NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:858
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 7

Akhirnya Amara tidak bisa berbuat apa apa kecuali hanya pasrah dan siap untuk di permalukan. Ia ikut turun ketika Mars sudah mengajaknya untuk turun.

Di dalam ruangan itu sangat dingin banyak anak muda seusia nya yang duduk bersantai menikmati coffe, bahkan ada juga orang dewasa yang berbicara tentang bisnis di tempat itu. Amara semakin merasa tertekan dengan jantung yang semakin berdetak keras.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Mars memberikan buku menu pada Amara dan di terima oleh Amara dengan wajah kaku.

Amara melihat daftar daftar harga coffe dan juga makanan yang tersedia, sambil menunggu Clara yang sudah dulu memesan, di ikuti oleh Bara tanpa melihat buku menu lagi, karena mereka sudah terbiasa dengan menu di tempat itu, bahkan sudah hafal semua menunya. Sedangkan Mars masih menunggu apa yang di inginkan oleh Amara, dan sedangkan Amara sendiri nampak syok dengan harga harga coffe di tempat itu yang harganya di bandrol dengan harga ratusan ribu rupiah. Harga yang sangat terlalu mahal untuk kelas Amara, karena ia bisa saja membeli coffe coffe di jalan dengan harga di bawah puluhan ribu saja.

"Aku air putih saja." jawab Amara kemudian menutup buku menu tersebut.

"Air putih??" tanya Clara memperjelas pesanan Amara.

"Iya." jawab Amara gemetaran

"Tapi di sini tidak ada air putih Amara." sanggah Clara.

"Sudahlah. air mineral satu. Capucino latte satu." ucap Mars menambah pesanan.

"E.... Kamu masuk jurusan apa Amara?" tanya Clara pada Amara

"Fashion. Fashion design." jawab Amara gugup

"Wajahmu pucat sekali Amara. Apa kamu sakit?" tanya Bara karena terlihat sekali wajah Amara yang semakin pucat dan terlihat resah tak nyaman.

"Ya aku merasa aku tidak enak badan. Itulah kenapa aku tidak ingin minum aneh aneh dulu." bohong Amara dengan senyum kaku. Padahal sesungguhnya ia tidak mempunyai banyak uang untuk membayar tagihan nanti, terlebih ia sangat takut jika semua ini di minta dia yang harus bayar. Amara memikirkan cara supaya ia bisa pulang lebih dulu supaya ia tidak bagian bayar.

"Aku ke toilet dulu ya." ucap Clara meninggalkan tasnya dan beranjak berdiri untuk pergi ke toilet.

"Kamu selalu...." ucap Bara pada Clara

"Kamu tahu aku...." jawab Clara tertawa karena sebuah kebiasaan Clara dimana pun tempat, pasti toilet dulu yang di singgahi.

Begitu Clara meninggalkan mereka bertiga, datang seorang waiters mengantarkan pesanan. Amara pun membuka air mineral itu lalu meminumnya hampir separuh membuat Bara juga Mars menatap kearah Amara dengan wajah heran.

"Maaf sepertinya aku tidak bisa lama lagi. Aku tak enak badan." ucap Amara sambil membuka tasnya dan hendak mengambil dompet namun di tepis oleh Mars.

"Biar aku yang bayar, mana mungkin aku membiarkan seorang wanita membayar sendiri." ucap Mars sambil menahan tangan Amara agar tidak membuka dompetnya.

"Tapi...."

"Sudahlah Amara. Biar" ucap Bara sambil menunjuk wajah Mars siap membayar.

"Oh.. Terima kasih kalau begitu." jawab Amara sambil memasukkan kembali dompetnya ke dalam tas, kemudian berdiri dan berpamitan di ikuti Mars yang ikut bangun.

"Biar aku antar." ucap Mars

"Tidak. Aku bisa pulang sendiri. Kalian bisa lanjutkan minum kopinya." jawab Amara meminta Mars untuk kembali duduk dan ia segera bergegas meninggalkan kursi agar tidak bertemu lagi dengan Clara dan menahannya lagi.

"Aku antar Amara." ucap Mars menepuk pundak Bara, kemudian menyusul Amara namun baru melangkah ia kembali lagi dengan merogoh dompet dan mengeluarkan kartu kreditnya di taruh diatas meja.

"Aku yang bayar, bilang Clara sebagai permintaan maaf aku pulang dulu." ucap Mars lalu kembali melangkahkan mengikuti Amara.

"Amara aku antar." ucap Mars di belakang Amara membuat Amara menoleh ke belakang.

"Mars..... Kamu balik ke teman temanmu saja. Aku bisa pulang sendiri, sudah dekat kok." ucap Amara sambil terus berjalan namun Mars justru membuka pintu samping setir mobil, dan memberikan senyum pada Amara supaya ia mau diantarkan pulang.

"Aku bisa kembali setelah mengantarmu pulang." jawab Mars . Pada akhirnya Amara pun masuk ke dalam mobil dan pulang diantar Mars. Mars sengaja menjalankan mobilnya dengan pelan, bahkan mungkin lebih cepat orang berjalan di banding dengan laju mobil Mars.

"Aku rasa di pertigaan itu aku berhenti. Aku takut Ayahku melihat." ucap Amara dengan menunjuk sebuah jalan bercabang kemudian Mars menepikan mobilnya.

Mars pun menatap Amara yang membuka sabuk pengaman, ia lalu mencari celah ketika Amara menoleh ke arah kaca jendela mobil Mars pun segera mengeluarkan ponsel yang sejak tadi ia pegang di dalam saku sengaja ingin di berikan pada Amara, lalu menaruh ke dalam tas Amara tanpa sepengetahuan Amara.

"Terima kasih." ucap Amara ketika pandangan mereka beradu , dan Mars lagi lagi hanya memberikan senyuman, lalu melambaikan tangan ketika Amara sudah berada di luar.

Amara kembali menoleh ke belakang, namun mobil Mars masih terparkir di tempat yang sama, Mars belum beranjak menyalakan mesin mobilnya sengaja ingin melihat kemana Amara berjalan. Sampai ia melihat Amara belok kesebuah apartemen barulah Mars menyalakan mesin mobilnya.

Sementara di coffe shop terlihat Clara keluar dari toilet. Ia hanya melihat Bara yang sedang menikmati kopi dan kentang goreng, namun ketika Clara menoleh ke sekeliling ruangan tidak melihat adanya Mars maupun Amara.

"Dimana Mars?" tanya Clara dengan menarik kursi nya untuk masuk dan kembali duduk.

"Mengantar Amara, dia tidak enak badan." jawab Bara senyum agar Clara tidak marah. Sayangnya tetap saja membuat wajah Clara masih terlihat kesal.

"Dia pasti kembali, kartu kreditnya masih di sini." ucap Bara dengan menunjukan kartu kredit milik Mars.

"Sebegitu pentingnya kah gadis itu di banding kita." ucap Clara kesal, karena selama ini Mars selalu mengutamakan persahabatan mereka di banding para wanitanya. Baru kali ini Mars meninggalkan mereka untuk mengantar Amara terlebih dahulu.

"Kita pulang saja, aku sudah malas." ucap Clara kesal.

"Ha..a ha. Lihat, Dia sudah kembali." ucap Bara ketika melihat Mars sudah memarkirkan mobilnya membuat Clara menyunggingkan senyuman berlahan dan menaruh kembali tasnya.

Malam harinya Amara hendak makan malam bersama, ia sedang membantu menyiapkan hidangan makan malam di meja bersama ibunya, sedang Amar dan Ayahnya duduk di kursi makan dengan melihat televisi sambil menunggu Amara dan ibunya selesai mempersiapkan hidangan di meja. Karena ruang tamu dan meja makan mereka sangat dekat sehingga televisi bisa terlibat dari meja makan, maklum ruang rumah mereka sangat sempit.

Ketika semua sudah berkumpul dan makan sudah siap tersaji, mereka hendak menyantap makan malam. Namun semua terdiam ketika ada suara nada dering sebuah ponsel yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.

Bersambung.....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!