NovelToon NovelToon
CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:690
Nilai: 5
Nama Author: Rii Rya

dendam adalah hidupnya. Melindungi adalah tugasnya. Tapi saat hati mulai jatuh pada wanita yang seharusnya hanya ia jaga, Alejandro terjebak antara cinta... dan balas dendam yang belum usai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rii Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 6

...~~~~~~~...

Mesin pembuat kopi otomatis itu berhenti berbunyi. Alejandro selesai menyeduh kopi nya dan membawa secangkir minuman yang masih mengepulkan asap itu menuju ke meja makan.

Tangannya bergerak menarik kursi berwarna silver itu hingga menimbulkan suara derit. Pria tampan itu tampak tenang menikmati secangkir kopi yang dia buat. hingga beberapa saat kemudian, dia mengarahkan pandangannya ke lantai atas tepat di kamar elena yang masih tertutup rapat.

Alejandro bangkit dan berjalan menuju ke dapur untuk membuat beberapa roti panggang dan segelas susu hangat.

Dengan langkah lebar, pria itu telah berhasil sampai di lantai atas dengan cepat.

Alejandro mengetuk pintu kamar gadis itu dengan hati-hati.

Hening. Tak ada jawaban dari dalam sana. Alejandro memutar knop pintu itu dan ternyata tidak dikunci.

Pria itu tidak langsung masuk melainkan mencoba memanggil elena kembali, dia tidak ingin lancang masuk ke kamar gadis itu sembarangan.

Alejandro mengerutkan keningnya melihat elena yang tidak merespons kehadirannya. gadis itu meringkuk membelakangi nya.

Pria itu meletakkan nampan berisi roti dan segelas susu itu keatas nakas dan beralih mendekati elena yang masih terpejam.

Alejandro memeriksa kening gadis itu. Pria itu panik karena suhu tubuh elena sangat panas. Gadis itu terkena demam tinggi.

Tanpa pikir panjang lagi, Alejandro langsung mengangkat tubuh mungil itu kedalam gendongan nya dan segera membawa nya keluar.

"Elena, sadarlah!"

"Elena!" Dia terus berharap gadis itu mau membuka matanya.

Sampai di pintu depan, beberapa penjaga dirumah itu menghadang Alejandro yang hendak membawa elena masuk kedalam mobil.

"Kau tidak boleh membawa nona elena keluar," ucap salah satu dari mereka.

"MINGGIR, BERI AKU JALAN!" Alejandro berusaha mencari celah namun mereka terus menghadang langkah nya.

"KALIAN GILA YA! AKU HARUS SEGERA MEMBAWA NYA KE RUMAH SAKIT, DIA BISA MENINGGAL JIKA KALIAN TERUS MENCEGAH LANGKAH KU!" Bentak Alejandro geram, kedua netra coklat itu menatap mereka penuh kemarahan yang menyala-nyala membuat orang-orang tersebut langsung memberinya jalan.

Salah satu dari mereka langsung berlari membukakan pintu mobil dan Alejandro langsung tancap gas setelah menutup pintu mobil itu dengan kencang.

Keempat penjaga dirumah itu saling menatap satu sama lain.

"Kenapa kau diam saja, dia kan hanya pengawal baru di rumah ini,"

"Apa kau tidak melihat bagaimana cara nya menatap kita? Dia seperti ingin menguliti kita hidup-hidup," Pria bertato itu bergidik ngeri.

"Aku melihat nya. Bola matanya seperti mengeluarkan api tadi. Aku tidak mengira bahwa pria dengan wajah polos itu ternyata sangat menyeramkan,"

"Diamlah, sebaiknya kalian pikirkan bagaimana jika tuan besar sampai tahu soal ini?"

"Tuan besar kan sedang berada di luar negeri, jadi kurasa semua masih aman."

Tak lama sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti tepat di depan mereka. Arthur bergegas keluar dari mobil nya untuk bertemu dengan elena.

"Dimana elena?"

"Nona elena dibawa ke rumah sakit, tuan,"

"Apa! Siapa yang lancang membawa nya pergi dari tempat ini?" Arthur menatap tajam kearah mereka semua yang menundukkan kepala.

"JAWAB AKU, SIALAN!" Maki nya kesal.

"Alejandro, tuan."

"Alejandro?"

"Dia bodyguard baru yang di tugaskan oleh tuan besar khusus menjaga nona elena secara langsung,"

Arthur mengepalkan tangannya geram. Pria itu gegas kembali masuk kedalam mobil nya dan pergi begitu saja.

Sesampainya di rumah sakit, Alejandro bergegas berlari menggendong elena menuju ke UGD untuk segera ditangani oleh dokter.

15 menit kemudian, seorang wanita memakai sneli putih keluar dari ruang UGD dan menghampiri Alejandro yang juga langsung bangkit dari duduknya.

"Bagaimana keadaan nya, apa dia baik-baik saja?" Entah mengapa pria itu merasa cemas.

"Demamnya sudah mulai mereda, sepertinya dia sering terlambat makan sehingga membuat imunnya melemah. Selanjutnya tolong di perhatikan lagi jadwal makannya supaya tidak terjadi hal seperti ini lagi." Alejandro mengangguk paham dan memberi jalan untuk dokter tersebut lewat.

Beberapa menit kemudian, pria berbadan tegap itu kembali dengan menenteng satu kantong plastik berisi makanan dan cemilan.

Alejandro menggeser pintu ruangan rawat elena dengan perlahan sampai saat pria itu berhenti melangkah ketika melihat seorang pria tengah mencium tangan gadis yang masih belum sadarkan diri itu.

"SIAPA KAU!" Alejandro menjatuhkan barang bawaannya dan menarik pria itu dengan kasar.

Arthur berdecih lalu tertawa singkat.

"Jadi kau Bodyguardnya elena?" Arthur melihat Alejandro dari atas sampai bawah lalu tersenyum licik dan mendorong pria yang lebih tinggi 2 cm darinya itu dengan kasar.

Arthur kembali mendekati bangkar elena dan membelai pipi kemerahan gadis itu dengan sengaja. Alejandro geram dan kembali menarik Arthur lalu melayangkan tinjunya kewajah pria itu.

"KEPARAT SIALAN! BERANI NYA KAU!" Arthur menyeka sudut bibirnya yang berdarah dan menyerang balik Alejandro.

Dua pria tinggi itu saling adu jotos satu sama lain membuat kegaduhan di ruangan itu. Aksi mereka akhirnya berhenti setelah seorang perawat masuk dan menegur agar tidak membuat keributan.

"Maaf, tuan Arthur. Saya tidak tahu ternyata itu anda." Perawat tersebut langsung menundukkan kepalanya.

Arthur melirik tajam kearah Alejandro "tidak masalah, pergilah." titahnya singkat pada perawat tersebut.

"Arthur? Dia!" Batin Alejandro yang baru menyadari bahwa pria yang berdiri tiga langkah dari nya itu adalah pelaku tabrak lari Kirana malam itu.

"Sekarang kau sadarkan dengan siapa kau berhadapan? Ingat. Kau hanya seorang bodyguard rendahan jadi jangan berlagak sok jadi pahlawan!" Kalimat demi kalimat yang keluar dari bibir pria itu semakin membuat Alejandro memanas. Arthur berlalu pergi, alejandro mulai bergerak untuk menghajar wajah yang menunjukkan kesombongan itu kembali, namun lenguhan gadis itu menginterupsi niatnya.

Elena membuka matanya dan orang yang pertama kali dia lihat adalah alejandro. Pria itu hanya menatap nya dengan tatapan dingin. Tidak berniat membuka suara meski hanya berbasa-basi.

Elena menatap dalam diam punggung pria itu yang tengah memunguti satu-persatu camilan yang berserakan di lantai.

Elena mengalihkan pandangannya saat alejandro berjalan kearahnya dan menarik kursi lalu duduk disebelah bangkar putih itu.

Elena bergeming saat alejandro meletakkan kotak makanan berisi bubur ayam itu di atas tangannya.

"Makanlah," ucap nya singkat dengan suara beratnya.

Elena menatap bubur ayam itu bingung karena tidak ada sendok nya. Gadis itu melirik kearah alejandro yang baru saja mengeluarkan ponsel dari saku jasnya.

"Kenapa? Kau berharap aku menyuapi mu? kau sudah besar jadi jangan manja," ucap nya ketus.

"Tidak perlu repot-repot mengatai ku sekasar itu. Aku bisa makan sendiri, tapi sendok nya tidak ada." Balas elena agak kesal.

Pria itu langsung berdehem menetralisir rasa malunya. Dia baru sadar jika sendok plastik bawaan kotak bubur itu ternyata sudah pecah karena sempat terinjak saat dia bertengkar dengan Arthur tadi.

"Tunggu sebentar," Pria itu bergegas pergi keluar.

"Kenapa kau memisahkan nya?" Alejandro buka suara karena elena sibuk memisahkan kacang goreng yang ada di dalam bubur ayam tersebut.

"Aku memiliki alergi terhadap kacang-kacangan, aku sangat ingin memakannya namun tubuhku tidak bisa menerima dan hanya akan membuat kulit ku ruam dan gatal," jawab elena sejujurnya. Gadis itu memang memiliki alergi terhadap kacang-kacangan sejak usianya 6 tahun.

Saat itu, ayahnya pulang bekerja dan membawakan nya es krim dengan toping kacang di dalamnya. Elena menghabiskan es krim itu dengan lahap namun tak lama kemudian, gadis kecil itu mengeluh tubuhnya panas dan ruam kulit mulai muncul hingga akhirnya dia dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Dari sana lah akhirnya dia tahu bahwa dia memiliki alergi terhadap kacang-kacangan.

Alejandro tiba-tiba bangkit dari duduknya dan merebut kotak makan berisi bubur ayam itu dari tangan elena.

Gadis itu ingin protes namun urung dia lakukan saat pria itu mulai mengeluarkan kacang goreng itu satu-persatu dengan hati-hati bahkan sampai remahan yang terkecil sekalipun.

"Berhentilah melihat ku seperti itu, jangan salah sangka. Aku melakukan ini karena tugasku sebagai bodyguard yang menjaga mu," ucap nya yang sadar sejak tadi gadis itu melihat kearah nya.

"Kau juga berhenti berpikir kalau aku mengharapkan sesuatu dari mu. Aku hanya sedang menunggu kau menyelesaikannya, aku sudah lapar," Lagi-lagi elena merasa kesal karena pria itu terlalu percaya diri.

"Kau beruntung karena aku sedang sakit. Kalau tidak, wajah sombong mu itu pasti sudah ku lumuri dengan bubur ayam itu." Gerutu elena kesal dalam hatinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dinihari namun kedua mata pria itu sama sekali tidak ingin terpejam.

Berkali-kali dia bangkit dan duduk lalu terus mengulangi aktivitas yang sama.

Alejandro melihat kearah elena yang sudah lama terlelap setelah meminum obatnya.

Dia berdiri dan berjalan menuju ke bangkar putih itu dan menarik selimut. menyelimuti gadis cantik itu. Kini wajahnya tidak se pucat saat pertama kali dia membawa nya ke rumah sakit.

Alejandro memasukkan kedua tangannya didalam saku celananya, menatap gadis itu sebentar sebelum dia benar-benar beranjak pergi.

Alejandro memacu kecepatan kendaraan roda empat itu membelah jalanan yang mulai sunyi.

Pria itu menghentikan mobil tersebut tepat di depan area pemakaman umum. Alejandro melangkahkan kakinya masuk kedalam area pemakaman tersebut untuk menemui Kirana, kekasihnya yang telah terlelap di alam yang berbeda dengan nya.

Alejandro mengusap nisan itu perlahan, cahaya disekitar sana tidak terlalu terang namun sinar rembulan kali ini membuat nama yang terukir di batu nisan itu terlihat jelas.

"Rana, aku datang untuk menemui mu. Maaf jika belakangan ini aku jarang menemui mu," ucap nya lirih bahkan hampir tak terdengar.

"Aku sudah menemukan orang yang membunuh mu, Rana. Aku janji akan membalas perbuatannya saat waktu nya tiba. Ku harap kau tidak kecewa terhadap ku, Rana,"

"Oh ya, kau tahu? Sekarang aku memiliki pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Aku menjadi seorang bodyguard dan menjaga seorang gadis yang menyebalkan.

Gadis itu selalu mengabaikan kesehatan nya sendiri, dia bahkan sanggup hujan-hujanan di malam hari dan berakhir masuk ke rumah sakit. Dia benar-benar merepotkan ku," ucap alejandro lagi sambil tertawa kecil sampai beberapa detik kemudian pria yang terkenal tangguh di arena pertarungan itu mulai menangis terisak-isak.

"Rana..."

"Kirana ..." Panggil nya lagi berharap mendapatkan respons padahal dia sendiri tahu bahwa keinginan nya itu sangat mustahil untuk terkabul.

"Haruskah aku melepaskan semua kisah kita? Kenapa kau pergi meninggalkan ku dengan kejam seperti ini, Rana!"

"Kau membuatku merasa seperti seorang pecundang sejati, Rana. Seharusnya Kau katakan pada ku sejak awal jika kau akan pergi meninggalkan ku lebih dulu seperti ini, maka aku tidak akan terpuruk seperti ini." Alejandro memukul-mukul dadanya yang terasa sesak seakan akan oksigen disekitar nya telah dirampas paksa oleh situasi yang rumit.

1
Mamimi Samejima
Terinspirasi
Rock
Gak nyangka bisa sebagus ini.
Rya_rii: terima kasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!