NovelToon NovelToon
Kekasih Don Juan

Kekasih Don Juan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Dendam Kesumat / Roman-Angst Mafia / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.

Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.

Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.

Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?

Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Kesepakatan

Aroma masakan masih menguar di ruang makan rumah megah Lionel Danny. Lengkap dengan asapnya yang masih mengepul, bercampur aroma kopi. Membuat Danny sesekali menghirup aromanya. Nikmat.

Ia sedang bahagia pagi ini. Entah mengapa ia bisa seperti itu. Padahal di hari-hari yang sebelumnya, pemuda itu nyaris tak pernah menampakkan senyum dalam garis wajahnya yang tegas.

Sejak kehilangan seluruh keluarganya, ia menjadi pemurung, emosional, dan pendendam.

Kini, ia menatap Maura tanpa kedip. Membuat gadis itu menunggu apa yang akan dikatakan pemuda kejam itu setelahnya.

"Apa?" tanya Maura, mencoba membuyarkan lamunan suaminya.

Danny mengesah pelan.

"Aku ada tugas, mau terima?" tanyanya, mencoba memastikan pertanyaan sebelumnya.

"Apapun akan aku lakukan, memangnya aku bisa apa dengan situasiku sekarang!" desis Maura, seraya terus menatap makanan di hadapannya tanpa menyentuh.

"Pertama, jadilah istri pura-pura yang patuh dan baik. Kedua, jangan ikut campur atas penyelidikan polisi, cukup jawab kamu pingsan dan tidak tahu. Ketiga, aku akan menceraikanmu jika saatnya tepat!" Danny berucap sembari menyodorkan sepotong roti isi untuk Maura.

"Baik, aku akan lakukan."

Tetapi gadis itu hanya mendorong lengan Danny dan menjauhkan makanan yang sempat mendekati bibirnya.

Danny menghela napas lagi. Kali ini ia terlihat kesal.

Ia membanting garpu ke piring, sehingga meninggalkan suara berdenting.

"Maura, kamu lupa semua yang aku ucapkan? Batu ya, kamu! Makan!" bentaknya.

Maura terperanjat.

"Aku tidak selera," sahutnya, ia nyaris bangkit dan berdiri dari tempat duduknya.

Tetapi sayangnya, Danny lagi dan lagi menahan pergerakan Maura.

"Kau akan lemah, Maura. Cepat makan jika kamu mau balas dendam," katanya, seolah memperingati.

Bukannya membalas, Maura justru terisak-isak. Ia teringat jika kini situasi dan kondisinya tak lagi sama. Rumah untuk pulang, keluarga, semuanya sudah lenyap dan luluh lantah begitu saja.

Melihat Maura menangis, Danny langsung mengambil makanan baru, lalu meletakkan di depannya. Perlakuan Danny membuat Maura mengusap bulir bening yang sempat menetes di pipinya.

Kini ia berpikir, jika yang dikatakan Danny memang ada benarnya, tak ada gunanya menahan lapar, menyiksa diri dan hanya menangis.

Maura melahap cepat roti isi yang disajikan oleh suaminya. Setelah selesai, langsung mengatakan ingin menjenguk Yura. Dan Danny menyetujuinya.

****

Mobil sport berwarna hitam terpakir perlahan di rumah sakit pusat kota. Setelah itu, sang sopir pribadi berlari lebih dulu, ia mengitari mobil. Tujuannya tak lain adalah membukakan pintu untuk Maura.

Sementara Danny, memilih keluar sendiri tanpa menunggu. Ia keluar dari pintu berbeda.

Sorot mata tajam Danny mengedar sekeliling, membiak keramaian di halaman rumah sakit. Melihat hal itu, ia langsung mengangguk setelah menoleh ke belakang, seperti sedang memberikan perintah pada para petugas pengamanan miliknya. Sebut saja mereka para bodyguard Danny.

"Lindungi Maura dan aku. Jangan sampai wartawan dan polisi mendekati Maura!" perintah Danny.

Mereka bergegas membentuk lingkaran, mengitari Danny dan Maura yang terus melangkah maju menuju ruangan rumah sakit.

Melihat banyak orang berlari ke arahnya, Danny langsung menoleh ke arah istrinya. Ia melemparkan tatapan tajam, ciri khas sikapnya yang kejam.

"Kau tahu harus apa, Maura? Nyawa adikmu ada di tanganmu," ancamnya, lalu pandangannya kembali lurus ke depan tanpa menunggu jawaban Maura.

"Ya, Danny," sahut Maura lalu berjalan sembari menundukkan kepalanya.

Dan benar saja, polisi ikut mendekat ke arah mereka. Danny masih belum bereaksi apapun, sementara itu para bodyguard menahan dorongan para wartawan yang semakin brutal seraya melemparkan cecaran pertanyaan.

"Maura, mengapa kamu bisa selamat?"

"Maura, apakah kamu melihat siapa pelakunya? Seperti apa ciri-cirinya?"

Mendengarnya saja membuat dada Maura ingin meledak. Tubuhnya gemetar, tetapi Danny langsung memeluk bahunya. Seolah sedang menunjukkan pencitraan tentang suami yang bisa diandalkan. Palsu. Memang.

Mungkin saja Danny tak tahan, lalu ia berkata dengan suara keras dan terdengar tegas.

"Permisi, adik Maura akan operasi. Ini situasi yang sangat genting! Jika kalian menghalangi, itu artinya kalian adalah pembunuh yang sebenarnya!"

Semua orang terperangah mendengar semua yang diucapkan Danny kepada para wartawan.

Di saat itulah, Danny melangkah lebar meninggalkan kerumunan wartawan, membawa masuk Maura tepat waktu.

Tetapi meski begitu mereka tak cukup lega. Karena ada dua orang berseragam polisi menghampiri.

Kali ini giliran jantung Danny yang terpacu cepat. Tetapi ia berusaha bersikap tenang. Sesekali telapak tangannya meremas jemari istrinya. Mungk saja itu caranya mengurangi rasa cemas yang menjalar di tubuhnya.

"Tuan Lionel Danny dan Nyonya Maura," sapa salah satu dari pria yang berseragam polisi menghampirinya.

"Ya, kami," sahut Danny.

"Bisa minta keterangan terkait seluruh keluarga istri Anda? Saya juga ingin meminta keterangan Nyonya Maura," katanya berterus terang.

Polisi itu menatap bergantian dari Danny lalu menatap Maura. Seolah ingin menerka bagaimana reaksi keduanya.

"Maaf, kami datang karena ada keluarga yang sedang dalam kondisi darurat. Perlu tindakan operasi. Bisakah tidak menghalangi jalan kami? Keterangan? Saya rasa tidak tepat jika harus sekarang," cetus Danny yang sok bijak.

Ya. Dia memang sudah menjadi pembunuh handal. Tak jarang ia terjun sendiri untuk menghukum orang-orang yang dianggap pembangkang olehnya.

Selama ini, tindak tanduk Danny nyaris tak tersentuh polisi. Ia pandai menghindar dan menghilangkan jejak. Seperti orang yang memang sudah terlatih sejak kecil.

Akhirnya, kedua orang berseragam polisi itu melepaskan Danny dan Maura. Mereka memilih menjauh dan bergabung dengan polisi lainnya yang kebetulan sedang berjaga di depan kamar Yura.

Langkah kaki Maura tertahan, ia langsung menangis tanpa suara melihat kondisi Yura yang terbaring lemah dengan luka bakar yang cukup parah di sekitar wajah dan beberapa bagian tubuhnya.

Tak lama berselang, seorang dokter yang merawatnya menyodorkan beberapa lembar kertas, Danny langsung meraihnya.

"Aku kakak iparnya, maka aku yang mengambil alih tanggung jawab penuh Yura. Lakukan operasi secepatnya. Tidak usah khawatir tentang pembayarannya," kata Danny.

Kemudian pria itu tersenyum menyeringai ke arah Maura. Entah apa artinya senyum itu.

Sementara itu, Maura juga menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

'Kau memang sialan, Danny! Berpura-pura menjadi dewa bagi keluarga kami, padahal pelakunya adalah kamu sendiri. Bajingan, kamu!' batin Maura mengutuk suaminya.

Lalu Maura melangkah pelan mendekati Yura. Di samping ranjang ia menangis, jemari lentiknya menyentuh tangan adiknya. Dan Maura mengenali cincin yang dikenakan Yura.

Matanya terbelalak. Ia semakin yakin jika itu memang Yura. Lalu Maura memeluknya sambil berbisik.

"Yura, ini Kakak. Bertahanlah, cepat sembuh, lalu kita balaskan dendam ibu dan ayah bersama-sama. Kau dengar aku 'kan? Jangan biarkan dirimu lemah. Cepat bangun dan sembuh."

Lalu, menit kemudian Danny menepuk bahu Maura.

"Dokter akan segera memulai operasi. Ayo kita pulang dan menunggunya di rumah!"

Maura terkejut.

"Tidakkah kita menunggunya di sini sampai operasinya selesai?" tanya Maura tak percaya dengan sikap kejam suaminya itu.

Maura menganggap bahwa Danny benar-benar tidak memiliki hati apalagi empati.

Danny menggeleng cepat. "Pulang!"

1
iqbal nasution
keren
Lintang Lia Taufik: Terimakasih ya. 😊🙏
total 1 replies
Nina_Melo
next
Nina_Melo
Sebenarnya, adiknya mati apa masih hidup?
Nina_Melo: Iya kak. semangat ya
Lintang Lia Taufik: Ditunggu di part selanjutnya. Terimakasih sudah mampir membaca Kak.
total 2 replies
Nina_Melo
next dong
Nina_Melo
Mantap, lanjut....
Nina_Melo
mana lanjutannya Kak?
Samantha
Hohoho, makin seru
Dini Anggraini
Semoga bunda author lekas sembuh ya saya sudah baca novelnya bunda yang judulnya obsesi sang presdir tapi endingnya menyedihkan ya bun karena marshanya bunuh diri gak kuat sama cobaan hidupnya.🙏🙏🙏🥰🥰🥰
Dini Anggraini: sama2 bunda🥰🥰🥰
Lintang Lia Taufik: Wah terimakasih. Jika berkenan, Silahkan baca Bunga Desa Terdampar di Kota. Novel sedih menyayat hati, Nobel tersebut adalah karya pertama saya. Terimakasih banyak Kak, atas supportnya yang luar biasa
total 2 replies
ASHLAN DINENDRA
semngat kak suka ceritanya
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...
Lintang Lia Taufik: Siap Kak, ditunggu ya. Semoga bisa Boom Bab. Aku padamu lah ya. 🥰❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Dini Anggraini
Bunda author sampai sejauh ini lo babnya kenapa gak di jelaskan apa yang di lakukan keluarganya Maura kepada keluarga dani sampai dany membunuh semua keluarganya Maura kecuali adiknya yang masih koma sampai sekarang ataukah dany salah alamat sebenarnya bukan keluarga Maura yang membunuh keluarganya?
Lintang Lia Taufik: Sama-sama. Selamat membaca dan semoga suka.
Dini Anggraini: Terima kasih banyak bunda 🥰🥰🥰🥰
total 5 replies
Samantha
Seru
Samantha
Baru pembukaan langsung suka
Teddy
Keren
Teddy
seru
Nina_Melo
Menegangkan
Nina_Melo
seru
Nina_Melo
Selalu suka karyamu
Nina_Melo
Suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!