NovelToon NovelToon
Sistem Tak Terukur

Sistem Tak Terukur

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Sistem / Harem / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Eido

Update tiap hari ~
Follow Instagram: eido_481
untuk melihat visual dari karakter novel.

Setelah begadang selama tujuh hari demi mengejar deadline kerja, seorang pria dewasa akhirnya meregang nyawa bukan karena monster, bukan karena perang, tapi karena… kelelahan. Saat matanya terbuka kembali, ia terbangun di tubuh pemuda 18 tahun yang kurus, lemah, dan berlumur lumpur di dunia asing penuh energi spiritual.

Tak ada keluarga. Tak ada sekutu. Yang ada hanyalah tubuh cacat, meridian yang hancur, akibat pengkhianatan tunangan yang dulu ia percayai.

Dibuang. Dihina. Dianggap sampah yang tak bisa berkultivasi.

Namun, saat keputusasaan mencapai puncaknya...

[Sistem Tak Terukur telah diaktifkan.]

Dengan sistem misterius yang memungkinkannya menciptakan, memperluas, dan mengendalikan wilayah absolut, ruang pribadi tempat hukum dunia bisa dibengkokkan, pemuda ini akan bangkit.

Bukan hanya untuk membalas dendam, tapi untuk mendominasi semua.
Dan menjadi eksistensi tertinggi di antara lang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eido, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pusat Kota Perdagangan (2)

Begitu Feng Jian melangkah melewati gerbang kota, matanya langsung membelalak. Ia berdiri terpaku sejenak, mengangkat kepala tinggi-tinggi, membiarkan pandangannya menyapu setiap sudut kota yang kini membentang luas di hadapannya.

Nine Treasures Paviliun City… benar-benar layak disebut pusat perdagangan dunia kultivasi.

Bangunan-bangunan yang menjulang tinggi berdiri megah di kiri dan kanan jalan utama, bergaya seperti arsitektur dari Tiongkok Kuno, atap melengkung bertingkat, dihiasi ukiran naga dan burung phoenix dari emas dan batu giok, namun jauh lebih mewah dari apa pun yang pernah ia lihat di Bumi. Pilar-pilar raksasa menopang gedung-gedung tersebut, dengan lentera spiritual menggantung, memancarkan cahaya lembut berwarna biru keunguan. Jalan-jalan terbuat dari batu hitam halus yang mengilap, cukup lebar hingga bisa dilalui lima kereta sekaligus.

Feng Jian berjalan perlahan, matanya tak henti bergerak. Di sepanjang jalan, para pedagang dari berbagai ras dan latar belakang membuka lapak. Tenda-tenda menjual Pill, artefak spiritual, senjata berkilauan, dan binatang roh kecil yang dikurung dalam sangkar kristal. Suara pedagang yang menawarkan barang, tawar-menawar, tawa, dan denting logam spiritual bercampur menjadi simfoni hiruk pikuk kehidupan kota malam hari.

Namun perhatian Feng Jian tersita pada satu titik di kejauhan, tampak sebuah istana menjulang di puncak bukit yang menghadap seluruh kota.

Istana itu besar, megah, dan begitu mencolok. Dinding-dindingnya dibangun dari batu giok putih dan kristal spiritual yang memantulkan cahaya bulan. Atap-atap istananya bertingkat sembilan, dihiasi patung naga emas yang meliuk, seolah hidup dan mengawasi kota dari atas langit. Pilar-pilar tinggi menopang gerbang utama yang dilapisi lapisan logam merah darah, memancarkan aura tekanan tak kasat mata.

“Tempat para bangsawan, atau mungkin para penguasa dan pedagang tertinggi… pusat kekuasaan dan kendali kota ini.” pikir Feng Jian, napasnya sedikit tertahan. Aura kekuasaan dari istana itu hampir membuat bulu kuduknya meremang, seperti ia sedang diawasi meski dari jarak puluhan mil.

Namun di balik decak kagumnya, terselip tekad kuat di dada Feng Jian.

"Aku mungkin hanya orang asing yang baru memasuki dunia ini… tapi cepat atau lambat, aku akan berdiri setara dengan mereka. Bahkan… lebih tinggi.”

Ia mengepalkan tangan perlahan, lalu melangkah kembali ke tengah keramaian kota, membawa ambisinya yang baru menyala di bawah gemerlap langit Nine Treasures Paviliun City.

Langkah Feng Jian mantap saat ia mendekati pria tua yang sebelumnya menghadangnya saat ia mendekat ke karavan di luar gerbang. Malam telah menebar kabut tipis di jalanan kota, namun lampu-lampu spiritual yang menggantung di sepanjang jalan membuat suasana tetap terang dan hangat.

Dengan sedikit menunduk sebagai bentuk penghormatan, Feng Jian berkata dengan suara tenang namun tulus, “Terima kasih atas bantuanmu tadi. Kalau bukan karena kalian, aku mungkin kesulitan untuk masuk ke kota ini.”

Pria tua itu menatap Feng Jian dengan sorot mata dalam. Kerutan di wajahnya melunak, senyum tipis menghiasi wajahnya yang keras oleh waktu dan pengalaman. “Anak muda… tak perlu berterima kasih. Tapi aku harus katakan, kau bukan pemuda biasa. Wajah tampan seperti abadi, dan keberanianmu menjelajah sendirian hingga ke kota ini... sungguh langka.”

Ia tertawa pelan, lalu menepuk ringan bahu Feng Jian. “Jika kau mencari tempat untuk bermalam, pergilah ke selatan kota ini. Di sana ada penginapan bernama Anggrek Merah. Tempat itu cukup tenang dan nyaman, cocok untuk seorang pelancong sepertimu.”

Feng Jian mengangguk sopan. “Terima kasih. Jika takdir mengizinkan, kita akan bertemu kembali.”

Namun baru saja ia hendak berpaling, suara lembut seperti embun pagi terdengar dari arah karavan utama.

“Tunggu...”

Langkah Feng Jian terhenti. Ia menoleh, dan melihat kain hitam yang menutupi jendela karavan tersingkap perlahan. Qin Aihan, gadis dari keluarga Qin, berdiri di sana. Malam tak mampu menyembunyikan kecantikannya rambut hitam panjangnya tergerai, matanya yang berwarna kuning terang menatap lurus ke arah Feng Jian.

Begitu pandangan mereka bertemu, mata Qin Aihan membelalak.

“Begitu... tampan…” pikirnya, napasnya tercekat. Jantungnya yang biasanya tenang kini berdetak tak karuan. Dalam hidupnya sebagai putri keluarga pedagang besar, ia telah melihat banyak pria tampan, para pemuda dari klan elit, bahkan pangeran bangsawan… tapi belum pernah ia melihat seseorang dengan aura seperti ini.

Putih bersih, gagah, namun penuh misteri… seperti abadi yang turun ke dunia fana.

Feng Jian sempat bingung, lalu sedikit membungkuk dengan sopan kepada gadis itu. “Terima kasih telah membiarkan aku ikut bersama rombongan kalian.”

Qin Aihan hanya bisa mengangguk kecil, tak sanggup berkata apa-apa. Wajahnya mulai merona, dan ia segera menurunkan tirai kain karavannya kembali.

Di balik tirai itu, tangan mungilnya menggenggam erat dadanya. “Apa yang terjadi padaku…? Kenapa jantungku berdetak seperti ini…?”

Sementara itu, Feng Jian kembali melangkah, senyum tipis di sudut bibirnya. Ia belum tahu siapa gadis itu, tapi… tatapan matanya barusan, seperti benih dari takdir yang baru saja ditanamkan.

Dan malam itu, di bawah langit Nine Treasures Paviliun City, perjalanan takdir Feng Jian mulai berputar menuju arah yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Langkah Feng Jian baru saja hendak membelok ke arah selatan kota ketika suara berat namun lantang menyusulnya dari belakang.

“Hei! Anak muda!”

Feng Jian berhenti sejenak dan menoleh. Pria tua yang berjaga tadi melangkah maju beberapa langkah ke arahnya, mata tajamnya menyipit dalam cahaya lentera.

“Siapa namamu?”

Feng Jian tersenyum samar, matanya bersinar dalam keremangan malam. Ia menoleh sedikit ke belakang, suaranya terdengar tenang namun penuh keyakinan.

“Feng Jian.”

Angin malam bertiup pelan, membawa suara itu melayang melewati karavan yang kini bersiap untuk berjalan kembali. Pria tua itu mengangguk pelan, senyum tipis muncul di wajah tuanya yang keras oleh waktu. Tanpa berkata lebih, ia kembali berjalan ke depan kusir yang memegang tali kendali kuda, memberi isyarat dengan anggukan singkat.

Kusir itu menggerakkan tali kendali, dan roda karavan keluarga Qin kembali berderak perlahan di atas jalan batu kota, meninggalkan gerbang besar menuju pusat perdagangan kota.

Namun di dalam karavan utama Qin Aihan, yang masih duduk diam dengan wajah menunduk, telinganya menangkap dengan jelas suara nama itu.

"Feng Jian."

Nama itu berputar-putar dalam benaknya, seolah mengukir jejak di lubuk hatinya. Ia memejamkan mata sejenak, namun detak jantungnya masih berdetak begitu keras, seperti genderang perang yang tak mau mereda.

“Kenapa jantungku berdebar begini…?” pikirnya, sambil menggenggam erat kain dudukannya. Pipinya telah memerah, dan tubuhnya terasa lebih panas dari biasanya. Ia mencoba menggeleng, mengusir pikiran-pikiran aneh yang muncul pikiran tentang senyuman tipis Feng Jian, sorot matanya, wibawa misterius yang begitu kuat dan begitu tampan.

“Tidak mungkin... Aku tidak jatuh hati hanya karena satu pandangan. Tidak mungkin...”

Namun hatinya menolak logikanya sendiri. Nama itu… wajah itu… telah terukir dalam, seakan sudah tertulis oleh takdir.

Sementara itu, karavan keluarga Qin terus berjalan menyusuri jalan utama kota, perlahan menuju Paviliun Pelelangan Tujuh Bintang, tempat para keluarga besar dan pedagang elit menjual dan melelang barang-barang langka dari seluruh penjuru dunia kultivasi.

Di sisi lain kota, Feng Jian melangkah sendirian menuju Penginapan Anggrek Merah, belum menyadari bahwa takdirnya dan Qin Aihan telah bersilangan, dan akan terus terikat dalam jalinan yang lebih dalam dari yang bisa ia bayangkan.

1
maz tama
hmmm hareeem/Smug//Grin/
maz tama
alur ceritanya bagus
Eido: terima kasih
total 1 replies
Kaye Kaye
up min
Eido: oke di tunggu ya
total 1 replies
Hendra Saja
jgn lelah untuk up Thor......semangat....
Eido: makasih kak
total 1 replies
qwenqen
ku kira akan menarik eh ternyata hanya novel sampah yang mengumbar fantasi birahi semata
Singaz
Lanjutkan thor
Singaz
Gak sabar nunggu update selanjutnya
PiuPyu
Ceritanya menarik, perkembangan alur cerita nya maju. Rekomendasi!
ipokdin
terbaik
Eido: Terima kasih ❤️
total 1 replies
Musang Bulan
Menarik....
leasiee~。
hai kak aku mampir yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Hiu Kali
kebanyakan kata-katanya dari AI generator..semangat thor.. tunjukkan kualitasmu yang sesungguhnya..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!