NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Tatapan penuh selidik

Nara sudah dipindahkan keruang rawatnya, tentu saja kamar VIP yang wisnu pilih selain untuk kenyamanan sang istri tentu saja demi menjaga privasi mereka. Kejadian ini tidak boleh sampai terendus media karena akan sangat fatal akibatnya.

"Nu"

Wisnu sontak menoleh ke sumber suara juga febri yang masih ada disana walau sejatinya sudah akan pergi.

Yang datang itu lim kusuma dan dewi anjani kedua orang tua wisnu. Bibi dirumah wisnu yang mengabari kepada pasangan paruh baya itu mengenai insiden yang menimpa menantu mereka.

Pandangan dewi penuh selidik kearah febri yang duduk tenang di sofa sementara wisnu duduk dikursi samping ranjang. Bergantian, dewi menatap wisnu juga febri bergantian sampai suara febri membuyarkan semua penilaian diam-diam dewi terhadap febri.

"Saya pamit."

Singkat padat dan jelas, febri berjalan mendekati ranjang.

"Semoga mba nara lekas sehat. Salam untuk mba nara, mari pak bu."

Febri pergi tapi tetap menjaga kesopanannya kepada orangtua walau tak saling kenal juga tak saling sapa secara berlebihan karena febri cukup sadar diri akan siapa dirinya.

"Siapa nu?"

"Itu febri, temannya nara yang ... Yang"

"Yang mau nara jadikan ibu pengganti?" Tebak lim cepat dan wisnu mengangguk malas.

"Cantik, auranya kuat." Batin dewi dengan senyum terbit diwajahnya.

"Istrimu ini sudah gila." Gumam lim sambil membuang napas besarnya.

"Semua ini juga karena mama kan pa."

Wisnu melirik kearah ibunya yang hanya diam saja seolah di kepalanya sedang menyusun strategi super.

"Cara mama mungkin salah tapi ga ada cara lain nu, kamu harus tetap punya keturunan karena kalau kamu sampai ga ada anak semua harta yang kita punya mau dikemanakan?"

Benar juga, karena lim pernah berkata kalau semua harta miliknya habis oleh keturunannya tidak akan jadi masalah tapi kalau semuanya hancur dan habis karena wisnu mengadopsi anak itu akan lain urusannya. Wisnu pernah mengutarakan keinginannya untuk mengadopsi anak tentu lim dan dewi menolak dengan tegas sampai sampai perkataan menohok semacam itu keluar dari mulut seorang lim kusuma wijaya.

"Hah, sudahlah. Lupakan soap wanita tadi. Kamu sudah menghubungi orangtua istrimu?"

"Sudah mama tadi." Jawab dewi cepat sambil mendekat kearah menantunya yang masih terlelap karena baru saja diberi suntikan obat agar bisa beristirahat dengan nyaman.

"Ini gimana kejadiannya sih nu?" Tanya dewi dengan nada penasaran dan wajah yang cukup menunjukkan kalau dewi enggan sekaligus malas.

"Kami ribut lagi ...." Wisnu menunduk dalam.

"Nara maksa aku buat mau nikah sama temannya yang namanya febri febri itu."

"Kamu nolak?" Tanya dewi lagi.

"Jelas lah ma, lima perempuan yang mau mama kenalin aja aku tolak apalagi ini." Wisnu mendengus kesal kearah sang ibu.

"Cantik loh." Pancing dewi santai.

"Ma" Lim langsung memberi peringatan pada sang istri juga sedikit mendelik.

"Ck, papa ah."

Dewi menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya disana lalu sibuk dengan ponsel.

"Nu"

Lim dengan wajah seriusnya.

"Harus bagaimana lagi ini dengan nara dan mama mu?"

Wisnu menggeleng samar. Harus menjawab yang bagaimana juga karena wisnu sendiri pun bingung.

. . . . . . .

Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Kepala febri benar benar berasap dan siap meledak rasanya. Nara dengan dramanya yang kembali menyeret febri sebagai tokoh didalamnya. Lelah muak dan entah apa lagi yang febri rasakan sekarang. Hidupnya beberapa tahun setelah tak bertemu dan seolah tak saling kenal dengan nara malah tiba-tiba runyam lagi begitu wanita itu datang menghubunginya.

"Mba nara sialan."

Febri mengumpat, suara jeritannya lumayan kencang beruntungnya saat ini dirinya sedang didalam mobil dan mobil itu masih melaju dijalanan ibu kota yang cukup ramai.

"Ga bisa apa ga bikin hidup ku yang tadinya tenang damai dan menyenangkan ini jadi ruwet begini."

Dilampu merah, febri berhenti dan sejenak memejamkan mata dan menarik napas panjang guna mengontrol emosinya agar sedikit reda.

Tring

Tring

Tring

Suara ponsel febri mengalihkan pening dikepala febri yang sudah mulai menyerang.

"Mas naren" gumam febri dan langsung menekan tombol jawab.

"Ya mas"

"Kamu dimana dek?"

"Dijalan mas, kenapa?"

"Udah denger kabar ...."

Febri memejamkan matanya. Pasti soal nara batin febri.

"Nara ya?"

Balik tanya febri.

"Hmm"

"Ini aku lagi dijalan habis dari rumah sakit."

"Ibunya si nara histeris, nelpon inu sambil marah marah."

"Apa?" febri memekik kencang.

"Adek" kaget narendra sambil sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya walau aslinya febri tak akan bisa melihat aoa yang narendra lakukan.

"Maaf mas, maaf. Aku reflek teriak, i...ibu gimana mas?"

"Masih shock, itu lagi di tenangin sama ayah. Ini ayah yang minta mas buat nelpon kamu."

"Aki ga papa, ga papa mas. Tapi itu .... I...ibu mas."

"Ga usah khawatirin ibu, ada mas sama ayah. Kami malah lebih khawatir sama kamu, mau mas jemput? Pulang aja ya."

Terdengar jelas sekali kalau saat ini narendra sedang mencemaskan adik tirinya karena dari suara narendra terdengar jelas sekali.

"Ga mas, aku ga papa. Beneran, kerjaan ku lagi banyak. Aku ga bisa pulang gitu aja, tanggung jawab ku disini gimana."

Narendra menghela napas.

"Sebenarnya kalau soal uang kamu ga usah mikir, ayah dan mas bisa kasih kamu uang jajan yang banyak. Tapi keselamatan kamu disana gimana."

"Mas"

"Dek, nara itu orangnya .... Yah kanu tau sendiri gimana dia. Selama kita tetanggaan sama dia, dia itu kan orangnya ....."

"Iya mas aku tau, tapi kerjaan ku beneran ga bisa ditinggal. Kontrak yang udah aku tandatangani juga uang yang udah aku terima ."

Mereka saling diam.

"Pindah apart aja, mas carikan yang baru."

Narendra dengan keputusannya dan itu mutlak. Mau tak mau febri menurut dan bergegas melajukan mobilnya untuk kembali ke apartemen yang sudah lima tahun ini ia tempati. Membereskan semua barang penting dan menunggu info selanjutnya dari sang kakak.

Tut

"Runyam hidup ku, tapi keputusan mas naren emang ga salah. Mba nara bisa aja nekat dan aku juga ga mau ambil resiko. Dia itu obses banget sama hal hal yang menurutnya ....."

Febri bergidik ngeri karena apapun bisa terjadi apalagi nara sudah sampai berbuat nekat dengan melukai dirinya sendiri walau sampai sekarang alasan nara nekat memotong urat nadinya karena apa febri belum tau pasti tapi apapun itu febri merasa perlu berjaga-jaga.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!