Reu Suami Pengganti

Reu menepuk dahinya, karena Lyox mengatakan hal yang sangat mustahil. Bagaimana bisa, Reu melihat semua siswa bermain baseball di lapangan sedangkan Lyox tidak bisa melakukan permainan itu.

“Papa tahu, aku selalu gemetar saat mengayunkan tongkat,” bisik Lyox. Reu kemudian memikirkan cara lain. Bagaimanapun, kesepakatan itu sudah dibuat dengan Nathan. Jika mundur sekarang, Nathan akan menganggap Lyox pengecut.

“Kalau begitu, Papa akan mengajarkanmu bermain baseball sore nanti, kau setuju!” Reu memberikan saran, namun Lyox yang penakut hanya bergeming.

“Ayolah, kau pasti bisa,” ucap Reu menggoyangkan kedua pundak Lyox.

“Papa yakin mau mengajarkanku, tidak bohong?” Lyox menunduk dengan muram, “Papa selalu sibuk, aku tak yakin Papa ada waktu untukku.” Reu mengepalkan tangan kanannya, “Papa berjanji,” menarik tangan kiri Lyox untuk melakukan tos. Lyox tersenyum kemudian melambaikan tangan sebelum masuk kelasnya.

Reu menatap punggung Lyox dengan sedikit sedih, Jeha hanya memikirkan wanita. Dia tidak pernah ada waktu untuk Lyox, hingga Lyox menjadi anak yang kurang percaya diri. Reu kembali ke mobil, saat itu tatapannya mengarah pada Anne. Dia menatap wajah Anne dalam-dalam, melepaskan kaca mata Anne. Berpikir jika Anne memiliki penampilan yang menarik Jeha tidak akan mungkin menyukai banyak wanita. Jeha hanya tidak tahu berlian di depannya, karena pikirannya hanya tertutup uang. Anne menarik kacamatanya dari tangan Reu dengan kesal. “Apa yang kamu lakukan?!” gertak Anne. Reu tersenyum, dia menyimpan ide lainnya sementara.

Mobil itu melaju kembali ke rumah. Reu kembali menggendong Anne masuk kedalam. Anne menolak, meronta saat Reu menyentuh pinggangnya, dia ingin pelayan saja yang membantunya. Akan tetapi, Reu tidak peduli dengan ucapan Anne. Kemudian , membawa Anne kembali ke kamarnya.

“Aku mau pergi ke kantor, nanti sore aku pulang akan mengajari Lyox baseball. Kamu mau ikut?” Reu memberikan harapan di balik pertanyaan, agar Anne lebih dekat dengan Lyox. Anne menatap Reu dalam, dia mengangguk tanpa perlawanan. Jawaban singkat itu malah membuat Reu bingung. Dia keluar dari kamar Anne dan kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Disisi lain, Jeha sedang berlibur di Malibu, California, bersama kekasih barunya. Mereka menghabiskan waktu dengan menyewa villa mewah di tepi pantai, menikmati pemandangan spektakuler Samudra Pasifik. Tawa bahagia mereka memenuhi udara saat saling bersulang champagne di teras villa.

“Hai, sayang, bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya kekasihnya dengan nada santai.

“Jujur saja, aku tidak terlalu khawatir tentang itu. Aku sudah berpikir untuk membuat perubahan besar, mungkin bahkan meninggalkan perusahaan keluarga Anne,” jawab Jeha sambil menikmati pemandangan sunset di Malibu, dia sudah merencanakan akan mendirikan perusahaan impiannya saat kembali pulang.

Kekasihnya tersenyum dan memegang tangannya. “Kedengarannya luar biasa, sayang. Kamu pantas mendapatkan istirahat. Bagaimana dengan Anne istrimu? Kalian sudah bersama cukup lama.”

Jeha menghela napas dan memandang ke laut. “Jujur saja, aku merasa terjebak dalam hubungan itu. Aku pikir sudah waktunya berpisah dengannya, dia sudah sangat membosankan.” Jeha menatap kekasihnya, memberikan ciuman yang hangat.

💙💙💙💙💙💙

Tiba di kantor, seperti biasa Natasya sudah menantinya di depan pintu ruangan. Reu melirik ke arah pakaian yang dikenakan Natasya yang cukup berbeda dari sebelumnya. Rok span pendeknya berubah menjadi celana panjang. Reu tersenyum dan duduk di kursinya.

Natasya membacakan jadwal hari ini, kemudian menyela ucapan Natasya.

“Aku akan pulang jam 3 sore, jadi kamu bisa mengubah beberapa jadwal.” ucap Reu. Natasya mengernyit, padahal jadwal hari ini sangat padat. Sebelumnya bosnya tidak menyukai pulang kerumah lebih awal. “Tapi akan ada meeting jam 5 sore,” sanggah Natasya. “Kalau begitu kamu saja yang datang, kamu kan sekretarisku, bisa menggantikanku sementara. Aku sudah ada janji dengan anakku,” ucap Reu, kemudian dengan isyarat tangannya menyuruh Natasya segera keluar dari ruangannya.

Saat ini Reu bersandar di kursinya, pikirannya melayang saat berada di mobil pagi ini. Saat melepaskan kacamata Anne, dia merasa sangat terpesona. Wajah kecil Anne, mata yang bulat dan bibir yang tipis bak boneka. Dia seakan jatuh hati pada istri Jeha. Saat ini dia memikirkan bagaimana Anne bisa keluar dari keterpurukannya hanya karena memakai kursi roda.

Reu berpikir tentang hadiah yang tepat untuk Anne, dan softlens terlintas di pikirannya sebagai cara untuk membantu Anne melepas kacamatanya. Namun, pikirannya terganggu saat Natasya mengetuk pintu dan memberitahu bahwa Willy, kakak ketiga Anne, ingin bertemu dengannya di ruang kerjanya. Reu kemudian meninggalkan pikirannya tentang hadiah dan menuju ruang kerja Willy untuk mengetahui apa yang ingin dibicarakan.

Saat masuk ke dalam ruangan, Willy menyambut Reu dengan senyum, mengira Reu adalah Jeha. "Duduk saja," kata Willy, sambil duduk berhadapan dengan Reu. Reu membalas senyum Willy, meskipun merasa bingung dengan tujuan pertemuan ini.

"Ada apa?" tanya Reu, mencoba memahami apa yang Willy inginkan. Willy menjawab dengan kalimat yang tidak jelas, "Tidak ada hal penting lainnya, seperti biasa kau tahu, kan?" Reu semakin bingung, tidak mengerti apa yang Willy maksud.

Willy kemudian mendekat dan berbisik, “Ayo, berikan nomor wanita itu.” Reu terkejut, tidak tahu apa yang Willy maksud. “Kau tahu kan? Aku sangat menyukai wanita yang terakhir kamu bawa untukku, Lyla atau Shila, aku lupa namanya. Aku sangat suka yang terakhir kamu bawa,” kata Willy, menyebutkan nama wanita lain selain istrinya.

Reu merasa jijik dengan permintaan Willy, dan menyadari bahwa Willy memiliki sifat yang sama dengan Jeha. Untuk tidak ketahuan, Reu bangkit dari tempat duduknya dan menunjukkan sikap menyerupai Jeha. “Nanti aku pikirkan lagi,” ucap Reu, mencoba menunda jawaban.

Willy tersenyum dan mengangguk. “Oke, nanti kabari saja aku. Kalau bisa malam ini,” kata Willy. Reu segera keluar dari ruangan, merasa lega telah keluar dari situasi yang tidak nyaman.

Reu kembali ke ruang kerjanya, bertekad untuk mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan Jeha yang sebenarnya. Ia mulai menggeledah setiap laci di bawah meja, berharap menemukan sesuatu yang bisa memberikan petunjuk. Setelah beberapa saat mencari, Reu menemukan sebuah buku catatan berwarna merah di dalam laci. Buku itu terlihat seperti diary pribadi Jeha.

Reu penasaran dan mencoba membuka buku itu, tetapi ternyata buku itu dikunci dengan kata sandi empat angka. Reu berpikir sejenak, mencoba mengingat apa yang mungkin menjadi kata sandi Jeha. Ia mencoba menggunakan tanggal lahir Jeha, tetapi tidak berhasil.

Reu kemudian melihat sekeliling ruangan, mencari petunjuk lain yang mungkin bisa membantu. Ia membuka kalender kecil di atas meja, tetapi tidak menemukan apa pun yang aneh. Saat itu, Reu melihat sebuah kotak kecil di laci lain dan penasaran dengan isinya.

Setelah membuka kotak itu, Reu menemukan sebuah cincin di dalamnya. Saat memeriksa cincin itu lebih dekat, Reu melihat angka terukir di dalamnya. Dengan penasaran, Reu mencoba menggunakan angka itu sebagai kata sandi buku catatan merah itu. Ternyata, kunci itu terbuka!

Reu membuka buku catatan itu dan menemukan bahwa isinya adalah aktivitas keseharian Jeha, seperti diary pribadi. Ia mulai membaca lembar per lembar. Reu terkejut dengan halaman pertama yang berisi tentang alamat rumah sakit dan bertuliskan ‘aku masih membutuhkan obat ini disini sampai mati.’