Mendadak Jadi Mommy Anak Satu

Di setiap pagi Deana bangun dengan ingatan yang tak lagi sama. Dia benar-benar melupakan siapa dirinya, bahkan dia tidak sadar telah meninggalkan bayi yang dilahirkannya di suatu tempat. Saat ini yang dia hafal hanya orang-orang yang berada di sekitarnya, yakni Adam dan Nata.

"Dea, Nata akan membantumu bersiap. Setelah sarapan, kita pergi ke rumah sakit, karena kamu akan mendapatkan perawatan disana," ucap Adam saat masuk ke kamar Deana, wanita itu baru saja bangun dan duduk di tepian ranjang.

Bukan tanpa alasan Adam mengambil keputusan seperti itu. Sebelum Daniel membuktikan bahwa dia memang benar-benar suami Deana, dia akan berusaha melindungi wanita itu. Karena semalam setelah Daniel mengetahui bahwa Deana mengalami amnesia, akhirnya pria itu memutuskan untuk pulang. Sebab dia memang tak punya bukti apa-apa, bahkan sekedar foto bersama saja tidak ada, karena takut ketahuan oleh Agnes.

"Baik, Adam," jawab Deana patuh sambil tersenyum tipis.

Deana bergegas bangkit untuk segera membersihkan diri.

"Bukan hanya sehari dua hari, tapi sampai sembuh," lanjut Adam yang membuat Deana mengalihkan tatapannya lagi kepada pria itu. Kening Deana mengernyit.

"Artinya aku pindah?" tanyanya dan Adam langsung menganggukkan kepala. Ini demi kebaikan Deana, karena di rumah sakit memiliki keamanan yang cukup ketat. Otomatis Deana akan selalu ada dalam pengawasan.

Deana tak membantah, dia cukup tahu diri karena Adam hanya penolongnya, bukan orang yang akan menampungnya seumur hidup. Bahkan kelak dia harus membalas kebaikan Adam, karena pria ini benar-benar memperlakukannya dengan baik.

Selesai sarapan Adam benar-benar membawa Deana ke rumah sakit. Tak lupa juga barang-barang yang dibutuhkan oleh wanita itu selama berada di sana, agar proses penyembuhan Deana berlangsung cepat.

Saat mobil yang dikendarai Adam sudah melaju. Sebuah mobil pun kembali datang, mereka adalah anak-anak buah Agnes yang telah mendapat info keberadaan Deana.

"Ikuti mobil itu," ucap salah satu dari mereka, menyadari bahwa Adam telah meninggalkan rumah. Bisa saja Deana ada di dalamnya, andai tidak maka mereka bisa kembali ke rumah ini.

Akhirnya kedua mobil itu sama-sama melandas di jalan raya. Adam tidak sadar jika sedang diikuti sehingga dia senantiasa menggunakan kecepatan sedang. Sampai mereka tiba di rumah sakit, orang-orang yang ada di mobil lain terus mengintai dan melihat secara langsung wanita yang mereka cari-cari selama ini.

Orang-orang itu tersenyum sumringah. Karena setelah mendapatkan Deana, mereka pasti mendapat bonus dari Agnes.

"Cepat lapor pada Nyonya kalau wanita itu ada di rumah sakit," ucap anak buah Agnes.

Tak butuh waktu lama, panggilan pun terhubung. Agnes yang baru saja sarapan menyingkir dari meja makan untuk mendapat informasi.

"Bagaimana?" tanyanya.

"Wanita itu sekarang ada di rumah sakit, Nyonya," ucap anak buah Agnes sesuai dengan apa yang dilihat.

Mendengar itu, Agnes langsung tersenyum lebar, karena akhirnya dia mengetahui dimana persembunyian Deana. Kali ini dia tidak akan membiarkan wanita itu lepas. Dia akan menghancurkan Deana, seperti wanita itu menghancurkan rumah tangganya.

"Rumah sakit mana? Biar aku yang mendatanginya untuk memberi kejutan," balas Agnes tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Nanti saya kirim lokasinya, Nyonya. Tapi—ada yang janggal."

Kening Agnes langsung berubah berkerut.

"Maksudmu?"

"Dia tidak membawa bayinya. Dia hanya bersama seorang pria dan wanita."

"APA?!" sentak Agnes, merasa penasaran dimana keberadaan bayi itu. Apakah ia berpisah dengan ibunya? Atau disembunyikan di tempat yang tak diduga.

*

*

*

"Kamu tetap ingin berjualan bunga?" tanya Dallie setelah membersihkan tubuhnya dan berniat untuk pergi kuliah. Sementara Ayanna memegangi botol susu karena Nael sedang menyusu.

"Aku rasa hanya itu keahlianku. Jadi mau bagaimana lagi?" ujar Ayanna, tak berpikir untuk membuka bisnis lain. Apalagi dengan pegalamannya untuk merangkai bunga-bunga indah itu.

"Lalu bagaimana denganku?" tanya Dallie yang belum menemukan solusi, karena sejak kecil dia memang alergi terhadap serbuk bunga. Saat belum mengetahuinya, dia dilarikan ke rumah sakit karena menghirup bunga-bunga liar yang ia petik bersama Nadia.

Ayanna tak langsung menjawab, sambil termenung dia mencari cara agar Dallie tetap bisa tinggal di tempat ini tanpa ada resiko apapun. Sementara Nael memperhatikan wajah Ayanna sambil berkedip manis.

"Bagaimana kalau kamu memanfaatkan pintu belakang? Jangan dekati bagian depan ataupun halaman, karena aku akan memajang bunga-bunga itu di sana. Lagi pula aku akan lebih banyak menyetok bunga artificial, supaya tidak cepat layu dan busuk," jelas Ayanna sambil memindahkan botol susu ke tangan kiri, karena dia mulai merasa pegal.

Tanpa pikir panjang Dallie setuju dengan ide Ayanna. Dia yakin dengan cara seperti ini bisa meminimalisir terjadinya alergi. Akhirnya dia dan Ayanna saling pandang serta saling melempar senyum.

Tak berselang lama, pintu depan diketuk oleh seseorang. Mereka tersentak, apalagi Ayanna yang selalu merasa was-was jika tiba-tiba keluarganya datang untuk menjemputnya secara paksa.

"Itu siapa?" tanya Dallie sambil menautkan kedua alisnya yang tebal.

Glek!

Ayanna menelan salivanya dengan berat. Sebelum Dallie yang pergi untuk buka pintu, gadis itu langsung melepaskan botol susu dari mulut Nael, hingga terdengar bunyi decapan.

"Biar aku saja! Sekarang lebih baik kamu siap-siap sambil jagain Nael," ujar Ayanna dengan wajah yang kalang kabut. Dallie belum mengiyakan, tapi Ayanna sudah ngacir ke depan.

Sebelum membuka pintu dia lebih dulu mengintip dari jendela. Namun, alangkah terkejutnya karena sosok di luar sana juga sedang menatap ke arahnya dari tempat yang sama.

Deg!

"Thomas," gumam Ayanna dengan mata yang terbelalak lebar, serta jantung yang berdebar lebih kencang.

***

Besok nguli lagi gaes, jangan lupa baca Ayanna sama Dallie dulu ye💋