Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Sudah Tidak Peduli
Serra mengalihkan pandangannya saat di belakangnya lewat Askara.
"Tuan mau kemana?" tanya Serra menghentikan langkah Askara dengan memegang pergelangan tangan Askara.
"Apa saya boleh menumpang? Saya ingin ke rumah sakit," ucap Serra yang sangat berhati-hati meminta.
Mata Askara menoleh ke arah depannya yang melihat jelas bagaimana Damar dan Maya yang ada dalam satu mobil.
"Masuklah!" jawab Askara yang ternyata tidak menolak sama sekali.
Serra menganggukkan kepala dan langsung mengikuti Askara menuju mobil yang pintu mobil itu dibukakan Askara. Serra benar-benar tidak peduli kepada suaminya dan Maya yang berhubungan dekat.
"Mau kemana mereka sayang?" tanya Maya yang melihat kepergian mobil itu.
"Aku juga tidak tahu. Apa-apaan dia, berani sekali dia pergi bersama laki-laki lain di hadapanku," umpat Damar kesal.
"Sepertinya dia tidak melihat kita berdua," ucap Maya.
"Jadi menurutmu karena tidak melihat ada aku dan dia bisa seenaknya," sahut Damar benar-benar emosi.
"Membuatku kesal saja," umpat Damar.
Serra yang berada di dalam mobil bersama dengan Askara yang sedang menyetir. Walau mencoba untuk tegar dan bersikap biasa saja saat melihat apa yang dilakukan suaminya dengan wanita lain di dalam mobil.
Serra menahan diri yang tidak melabrak wanita itu, menurutnya tidak ada juga gunanya melakukan semua itu yang ada justru membuat dia yang disalahkan keluarga suaminya.
Askara sesekali menoleh ke arah wanita yang di sebelahnya yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara yang hanya memperlihatkan wajah murung.
"Kenapa?"
"Menyesal mengajakku?" tanya Askara yang membuat Serra menggeleng kepala.
"Kenapa harus menyesal. Saya justru berterima kasih atas bantuan tuan yang sudah mau memberikan saya tumpangan," jawab Serra.
"Ini hanya kebetulan saja atau kau sudah mulai memanfaatkanku?" tanya Askara yang menatap Serra cukup serius.
"Tidak apa-apa. Jika kau memanfaatkanku. Aku merasa kau memang harus melakukan semua itu agar kau tidak tertindas terus," ucap Askara yang sepertinya membiarkan Serra menggunakan dirinya untuk membalas suaminya.
"Kau sudah tidak ada artinya kamu mempertahankan semua ini? pernikahanmu sama sekali tidak diinginkan, keluarga yang selalu kau hargai juga tidak menginginkanmu. Kau harus memperlihatkan kepada mereka jika kau tidak bisa diperlakukan seenak seperti sebelumnya," batin Serra yang memberi pencerahan sendiri kepada dirinya.
"Kebiasaan diajak berbicara dan malah bengong," sahut Askara menghela nafas.
"Maaf tuan!" ucap Serra.
"Kita sudah sampai," ucap Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
Ketika mobil itu berhenti Serra yang membuka sabuk pengamannya.
"Terima kasih tuan! sudah memberikan saya tumpangan," ucap Serra.
Askara hanya menganggukkan kepala. Serra tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung keluar dari mobil.
****
Karena Serra yang berada di rumah sakit yang mau tidak mau Niken harus bergerak ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Tetapi tetap saja tangannya tidak akan dia gunakan, pagi-pagi dia sudah memesan makanan untuk sarapan orang-orang yang ada di rumah karena dia juga takut mendapat teguran dari kakek yang selama beberapa hari belakangan ini dia selalu saja dimarahi.
"Untung saja sekarang zaman sudah semakin canggih, jadi bisa instan dan jika tidak aku harus repot-repot berada di dapur menyentuh seluruh bahan-bahan makanan," ucapnya yang cukup berkeringat hanya memindahkan makanan dari tempatnya ke piring yang menyediakan di atas meja dengan sarapan yang bisa dikatakan cukup terlengkap.
Suara heels terdengar membuat Niken menoleh dan barulah Serra pulang.
"Kamu memang pintar sekali, sudah tahu jika semuanya sudah selesai disiapkan dan kamu baru pulang. Kamu tidak mengatur waktu sedemikian rupa!" langkah Serra terhenti ketika mendengar sindiran dari ibu mertuanya itu.
Mata Serra yang menoleh ke arah meja makan dan dia cukup kaget dengan hidangan sarapan yang sangat banyak.
"Mama yang membuat semua ini?" tanya Serra.
"Kenapa? Kamu pikir saya tidak bisa melakukannya hah!" sahut Niken yang semakin kesal.
"Syukurlah, jika begitu pekerjaan Serra ke depannya akan lebih ringan lagi jika kita berdua berbagi tugas," ucapnya dengan sangat santai membuat Niken mengerutkan dahi.
"Kamu bilang apa! Heh jangan kamu pikir ini akan seterusnya saya kerjakan ya. Kamu jangan seenaknya di rumah ini yang pulang sesuka hati kamu dan pergi sesuka hati kamu tanpa melakukan kewajiban kamu!" tegas Niken.
"Serra hanya seorang istri dan pasti kewajiban Serra tidak sebanyak Mama yang seorang ibu dari 3 anak di rumah ini," jawab Serra semakin lama memang semakin berani.
"Apa katamu..."
Niken mengontrol emosi ketika suara langkah mulai terdengar dan yang benar saja semua orang sudah keluar dari kamar masing-masing. Netty, Andre, Bram, Kakek dan Askara juga bahkan menyusul.
"Wau banyak sekali menu sarapannya! Kak Serra ternyata belajar dari kesalahan yang tidak mengabaikan pekerjaannya," ucap Netty yang mengira jika masakan itu Serra yang melakukannya.
"Aku sebaiknya langsung saja sarapan," sahut Andre.
Niken bahkan tidak berbicara apapun atau mengklarifikasi perkataan Netty tentang semua perkiraannya bahwa Serra yang melakukan semua itu dan mungkin karena sudah kebiasaan Serra di rumah itu jadi orang-orang tidak heran lagi.
"Jangan berdiri saja saling menatap seperti itu. Ayo kita sarapan!" sahut Kakek yang sudah menarik kursi yang membuat orang-orang yang ada di meja makan itu menduduki kursinya masing-masing.
Damar dan Maya yang juga datang secara bersamaan dan Damar sepertinya masih kesal kepada Serra yang sejak tadi malam tidak dia lihat berada di kamar dan melihat istrinya dengan sangat sinis yang mana diabaikan Serra yang terlihat menuju wastafel.
"Serra kamu sedang apa?" tanya Kakek.
"Mencuci piring Kek! Ada yang berminyak!" jawabnya memang sangat tidak bisa melihat ada yang kotor.
"Kita sarapan dulu sama-sama dan setelah itu baru lakukan. Selama saya tinggal di rumah ini kamu selalu saja memiliki kesibukan sendiri dan tidak pernah mau makan sama-sama," sahut Kakek yang membuat Serra menganggukkan kepala.
Sebelum Serra menduduki kursi di samping suaminya yang terlebih dahulu Maya melakukan hal itu yang pasti sengaja. Serra mengabaikan dan terserah apa yang dilakukan Maya dan Serra mengambil tempat duduk yang kebetulan kosong di samping Askara.
Maya sangat kesal dengan Serra yang terlihat jauh lebih tenang dan biasanya wajahnya akan sangat sedih dan merasa dihina jika dia melakukan hal itu.
Mereka semua tidak ada obrolan sama sekali yang mana langsung mengambil makan masing-masing dan biasanya jika Serra menuang air putih terlebih dahulu dan ternyata dia tidak melakukan hal itu. Dia sepertinya sangat lapar yang mengabaikan orang-orang yang ada di meja makan itu.
"Bagaimana Askara, apa kamu sudah menemukan sekretaris yang cocok untuk membantu kamu?" tanya Kakek.
"Belum menemukan. Aku harus mencari yang bisa diandalkan dan tidak sembarangan," jawab Askara.
"Bagaimana jika Maya saja. Maya sudah lama menjadi sekretaris Damar dan untuk menjadi sekretaris CEO Maya rasa hal itu sama saja, pasti sudah memiliki pengalaman yang banyak," sahut Maya yang tidak tahu malu menawarkan diri dan langsung mendapatkan tatapan sinis dari Damar.
"Maya kamu sekretaris Damar. Jika kamu pindah menjadi sekretaris Askara. Lalu Damar bagaimana?" tanya Niken.
"Maya akan mencarikan yang lebih berkualitas dan Maya bisa mengimbangi untuk menjadi sekretaris paman Askara," jawabnya.
"Tapi pekerjaan kamu belum seimbang dengan pekerjaan saya dan saya harus mencari sekretaris yang mampu dan bukan hanya bisa saja," ucap Askara yang berterus terang menolak Maya secara mentah-mentah.
Bersambung.....