NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Shanaya berdiri di depan cermin besar, membetulkan lipatan kecil di ujung kemeja putihnya yang halus. Potongannya pas membingkai tubuh rampingnya, dengan detail ruffle di kerah yang memberi sentuhan anggun dan dewasa. Rok mini bermotif tweed bernuansa pastel melingkari pinggangnya, memancarkan kesan elegan sekaligus tegas.

Semalam, ia menerima pesan dari Astuti, ibu mertuanya, yang memintanya datang ke rumah sebelum berangkat kerja. Shanaya tahu betul, permintaan itu bukan sekadar ajakan ramah-tamah. Biasanya, ada saja drama baru yang menanti, apalagi ini sudah akhir bulan, waktu yang selalu sensitif soal uang.

“Kamu yang undang aku, jadi kalau nanti tekanan darahmu naik, jangan salahkan siapa-siapa,” gumamnya sambil mengenakan heels nude. Pilihan tepat untuk tampilan yang kuat dan stabil. Seolah siap menghadapi ibu mertua yang kejam.

Sebelum keluar, matanya menyapu ruang tamu rumah minimalis itu. Dinding-dindingnya penuh foto keluarga yang tampak bahagia. Tampak. Karena semua itu hanya cantik dalam bingkai, di kehidupan nyata, lain cerita.

“Sepertinya sudah waktunya aku beresin semua ini,” bisiknya, nyaris tak terdengar.

Reno sudah pergi sejak pagi. Katanya harus ke Majalengka lebih awal. Bohong atau tidak, Shanaya sudah malas peduli. Rumah ini memang sunyi, tapi untuk pertama kalinya, kesunyian itu terasa melegakan seperti menarik napas setelah lama tenggelam.

Ponselnya menyala lagi dan terlihat satu notifikasi. Ia langsung membukanya.

[Ibu Shanaya, mobil Anda sudah selesai diperbaiki. Kami menunggu untuk pengambilan.]

Ia membalas cepat, [Saya ambil saat istirahat siang.]

Kemudian Shanaya berpindah ke aplikasi lainnya dan melirik ke aplikasi ojek online. Titik kendaraan sudah muncul di depan rumah. Ia tarik napas panjang, lalu melangkah keluar, menuju rumah mertuanya.

Hanya beberapa menit berkendara ia sampai karena pagi ini jalanan ibu kota jakarta masih begitu lenggang. Begitu sampai, ia disambut oleh pembantu rumah tangga yang tampak kaget.

Wajar. Di luar sana, tak banyak yang tahu kalau Shanaya adalah istri Reno. Tapi di keluarga Alhadi, nama dan wajahnya cukup dikenal. Dulu, pengakuan sebatas itu saja sudah cukup baginya. Tapi kini, yang tersisa hanya penyesalan. Kenapa dulu ia tidak minta diakui secara terbuka? Betapa bodohnya ia membiarkan diri diinjak diam-diam.

“Nyonya datang?” suara si pembantu terdengar ragu.

“Majikanmu yang undang. Kalau aku gak datang, kamu tahu sendiri siapa yang bakal dimarahi,” jawab Shanaya datar, malas basa-basi.

“Tapi… itu…”

Nada gugup si pembantu langsung bikin Shanaya curiga. Sudah bisa nebak, pasti ada tamu lain di dalam. Entah siapa yang jelas, kehadirannya tak ingin diketahui atau justru sengaja ditutup-tutupi.

Tanpa peduli, Shanaya langsung masuk. Langkahnya tenang dan pasti. Saat melewati ruang makan, matanya langsung menangkap pemandangan yang sudah ia prediksi meskipun secara tak langsung, Reno, Malika, dan mertuanya duduk manis satu meja makan.

Senyumnya tipis, lebih mirip ejekan. Ia berjalan anggun mendekat pelan tapi penuh makna.

Reno mendongak, jelas terkejut. “Shanaya? Kamu ke sini?”

“Ibumu yang undang aku. Ya jelas aku datang,” kata Shanaya, menatap Reno tanpa takut. “Tapi kamu… bukannya tadi bilang harus ke Majalengka? Sejak kapan bisa teleport?”

Reno berdeham, berusaha tetap tenang. “Jangan salah paham. Aku memang harus ke sana, tapi pesawatnya delay. Jadi ya, mampir dulu ke sini.”

“Bareng dia?” Shanaya melirik tajam ke arah Malika.

“Iya. Aku bilang kangen masakan Tante Astuti. Daripada sarapan di luar, sekalian aja ke sini,” jawab Malika santai tanpa malu dan bahkan merasa dirinyalah sekarang menantu keluarga Alhadi.

Tapi Astuti langsung menyambar, nada suaranya seperti pisau. “Kangen masakan apa? Bukannya kamu yang masak semua ini, Malika.”

Malika seperti mendapatkan pujian, pipinya berubah merah, malu-malu.

Namun Astuti tak ingin melewatkan kesempatan, ia menoleh ke Shanaya sambil tersenyum tipis. “Shanaya, kamu tuh harus belajar banyak dari Malika. Biar suamimu juga ngerasain masakan istrinya. Kamu sibuk kerja terus, keasyikan jadi wanita karier, sampai lupa tugas utama, ngurus suami.”

Shanaya mendengus pelan. Dulu, saat keluarga Alhadi hampir bangkrut dan ayah Reno meninggal, siapa yang mereka minta untuk tetap tinggal dan membantu membangun bisnis dari nol? Dirinya. Padahal saat itu adalah masa mudanya, masa yang seharusnya bisa ia gunakan untuk bersenang-senang, mungkin belajar memasak seperti yang sekarang selalu dipermasalahkan.

Saat usianya baru 20 tahun, Astuti tiba-tiba memerintahkan mereka untuk menikah demi meredam gunjingan keluarga. Setelah menikah, Shanaya terus diminta mendampingi Reno, memberikan dukungan penuh, bahkan sampai menguras tenaga dan pikirannya, bekerja sambil kuliah tanpa jeda.

Tapi sekarang? Astuti pura-pura amnesia. Semua pengorbanan Shanaya seolah nggak ada artinya.

Shanaya menatap Malika, lalu mengarah ke Astuti. Senyumnya halus, tapi kalimatnya tajam. “Kalau Reno memang doyan masakan Malika, ya tinggal aku bayar aja dia buat masak di rumah. Keluarga Alhadi nggak kekurangan uang, kan?”

Malika langsung pasang wajah nelangsa. “Kenapa sih Shanaya ngomong kayak gitu ke aku? Aku nggak pernah niat ganggu rumah tangga kalian. Sekalipun dibayar, aku nggak akan mau.”

“Aku nggak bilang seperti itu ya,” jawab Shanaya tenang tapi jelas. “Aku cuma bilang kalau Reno suka masakanmu, aku bisa bayar. Gitu aja. Jadi, jangan salah paham, oke.”

“Bu…” Malika langsung merengek, nyari simpati.

Astuti pun bereaksi cepat. “Cukup, Shanaya! Nggak usah sok bisa bayar Malika. Kamu kerja aja, ibu nggak pernah merasa cukup! Gaji kamu itu apa sih? Kalau bukan uang Reno, keluarga Alhadi nggak akan jadi sebesar ini. Jadi berhenti ngerasa paling berjasa, ya. Keluarga kamu di kampung juga masih gitu-gitu aja. Kamu kerja, tapi nggak bisa angkat derajat mereka!”

Shanaya mengepal tangan, rahangnya mengeras. Dia paling nggak tahan kalau keluarga di kampung dibawa-bawa. Matanya mencari Reno harapannya satu, suaminya membela. Tapi Reno malah asyik makan masakan Malika, seperti nggak ada apa-apa.

Astuti belum selesai. “Satu lagi, udah bertahun-tahun nikah, tapi kamu belum hamil juga. Jangan-jangan kamu mandul?”

Itu puncaknya. Shanaya berkedip cepat, berusaha menahan emosi yang mendidih. Tapi ketika melihat senyum puas di wajah Malika, batas sabarnya habis.

Suara Shanaya keluar pelan tapi tajam. “Kalau ibu pengen tahu soal anak, tanya dulu deh ke anak ibu. Kenapa dia terus-terusan ngelak, bahkan lebih milih pakai kontrasepsi. Jangan-jangan…” Ia menatap Reno, tajam menusuk. “…justru dia yang mandul.”

"Shanaya!" bentak Reno, matanya melotot. Tangannya menghantam meja, sendok dan piring beradu nyaring, bikin semua orang terdiam.

Tapi Shanaya nggak bergeming. Dia tetap berdiri tegak, tatapannya semakin mantap, ucapannya makin menghujam.

“Kenapa? Sakit hati? Kalau iya, jadilah suami layak suami.”

1
css
next 💪💪💪
knp update nya Arsen buk bgt y🫢🫢🫢
Sadewa JD anak tiri 🤔
Hayurapuji: biar cepet tamat dan fokus dimari kak hehehhe
total 1 replies
css
next kakak, tak tunggu karyaMu 💪
Hayurapuji: siap kakak terimakasih
total 1 replies
Nunung Nurhayati
bagus aku suka
Hayurapuji: terimakasih kakak, ditunggu ya updatenya
total 1 replies
Nunung Nurhayati
lanjutkan kakak aku suka novel mu
css
next 💪
Miss haluu🌹
Apa jangan-jangan emg si Reno kampret mandul??🤔
Miss haluu🌹
Suruh aja calon mantu barumu itu, Bue😐
Miss haluu🌹
Reno, lu emg anj!!🔪
Hayurapuji: jangan erosi mak
total 1 replies
Miss haluu🌹
Baru nyadar, Shanaya??😏
Miss haluu🌹
Dih, kocak lu, Ren!😌
Hayurapuji
kalau ada yang kesal sama kelakuan reno, autor mau pinjemin sepatu ini buat nimpuk dia 🤣⛸️
Greenindya
ada yg lebih horor dibanding batu nisan ga🤣🤣🤣
Hayurapuji: hahahah ada kak, batu kuburan
total 1 replies
Miss haluu🌹
Shanaya habis ketemu kulkas lalu ketemu kampret😌
Hayurapuji: kyk gak da tenangnya hidup shanaya
total 1 replies
css
vote ku meluncur kak💪
Hayurapuji: terimakasih kakak, udah nyampai sini
total 1 replies
Miss haluu🌹
Ahaiii langsung gercep nih camer😆
itu jodohmu, Shanaya🤭
Miss haluu🌹
Ngasih kesempatan itu mmg ga salah, Shanaya, tapi.. itu harus ke orang yg tepat! Kalo Reno sama sekali bukan orang yg tepat😟
Miss haluu🌹
Kaget kan, lu, Ren? Dasar suami ga egois, ga guna!
Miss haluu🌹
Reno mau lu apa, sih?? Mau Shanaya atau Malika si kedele item😌
Hayurapuji: dirawat dengan sepenuh hati
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!