Ketika keturunan mafia menyamar menjadi mahasiswa yang dibully!
William Stone-Brooks memiliki maksud tersendiri hingga memilih berkuliah untuk kedua kalinya di Venesia Italia, menyamar menjadi pria pendiam, culun dan sering di-bully. Hingga satu insiden yang membuatnya tertarik kepada seorang gadis yang berani membelanya tatkala semua hanya diam saat pembullyan terjadi. Jane Stewart, itulah nama gadis pemberani dan sangat energik.
Dengan maksud terselubung, William berhasil mendekatinya hingga menjalin hubungan kekasih dengan Jane sampai hari itu tiba.
“Aku tidak ingin berurusan denganmu Mr. Mafia.” Gertak Jane menatap tajam penuh amarah ketika dia merasa dikhianati oleh pria yang pernah dia cintai.
“Sekarang kau akan selalu berurusan denganku, ketika aku akan menjadikan mu sebagai milikku, Jane Robinson.”
Deg!
SEASON 2 DARI A Baby For The Mafia Boss
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEiaMM — BAB 14
YANG SEBENARNYA DARI WILLIAM
Deg!
Mendengar suara lain, seketika mereka semua langsung menoleh dan melihat ke arah sosok pria bermata silver yang datang tanpa di undang. Tapi dia bukan hantu, melainkan William Stone-Brooks yang kini tengah diperbincangkan.
Tentu saja mereka terkejut begitu juga dengan Reus yang langsung tegang.
Dengan tatapan santai dan datar, pria berkemeja hitam itu berjalan menghampiri Jien Xavier dan berdiri di sampingnya hingga menopang tubuhnya dengan kedua tangannya yang menyentuh meja bundar.
“Kenapa? Kedatangan ku cukup mengejutkan untuk kalian?” tanya Will mengamati mereka semua yang hanya diam termasuk Reus.
Kali ini Will mengenakan pakaian yang sering dikenakan saat dia keluar rumah sebagai mafia, yaitu kemeja hitam yang terlingkis kedua tangannya.
“Jadi kau si Stone-Brooks itu huh? Apa kau tahu yang sudah kau lakukan itu di luar kendali Mr. Stone-Brooks?!” ucap Jien dengan berani meski dia tak menatap pria itu yang ada di samping nya.
Tentu saja Will mendengarnya dan sekilas menunduk hingga tersenyum kecil.
“Kalau begitu, harusnya kalian bisa mendidik anak dengan baik. Aku datang untuk belajar, tapi anak-anak sialan itu membuatku harus berolahraga!” balas Will menyeringai devil saat dia menganggap pembunuhan yang dia lakukan adalah sebagai olahraga.
“Berani sekali kau mengatakan seperti itu. Apa kau tidak punya hati nu— ”
Bruakk! Bruakk! Bruakk! Bruakk!
Empat kali Will tanpa banyak bicara langsung membenturkan kepala Jien Xavier ke meja bundar itu hingga berdarah dan terkapar di atas meja. Entahlah, apakah dia hidup atau mati, namun yang pasti pemandangan itu sangat mengejutkan mereka yang ada di ruangan itu.
“Tuan Stone— ”
DARR!
Satu tembakan baru saja di lepas mendadak oleh Will tepat mengenai Reus yang harus tewas di sana.
Tentu Rhapael terkejut dan terbelalak melihat putranya ditembak mati di sana dan ayah dari Simoncelli tadi langsung kembali duduk saat dia baru saja membuat kesalahan.
“Aku sangat sensitif dengan suara tinggi Mr. Buscemi! Tenanglah atau aku tidak akan meleset lagi.” Ujar Will yang pastinya hanya membuat Rhapael menahan kesedihan dan amarahnya.
Dia tak ingin salah melangkah, begitu juga dengan McPatrlin dan ayah dari Bobby.
“Keempat bajingan itu sudah tewas, tapi aku perlu menemukan pemimpin mereka. Apa kau tahu di mana dia?” tanya Will menoleh ke McPatrlin yang duduk di sebelah nya.
Pria paruh baya itu terdiam saat Will menatapnya. “Kita bisa berunding baik-baik dan menyelesaikan semua ini tanpa kekerasan Mr. Stone-Brooks.” Ujar McPatrlin tegas namun bisa mengendalikan emosinya.
Will menyeringai kecil. “Ya. Aku sudah berunding dengan diriku sendiri, dan aku memilih akan mencari putramu itu setelah dia berani menyentuh milikku. Jangan khawatir, aku tidak membunuh kalian yang Tidka bersalah, tapi dia membuatku emosi!” jelas Will menoleh ke Jien Xavier.
Pria berkemeja hitam itu melangkah ke arah pintu keluar dengan santai tanpa berbalik badan. “Aku ingin menyelesaikan kuliahku, aku harap tidak ada gangguan lagi dari kalian dan iya... Mr. Rhapael— aku menerima kerjasama yang kau tawarkan!” ucap William dengan tatapan dingin dan angkuh hingga akhirnya dia pergi setelah membuat dua orang tewas dalam sekejap saja.
...***...
Casino W'st — Venesia Italia, 11:30pm
Jane baru saja berganti pakaian saat dia harus pulang usai bekerja. Tapi anehnya, dia hanya diberi setengah waktu pekerjaan saja dengan gaji yang sama rata seperti pelayan lainnya yang bekerja sampai lewat tengah malam.
“Sebaiknya, biarkan sopir ku mengantar mu, sangat berbahaya jika pulang sendirian ketika kekasihmu tidak datang.” Jelas sang manager di sana dengan sengaja atau mungkin atas perintah Will sendiri.
Jane tersenyum kecil. “Terima kasih sarannya! Tapi aku akan pulang sendiri, mungkin Will masih sibuk dengan pekerjaan lainnya. Selamat malam Tuan!” pamit Jane yang akhirnya pergi keluar.
Memang benar dia sedikit tak enak bila pulang sendirian. Karena akhir-akhir ini Will menemani nya, tapi malam ini, entah kemana pria itu berada tanpa kabar.
Jane menengok ke sisi kanan saat dia melihat sebuah mobil dan seorang pria yang menatap ke arahnya. Tentu saja Jane menatap marah ke Dulox, asisten ayah tirinya yang sejak tadi memantaunya.
Tak ingin berurusan dengan mereka, Jane memilih pergi begitu saja ke arah lain dan mengikutinya hingga ke apartemen Jane berada.
.
.
.
Di sisi lain. Will Stone-Brooks duduk di sofa hitam dengan kedua tangan terlentang santai saat dia harus bertemu dengan seorang klien di Venesia, lebih tepatnya di ruang VIP club.
“Tidak ku sangka aku akan menatapmu secara langsung! Kau lebih menawan dan tajam dari yang aku dengar!” ucap seorang wanita cantik dengan dress mewah nan pendeknya.
Wanita yang sangat cantik namun kini dia tengah merokok santai sembari menatap ke Will.
“Jika urusan kita sudah selesai, maka tidak ada gunanya aku di sini.” Ucap Will be dak bangkit dari duduknya.
“Jika kau mau kita bermain-main, itu akan menjadi berguna untukmu di sini Mr. Stone-Brooks!” ujar si cantik bernama Paola Orfei. Si CEO kaya yang juga memiliki bisnis gelap nya sendiri itu tak segan mengatakannya hingga memadamkan rokoknya.
Mendengar itu Will menyeringai kecil dan kembali duduk saat Paola bangkit dan mulai menghampiri nya serta duduk di atas pangkuannya saling berhadapan.
“Kau akan beruntung karena kau akan menjadi pria pertama yang melepas ku dari kata virgin!” bisik sensual Paola yang hanya di dengar oleh Will saat ini.
“Tapi sayangnya, aku tidak ingin mencicipi siapapun saat ini. Kau kurang beruntung, tapi aku punya anak buah yang tampan dan gagah, kau bisa bermain dengan nya, dia akan menggantikan ku!” ujar Will mengangkat tubuh Paola dari atas pangkuannya dan memindahkan ke atas meja saat dia harus pergi dari sana.
Tentu saja Paola menyeringai tak percaya akan penolakan itu.
...***...
Saat Jane mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur lebih cepat saat tak mendapati keberadaan Will. Wanita itu kini berkerut alis saat dia mulai sadar dan merasakan akan adanya sesuatu di atasnya.
Tentu saja Jane langsung membuka mata dan tersentak kaget melihat Will begitu dekat dengan nya. “Will?!”
pria itu langsung membungkam bibir Jane dengan tangannya. “Ssttt!” balasnya membuat Jane terheran hingga sebuah ketokan pintu membuatnya menoleh saat Will masih menutup mulutnya.
Ketukan itu hilang tatkala tidak ada yang membuka pintu.
Tentu saja, perlahan pria itu menarik tangannya dari bibir Jane saat sekilas dia dapat menyentuh bibir candu itu hingga mengamati wajah cantik nan polos Jane.
“Ada apa? Kau dari mana saja? Kenapa kau bisa masuk dan siapa mereka?” pertanyaan bertubi-tubi dari Jane membuat Will enggan turun dari atasnya.
“Maaf, ada pekerjaan lain yang mendadak dan aku terpaksa membobol rumahmu setelah sadar ada beberapa orang sangar mengintai mu. Kau mengenalnya?”
Tak mungkin jika seorang Will tak tahu akan siapa orang-orang itu dan siapakah Jane yang sebenarnya.
Sementara Jane sendiri terdiam. “Tidak!” jawabnya menggeleng kecil.
Keduanya kembali beradu pandang saat Will sudah kembali berdandan di setelan awalnya sebagai mahasiswa yang culun.
Jane sendiri menatap ke bibir Will dengan penuh tanya tanya hingga refleks dia menyentuh nya saat dia mencoba mengingat kejadian malam sebelumnya.
“Ada apa?” tanya Will membiarkan wanita itu menyentuh bibirnya.
“Boleh aku mencium mu?” tanya Jane mengejutkan Will yang pura-pura lugu. padahal mereka sudah pernah berciuman panas.
Tak ada balasan dari Will membuat Jane langsung menangkup pipi Will dan mendekat hingga mencium bibir pria itu sebisa mungkin. Ia juga mencoba melumatnya sekilas saat pria itu juga bergerak sekilas membalas ciuman itu.
Hingga akhirnya Jane melepas ciumannya dan bernapas memburu dengan tatapan rendah ke bawah sedikit heran. -‘Ini hampir sama, tapi sedikit kaku.’ Batin Jane.
yg mencelakaimu itu orang suruhan ipar nya will loh Aurora 🙂😂🫢🤭
Apkah peter Robinson salah-satu penghianat di bisnis Donovan dulu nya...sprti nya iya..
Dinikahi selanjut nya utk di cintai ..benar bgitu kan will 🥰😘
apakah kamu harus terluka dulu di tangan orang lain Jane baru kamu patuh kepada Will???? 🤔🤔🤔
Apakah Aurora akan mengalami sesuatu di tengah jalan???
sprti nya Nat hrs di beri pelajaran sama Dante 😀😂🫢🤭
klu will yah jiwa2 ayah nya Donovan keras kepala & tanpa belaa kasih sm musuh..
kpn thor aurora di bikin romantis sama asisten dante hehehehehe
apakah mereka mau menyerahkan nyawa mereka sndri????
edan wkwkwkw