Pelet Sukmo Kenongo adalah jalan ninja Lisa untuk memperbaiki hubungannya dengan sang kekasih yang sedang tak baik-baik saja.
Sayangnya, air yang menjadi media pelet, yang seharusnya diminum Reza sang kekasih, justru masuk ke perut bos besar yang terkenal dingin, garang dan garing.
Sejak hari itu, hidup Lisa berubah drastis dan semakin tragis. Lisa harus rela dikejar-kejar David, sang direktur utama perusahaan, yang adalah duda beranak satu, dengan usia lebih tua lima belas tahun.
Sial beribu sial bagi Lisa, Ajian Sukmo Kenongo yang salah sasaran, efeknya baru akan hilang dan kadaluarsa setelah seratus hari dari sejak dikidungkan.
Hal itu membuat Lisa harus bekerja ekstra keras agar tidak kehilangan Reza, sekaligus mampu bertahan dari gempuran cinta atasannya.
Di akhir masa kadaluarsa Ajian Sukmo Kenongo, Lisa malah menyadari, siapa sebenarnya yang layak ia perjuangkan!
Karya hanya terbit di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al Orchida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Solusi Nyi Sekar Asih
Hampir tengah malam saat Lisa dan Nina tiba di rumah Nyi Sekar Asih. Mereka menyewa mobil berikut sopirnya untuk ke Banyuwangi selepas jam kantor. Perjalanan memakan waktu hampir tujuh jam dari Surabaya.
Sebenarnya, tidak terlalu macet, tapi juga tidak bisa dibilang lancar. Hanya saja hujan turun sepanjang perjalanan. Bahkan masih menyisakan rintik kecil ketika Lisa dan Nina memasuki rumah Nyi Sekar Asih.
Mereka kembali diterima di ruang tamu khusus seperti sebelumnya. Dipersilahkan duduk di depan meja dengan tungku pembakaran dupa yang masih menyala.
Bau dupa kenanga memenuhi ruangan. Hawa mistis yang membuat kulit meremang tak bisa dihindari, baik oleh Lisa maupun Nina. Hanya saja, keduanya sudah bertekad untuk menyelesaikan masalah pelet salah sasaran malam itu juga, meski Nyi Sekar Asih menyarankan untuk berkunjung pada siang hari saja.
Lisa menggosok-gosok telapak tangannya, kemudian meraba bulu lengannya yang menegak. Ia celingukan ke seantero ruangan yang dindingnya dilapisi kain hitam itu, mencari sosok-sosok yang sepertinya sedang mengawasi dari balik bayangan.
Nyi Sekar menambahkan dupa ke dalam tungku pembakaran kecil yang ada di atas meja, hingga asap berbau harum kemenyan kembali mengepul dan menyebar ke seluruh ruangan.
Lisa dan Nina menahan nafas sejenak agar tidak terlalu pusing dengan bau pekat dupa yang baru mengudara di sekitarnya.
Setelah berkomat-kamit sambil memejamkan mata beberapa menit, Nyi Sekar Asih tersenyum kecut. Ia menyeruput kopi pahit hitam dalam gelas jumbonya lebih dulu sebelum mulai berbicara.
“Aku sudah melihatnya. Ada yang tidak selaras dan sejalan dengan mantra pengasihanku. Air pelet sukmo kenongo yang seharusnya menjadi kunci hati itu tidak menyatu dengan niatmu!”
Lisa menghindari tatapan tajam Nyi Sekar dengan cara sedikit menundukkan kepala. “Saya, saya nggak sengaja, Nyi! Kopi yang harusnya diminum Reza … pagi itu diminta paksa oleh bos saya. Sekarang bos saya jadi sangat perhatian dengan saya seperti pensiunan Romeo kepada Julietnya!”
“Ini Romeo bukan sembarang Romeo, Lisa! Pak David itu Romeo kelas premium. Romeo paket komplit. He is bos besar. Direktur utama perusahaan, berwibawa, penuh kharisma dan aku rasa orangnya juga royal dan baik hati,” celetuk Nina yang sepertinya tak terima sahabatnya memandang rendah bos mereka.
“Apaan sih, Nin? Dah kayak makelar duda aja kamu ini,” cibir Lisa kesal.
Nyi Sekar kembali tersenyum tipis mendengar celoteh dua gadis muda di depannya. Ia menimpali dengan suara tenang, “Kalau dipikir baik-baik untung ruginya, sebenarnya pelet itu tidak salah sasaran! Maksudnya daripada nyasar ke tukang bersih-bersih atau pegawai yang jabatannya lebih rendah daripada Reza.”
Nina langsung menyahut, “Nah, kan … Nyi Sekar aja paham konsepnya!”
“Nina? Stop ngomporin aku,” pungkas Lisa tak bisa menahan jengkel.
Nyi sekar menengahi, “Nina benar, Lisa! Kebanyakan wanita yang datang kesini itu karena ingin membuat bos mereka jatuh hati, sehingga bisa naik jabatan dengan cepat, bahkan tak sedikit yang ingin menjadi istri atau sekedar simpanan si bos!”
Lisa nyaris tak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia menggeleng tak setuju dengan konsep itu. “Jadi sekarang saya harus gimana, Nyi? Pokoknya saya nggak mau jadi pacar, jadi simpanan, apalagi jadi istri bos. Saya maunya cuma nikah sama kekasih saya, Reza. Jadi tolong bantu netralin mantra peletnya ya, Nyi! Saya bayar lagi nggak apa-apa, yang penting masalah saya beres!”
“Sayangnya, efek yang ditimbulkan oleh ajian sukmo kenongo tidak bisa dibatalkan atau dicabut begitu saja. Kamu bisa kena tulahnya, begitu juga aku. Tapi tenang, efek itu akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu seratus hari,” ujar Nyi Sekar dengan ekspresi tak tertebak.
Kontan saja informasi itu membuat Lisa membelalakkan mata, “Apa? Seratus hari? Waduh, saya bisa kehilangan Reza kalau harus nunggu selama itu, Nyi!”
“Atau malah udah jadi istri sah sang direktur utama,” celetuk Nina sambil menahan tawa geli.
Nyi Sekar kembali menjelaskan dengan lebih gamblang, “Selama seratus hari kedepan, kamu tidak bisa menggunakan mantra pelet baru walaupun aku masih punya beberapa ajian lain. Walaupun ajian pengasihan yang baru dipaksa dikidungkan, tetap tidak akan bekerja, tidak akan ada efeknya pada Reza.”
“Berarti … saya sama sekali nggak bisa mengunci hati Reza? Walaupun cuma sedikit, seujung kuku, Nyi?” tanya Lisa putus asa, seraya menjentikkan kuku jari kelingking.
“Hatimu harus tenang, Lisa! Kalau kamu emosional, malah bisa jadi bumerang nanti. Justru tanpa pelet sukmo kenongo, kamu bisa melihat lebih jeli lagi, apakah cinta Reza masih ada atau tidak? Jadi saat masa seratus hari itu berakhir, kamu bisa memutuskan kembali langkah yang paling tepat buat masa depanmu!”
“Haduuuuh … kenapa solusinya jadi begini?” tanya Lisa lebih pada dirinya sendiri. Ia tak puas dengan jawaban Nyi Sekar. Sangat tidak puas. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Nina menepuk-nepuk pundak Lisa untuk menunjukkan simpati, “Dijalanin aja, Lis! Cuma seratus hari doang ini. Anggap ini ujian buat Reza juga! Kita lihat gimana reaksi dia lihat kamu diperhatikan dan disayang sama bos besar.”
“Seratus hari itu lama, Nin! Baru dua hari aja aku udah dikasih tiket konser jazz, diajak meeting eksternal, makan siang fancy, dan pulang meeting kemarin diajak belanja ke mall.”
“Trus kalian jalan ke mall dong akhirnya? Beli apa aja, Lis? Baju? Sepatu? Tas mahal? Perhiasan?” cerca Nina antusias.
Lisa melotot sebal ke arah Nina. “Hadeeeh … aku nggak sematre itu, Nin! Aku tolak dengan alasan pusing, kram perut, mual.”
“Sayang banget. Mulai besok nikmatin aja apa yang terjadi, Lis! Jarang-jarang loh bisa dapet perhatian spesial dari atasan!” ungkap Nina serius. “Lagian cuma seratus hari! Misal aku ada di posisimu, bakal aku manfaatin sebaik mungkin kesempatan itu.”
Nyi Sekar kembali menengahi dengan bijak, “Siapa tahu cinta yang datang dari arah yang salah ini bisa menyadarkan Reza? Biasanya pria baru akan merasa kehilangan setelah wanitanya jatuh ke pelukan pria lain. Kadang selalu terlambat untuk mengambil langkah preventif. Jadi, ambil saja hikmahnya saja, Lisa!”
Lisa merasa tak senang dengan kata-kata Nyi Sekar. Menurut Lisa, kalimat itu merujuk pada sikap tidak bertanggung jawab Nyi Sekar sebagai orang pintar yang dipercaya Lisa.
Memang benar itu salahnya, tapi masa iya yang punya mantra pelet tidak bisa memberi solusi untuk mengatasi? Apa bedanya dengan lelucon orang sakti yang bisa menghilang tapi tidak bisa balik lagi? Atau apa bedanya dengan dukun yang konon bisa menggandakan uang tapi dirinya sendiri sama sekali tidak kaya raya?
“Ya sudahlah! Mau gimana lagi? Terpaksa berkorban hati dan perasaan kalau begini ceritanya,” kata Lisa pasrah, kecewa dan kehilangan semangatnya. Jujur, ia ingin menangis, meraung-raung di puncak gunung untuk meluapkan segala sesak yang memenuhi dada.
Nina mengacungkan jempol tanpa empati sedikitpun, dan mulai memprovokasi lagi, “Yang penting hidup kamu makmur selama seratus hari, Lis! Banyak traktiran, banyak hadiah, banyak perhatian, banyak cinta. Syukur-syukur bisa naik jabatan, bisa setara dengan Laura, mantap kan?!”
“Astagaaa … Nina?!” keluh Lisa geram, sembari geleng-geleng kepala frustasi. “Kalau nggak mandang temen, udah aku santet kamu sekarang! Mumpung kita lagi ada di pusatnya.”
Bersambung,
temen yg super konyol masabiya mau dipelet yg pke seumur hidup hadeh
lama kelamaan juga reza pasti nyesel lis apalagi kalo kualitas kamu makin bagus..
jd selama ajian belum berakhir pepet trroos mas dave nya jd pas ajian itu kadaluarsa mas dave udh ngerasa nyaman ama kamu lisa..dan kalaupun reza kembali hushus hempas jauh2 mantan bastard mu itu😆😆😆
salah soal masa expired tuh pelett. bener tak sih...
seratus juta little kiss hemm, gimna klo......