Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Belas
Gita merasa bingung untuk menjelaskan penyakitnya dan dimulai darimana. "Aku selalu merasakan sakit seperti berdenyut dibagian kepala dan juga ini." ia menunjuk alat vitalnya dengan rasa sungkan.
Sang Dokter mencoba mendengarkan keluhan sang pasien. "Coba ibu berbaring diranjang, biar saya periksa terlebih dahulu," wanita itu mempersilahkan Gita untuk naik ke ranjang pasien.
Gita menurut, lalu berbaring diatas ranjang.
Sang Dokter datang memeriksanya. Mengecek detak jantung, suhu tubuh, dan tekanan darahnya. Semua tampak normal.
Ia juga memeriksa alat vital Gita yang tadi dikeluhkannya, dan terlihat seperti kudis biasa saja.
"Saya akan beri obat pereda nyeri dan antibiotik untuk membunuh bakteri yang ada diorgan kewanitaan, Ibu." dokter muda itu menggantungkan stetoskop dilehernya, lalu berjalan menuju meja kerjanya sembari meracik obat.
"Jika obat telah habis dan rasa sakit tidak juga hilang, maka saya sarankan untuk melakukan Scan dan juga rontgen agar diketahui secara pasti apa penyebab keluhan yang ibu rasakan, untuk mencegah penyakit yang dicurigai itu menyebar lebih cepat." ia menyodorkan obat pereda nyeri dan juga antibiotik untuk Gita.
Tentu saja wanita itu menerimanya dengan sedikit kesal. Sebab obat tersebut juga ada dalam kantong kresek saat ia mengalami kecelakaan pagi tadi, dan lebih sialnya, harganya cukup mahal.
Gita merasa tidak puas dengan hasil pemeriksaan dari Dokter tersebut, meskipun terkenal sangat manjur dalam menangani berbagai keluhan pasien yang datang.
Ia membayar biaya jasa pemeriksaan dan obat dengan harga seratus lima puluh ribu rupiah, cukup menguras dompetnya dalam situasi seperti ini.
Gita pulang dengan rasa kecewa. Ia kembali mengendarai motornya dengan perasaan yang sangat berat. Saat ia melintasi sebuah gang yang sedikit sepi karena ada rumah kosong disisi kanannya, ia merasakan bulu kuduknya meremang dan merasa tak nyaman.
Tiba-tiba saja seekor anjing yang dipelihara dirumah sebelahnya menyalak dengan sangat kencang.
[Guuuk guuuk guuuuk Auuuuuuuuuuung."
Anjing itu menyalak sembari menatapnya dengan tatapan yang sangat menakutkan, seolah ada yang sedang dilihatnya dibelakang Gita.
Saat bersamaan, anjing tetangga lainnya ikut menyalak dan menggonggong-inya, seolah ia adalah seorang pencuru, yang membuatnya sangat risih dan juga bergidik ngeri.
Ia menambah laju motornya dan tiba dirumah sebelum waktu Isya.
Ia memasukkan motornya, lalu bergegas menuju kamar.
Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara lenguhan yang cukup mendebarkan dari bibir Arka yang saat ini seolah sedang bercinta dengan seseorang.
Merasa penasaran bercampur curiga, Gita mencoba mengintai apa yang sedang dilakukan oleh suaminya melalui celah kunci pintu kamar.
Melalui lubang yang kecil tersebut, ia tersentak.kaget saat melihat kenyataan jika sang suami sedang bermain solo sembari memandang foto seseorang yang terpampang dilayar ponsel, meskipun ia tidak dapat melihat itu foto siapa.
Sontak saja jantung Gita berdegub kencang. Ia merasakan jika sang suami benar telah melupakannya, dan alasannya membenci dirinya karena adanya wanita idaman lain dihatinya saat ini.
Hati Gita sangat hancur. Ia sangat meyakini jika pria itu benar-benar telah menduakannya.
Ia menahan sesak didadanya. Dengan mata yang sembab dan luka hati yang cukup dalam, ia berjalan dengan langkah gontai menuju kamar Raihan.
Karena beban fikiran dan juga sakit yang saat ini ia rasakan, akhirnya wanita itu merasakan pandangannya menggelap, lalu tak sadarkan diri dan tergeletak diatas lantai dengan kondisi yang sangat miris.
Sementara itu, Arka mencapai puncaknya dan tubuhnya terkulai lemah saat harus menyalurkan hasratnya yang sangat janggal.
Ia seolah ingin melampiaskan gejolak bi - rahinya yang menggebu setiap kali bayangan Riri melintas dibenaknya.
Wajah pria itu memerah, dan nafasnya tersengal dengan rasa lelah yang cukup beray, dan semua itu disebabkan dalam sehari ini entah sudah berapa kali ia merasakan hal konyol itu.
Sreeeeeeeng
Terdengar suara pasir seperti disiram diatas genting rumah.
Arka tersentak kaget, dan tersadar dari lamunannya. Ia menajamkan indera pendengarannya untuk mengamati benda apa sebenarnya yang jatuh, atau hanya salah pendengarannya saja.
Saat bersamaan, ia merasakan hawa panas kembali menguar didalam ruang kamarnya dengan suhu enam belas derajat.
Saat adzan berkumandang, rasa malas untuk mengingat Rabb-Nya begitu sangat kuat. Bahkan ia tak berkeinginan untuk melakukan ibadah.
Hatinya seolah terkunci dan didalam benaknya hanya ada keinginan untuk bercinta dengan Riri seorang.
****
"Hah!" Gita tersentak kaget saat merasakan sebuah siraman air ke wajahnya.
Ia mengerjapkan kedua matanya yang masih sangat samar, lalu mengusap wajahnya dari butiran air yang membasahi kulitnya.
Wanita itu menajamkan penglihatannya, dan terlihat Arka sudah berdiri diambang pintu dengan berkacak pinggang.
Tatapan pria itu sangat menusuk jantungnya. "Mengapa kemejaku belum juga kamu setrika, Hah?!" ucapnya dengan begitu bengis.
Gita yang tergeletak dilantai berusaha untuk bangkit dengan kepayahan.
Jantungnya terasa berdegub kencang saat pria itu menghardiknya. Dengan rasa benci yang mulai bertumbuh, ia kembali menatap tajam pria tersebut.
"Apakah kau sudah memiliki wanita lain dihatimu!" ucapnya dengan nada penekanan.
"Apa yang kau katakan?! Jangan menuduhku sembarangan!" jawab Arka dengan tak kalah lantang.
Pagi ini kembali diwarnai keributan yang cukup sengit.
"Jangan mengelak dariku! Kau berubah, Mas! Sejak pergi keluar kota tempo hari!" Gita mencoba mengeluarkan semua isi hatinya.
Ia merasa cukup sudah jika pria terus berdusta dengan dibarengi kekerasan dalam rumah tangga yang terus menerus ia lancarkan.
"Jangan bicara sembarangan, sebelum ku hajar lagi, Kamu!"
"Hajar, hajar saja aku! Nika perlu kamu bunuh saja, biar kamu puas!" tantang Gita dengan bulir bening yang jatuh disudut matanya.
"K-kamu!" Arka sudah mengangkat tangannya dan bersiap kembali menampar sang istri.
Akan tetapi ia membatalkannya, justru meraih sebuah rak tempat penyimpanan tas milik Gita, lalu membantingnya dengan sangat keras dilantai.
Braaaaak
Tas dan juga perlengkapan lainnya berantakan dilantai.
"Dasar wanita tolol! Mati saja kamu--Sudah!" Arka semakin kalap dan emosinya sudah berada diujung kepalanya.
"Ceraikan saja aku! Itu akan membuatmu lebih muda menikah, tanpa harus menunggu persetujuanku!" tantang Gita tak kalah sengit melawan
Seketika wajah Arka memerah. "Cerai katamu?! Pria itu tersenyum dengan cara mengejek.."Ya! Sebaiknya kita bercerai saja." Sahut Arka dengan senyum sinis.
"Ya, aku akan hidup bebas dan menemukan kebahagiaan tanpamu!" Gita menyahut.
Sedangkan Arka yang mendengarnya semakin merasa penuh kebencian. "Baiklah, kita akan cari waktu yang tepat, dan aku juga sudah tak sudi lagi tinggal bersamamu, dan ini adalah caraku untuk membuat ikatan dan hubungan kita berakhir!"
"Terserah apa maumu!" Gita kembali melawan ucapan pria sang tak.lain masih berstatus suaminya.
Braaaak
Arka meninju pintu kamar dengan kuat, sehingga membuat Gita tersentak kaget.
Setelah merasa puas dengan
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔