Nabilla tidak tahu akibatnya akan seperti apa jika menahan mereka, Erik tidak mau ada keributan yang tak bisa ditahan nantinya.
Erik menggeleng dan membawa Nabilla memasuki mobil, tak perduli meski Nabilla menolaknya. Lebih baik Nabilla marah tapi tetap bersamanya, dari pada tidak melihat Nabilla marah tapi tidak tahu juga apa yang akan terjadi pada wanitanya itu.
"Apa kamu selalu seperti ini, kenapa kamu selalu memaksakan kehendak kamu sendiri. Tidak bisakah kamu bertanya dulu apa yang aku mau, apa yang aku suka dan yang aku tidak suka?"
"Aku antar kamu pulang."
Nabilla mengernyit lantas berpaling, Erik egois sekali dan ternyata memang selalu seperti itu bahkan sejak awal. Bagaimana bisa Nabilla bersama dengan lelaki seperti itu, setiap saat pasti Nabilla hanya makan hati menghadapinya.
Nabilla menatap cincin di jari manisnya, sebelum cincin ini menguncinya lebih jauh mungkin lebih baik Nabilla lepaskan saja. Nabilla gak mau hidup dalam paksaan, belum apa-apa pun Erik sudah sangat egois melakukan tindakannya.
"Nabilla."
Nabilla tak perduli, ia melepaskan cincinnya begitu saja dan berhasil diketahui oleh Erik. Seketika itu juga Erik menghentikan laju mobilnya, ia meraih tangan Nabilla yang menggenggam cincinnya.
"Kenapa ini?"
"Aku gak mau nikah sama kamu."
"Billa, tidak seperti ini."
"Aku gak mau selalu dipaksa seperti ini, kamu egois tahu gak, kamu sama sekali gak bisa imbangi perasaan aku. Pokoknya aku gak bisa, ini ambil saja."
Erik menahan tangan Nabilla yang hendak memberikan cincinnya, rasanya tidak perlu seperti ini pasti semua bisa dibicarakan. Tidak sulit ternyata karena Nabilla bisa menepis tangan Erik, ia menyimpan cicinya di depan sana dan keluar begitu saja.
Bagaimana bisa Erik membiarkan begitu saja, langkahnya sudah cukup jauh menurut Erik jadi tidak mungkin selesai begitu saja. Erik menepikan mobilnya karena sedikit menghalangi jalan, setelahnya ia turut keluar dan hampir kehilangan Nabilla karena wanita itu sudah menghentikan taxi.
"Billa, tidak bisa seperti ini. Ini sudah larut malam kamu tidak boleh pergi sendiri!" Tahannya.
"Bisa, kita belum menikah jadi ini bisa. Lepas!"
"Pak jalan saja, dia aku yang antar."
"Gak, udah cukup aku mau langkah ku sendiri!"
Erik menatap sopir taxi itu dan melaju pergi, tentu saja itu semakin menambah kejengkelan Nabilla, lagi dan lagi Erik memaksakan keinginannya sendiri. Kini dua pasang mata itu seolah saling mengintimidasi satu sama lain, namun Erik terlihat lebih tenang, mungkin ini adalah sifat Nabilla yang harus Erik ketahui dari sekarang.
"Lepas!"
"Aku minta maaf, iya aku salah aku minta maaf."
"Udah telat, lepas ih!"
"Aku gak akan lepasin, dengar Nabilla kita punya niat baik dan kamu tidak bisa seperti ini. Kita harus bisa selesaikan masalah kita Billa, kamu jangan seperti ini dong."
Nabilla berpaling berpikir jika sampai kapan pun mungkin Erik tidak akan berubah, lelaki itu akan jadi egois agar apa pun keinginannya bisa didapat. Selama ini bahkan orang tua Nabilla pun tidak pernah memaksakan apa-apa, jadi Erik pun tidak boleh seperti itu.
"Sudah ayo, kita bicara dulu ya habis itu aku antar kamu pulang."