Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Pertemuan
"Hari Sabtu kamu sudah ada acara belum, Ras?"
"Sepertinya belum deh mas, ada apa,?" ucap Rasti yang duduk di meja kerjanya, dengan secangkir kopi hitam di tangannya dengan mata fokus pada layar laptop yang ada di mejanya.
"Kamu bisa gantiin aku gak, jadi fotografer di balai Kartini?"
"Acara apa? Pernikahan?" tanya Rast, tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.
"Iya, anak pak Mentri menikah dengan perwira tentara, jadi ada prosesi upacara pedang pora juga!" Jelas Agus, seorang fotografer di wedding organizer tempat Rasti bekerja hampir 5 bulan ini.
"Gak ada,sih. Cuma tadinya aku mau pulang ke Bogor, mau mengunjungi makam bunda dan adikku." ucapnya, sambil mematikan laptop.
"Gantiin aku bisa, ya? Sabtu anakku ulang tahun yang ke 5 tahun, aku lupa. Baru ingat semalam waktu istriku mengingatkanku, jika kamu bersedia aku akan segera bilang sama Ayu, untuk tidak mengubah jadwal ulang tahun anakku?"
Ayu adalah ketua tim yang bertugas menangani acara tersebut. Sedangkan Larasati anak bawang yang bisa menjadi cadangan di setiap bagian, tapi hasil kerja Rasti tidak kalah dengan para karyawan lama.
Rasti terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengagukkan kepalanya. Membuat Agus tersenyum lebar, "aku akan bilang Ayu sekarang. Thanks ya, Ras. Jika suatu saat kamu butuh bantuan, bilang saja padaku! Aku doakan juga, semoga kamu ketemu jodohmu di sana." Ucap Agus sambil berjalan pergi, meninggalkan Laras untuk mencari Ayu.
"Aku melakukan ini demi senyum anakmu ya mas, bukan demi kamu," gumam Laras, sambil melihat punggung Agus yang mulai tidak kelihatan.
Rasti bisa menjadi apa, saja di fotografer, makeup artist ataupun yang lainnya. Karena kemauan untuk belajar hal baru, membuatnya mampu menguasai itu semuanya.
**
"Kamu jadi komandan pasukan pedang pora ya, di pernikahan anak pak Mentri hari Sabtu, Jun?" Tanya Haidar pada, anak lelakinya yang baru keluar dari kamar.
"Iya, pa."
"Mau gak, nanti di sana papa kenalkan dengan anak teman papa?"
"Papa jadi tamu undangan juga?" Tanya Juna sambil berjalan mendekat, dan duduk di samping Haidar.
"Iya, bagaimana mau. Pangkat sudah Letnan, tapi masih jomblo saja."
"Jomblo itu pilihanku pa, bukan karena aku tidak laku. Jika sudah ada yang cocok, sekali aku kedip juga langsung pada mendekatiku jika aku mau." sombongnya.
"Siapa yang mendekatimu?" Tanya Haidar sambil terkekeh memotong ucapan Juna, membuat Juna mendengus. "Perempuan bukan itu, Jun?" candanya.
"Bukan perempuan, tapi lalat yang selalu mengerubungi aku dimana pun berada?"
Mendengar ucapan ucapan Juna, membuat Haidar tertawa ngakak." Lagian ya, pa. Dari pada papa sibuk mencarikan aku pasangan, lebih baik papa cari istri biar tidak kesepian dan ada yang selalu menemani kemana-mana papa pergi." ledek Juna.
"Kalau ada papa ingin cari yang seperti Bunda mu, cariin dong, Jun!"
"Tidak ada yang seperti bunda. Bunda hanya ada satu, dan itu sudah punya Ayah, lagian salah sendiri dulu menyia-nyiakan bunda." Ucap ketus Juna, tidak membuat Haidar tersinggung tapi malah membuatnya terkekeh. Bener kata anaknya, semua adalah salahnya di masa lalu, nasi sudah menjadi bubur hanya tinggal penyesalan yang tersisa buat Haidar saat ini.
"Itu ada Tante Cindy, kalau papa mau rujuk," canda Juna. Cindy istri kedua Haidar setelah cerai dengan Alya, perceraian Alya dan Haidar juga karena Cindy (baca. Alya).
"Mending papa tunggu jandanya bundamu, Jun." jawan Haidar, membuat Juna melotot mendengarnya.
"Amit-amit jangan sampai, cukup bundaku sakit hati sama papa. Sekarang waktunya bundaku bahagia," ucap Juna tidak suka dengan ucapan Haidar tadi.
"Maaf papa hanya becanda, papa tahu Bundamu memang cocok dengan ayahmu."
"Lagian jadi laki-laki itu harus tegas, jangan plin-plan. Syukuri meranakan sekarang, jadinya."
"Bagaimana mau papa kenalin, papa punya banyak kenalan yang hadir di pesta nanti, dari mentri, pengusaha, atau pejabat?"
"Kalau papa terus memaksaku untuk berkenalan dengan perempuan pilihan papa. Lain kali kalau lepas dinas, lebih baik aku tidur di barak saja. Aku tidak mau mengunjungi papa lagi." kesal Juna.
"Oke, oke, sorry boy, " ucap Haidar sambil merangkul pundak Juna, selayaknya seorang teman.
Juna pindah dinas di Jakarta, setelah sebelumnya berdinas di Ternate pasca lulus dari Akmil.
Meski Juna kecil pernah ingin melihat kedua orang tuanya rujuk, tapi Juna sadar papanya (Haidar) terlalu banyak bikin kecewa bundanya. Berbeda dengan ayahnya, yang selalu meratukan bundanya. Buat Juna kebahagiaan bunda adalah nomor satu, dan yang paling utama.
**
Hari ini Larasati menghadiri acara gladi resik upacara pedang pora, yang akan di selenggarakan seminggu lagi.
Larasati hari ini mengenakan kaos casual warna putih, dan celana kargo dengan warna khaki, serta rambut di kuncir kuda tinggi. Sibuk berkomunikasi dengan headset yang terpasang di telinga dengan temannya, hingga Ayu memberi kode supaya menghentikannya.
"Mereka sudah datang," ucap Ayu, sambil melirik pasangan yang masuk ke dalam balai kartini dan di ikutin belasan pemuda berbadan tegap, yang menggunakan kaos loreng.
"Sore mbak Ria, mas Bagas!" sapa ramah, Ayu.
"Sore, mbak Ayu. Ada apa ya, mbak?" tanya Ria.
"Begini mbak Ria, sebelumnya kami mintai maaf, fotografer buat hari H pernikahan nanti berbeda dengan yang mengambil gambar saat prewedding kemarin." Ucap Ayu, lembut.
"Kenapa kok, mendadak? Harusnya beritahu dari jauh hari dong, supaya kami bisa mencari penggantinya. Sungguh tidak profesional," kesal Ria.
"Acaranya kan masih minggu depan mbak Ria, makanya saya menemui mbak Ria sekarang, dengan mengajak fotografer yang akan menggantikannya." jawab Ayu, masih dengan lembut dan sopan.
"Ya jika mas nya yang kemarin tidak bisa dari awal, tidak mungkin pihak WO menawarkan untuk kita pakai. Pasti karena urusan mendadak, sudahlah yang penting di carikan penggantinya." Ucap Bagus, sambil mengusap punggung calon istrinya sayang. Sungguh terlihat pasangan yang romantis dan saling menyayangi, tapi tidak dengan Rasti yang melihat pasangan itu secara datar.
Buat Rasti semua pria pandai merayu, dengan segala sikap dan ucapan manisnya yang membuat perempuan mudah luluh dan terperdaya.
"Bener mbak Ria, ini di luar kendali kami. Mbak Ria tenang saja, penggantinya ini salah satu fotografer terbaik wedding organization kami." Ucap Ayu, dengan tersenyum manis dan menepuk bahu Rasti yang berdiri di sampingnya.
"Maksud Kalian perempuan muda ini yang jadi fotografernya? Bisa tidak, dia mengambil gambar dengan angle yang bagus?" Ucap Ria, dengan memandang Rasti dengan sorot mata meremehkan.
"Bagaimana jika mbak mencari sendiri fotografer yang bisa menggantikan rekan saya?" Ucap Rasti, membuat Ayy menyenggol lengan Rasti. Sungguh tidak sopan menurut Ayu, ucapan Rasti kepada klien mereka.
"Kalau di berikan waktu jauh-jauh hari aku pasti bisa. Ini beberapa hari lagi pernikahan kami, mana bisa membuat janji secara mendadak." ujar Ria.
" Sudah gak apa-apa yang, kita pakai rekomendasi dari mbak Ayu saja. Percayalah mbak Ayu tidak mungkin, mempertaruhkan nama baik Wedding organizer nya. Pasti mbak ini juga punya, kemampuan mengambil gambar seperti mas Agus kemarin." bujuk Bagas.
"Bener mbak Ria, saya jamin hasil pengambilan gambar Rasti tidak kalah dari Agus."
"Kalau begitu saat gladi resik untuk upacara pedang pora, aku mau kamu mengambil foto kami 5 yang terbaik. Jika memuaskan, aku bersedia memakai dia!" kata Ria meremehkan.
" Tidak masalah, asalkan jelas hitungannya. Apakah Anda bersedia?"
"Rasti," cicit Ayu.
"Oke, buatku uang tidak masalah. Berapa yang kamu minta untuk 5 gambar terbaik yang kamu ambil?"
"500 ribu."
"Hahaha, cuma segitu? Oke, ayo sekarang ikut masuk bersama kami!" ucap Ria, sambil berlalu dengan menggandeng lengan Bagas, menyusul teman-temannya Bagas yang sudah mengatur posisi.
Rasti berjalan beriringan dengan Ayu, di belakang Bagas dan Ria.
"Aku tunggu sambil duduk di sana ya, Ras?" ucap Ayu yang sudah tahu kemampuan Rasti.
"Hmmm. Aku siapkan kameraku dulu," jawab Rasti.
Rasti berjalan mendekat kearah segerombolan tentara yang sudah siap melakukan gladi resik dengan menenteng kamera kesayangannya, hadiah dari cinta pertamanya sebagai anak perempuan, dan orang yang sekarang menjadi orang yang di hindari nya.
Selayaknya fotografer profesional yang sudah berpengalaman, Rasti mampu mengambil gambar yang sangat bagus di lihat dari sudut pandang mana pun, dan dengan angel gambar yang sempurna.
"Aku kasih 500 ribu, aku mau gambarnya di cetak semua!" Ucap Ria, sambil melihat hasil jepretan Rasti di kamar DSLR, yang ternyata lebih bagus dari kameramen yang lama.
"Maaf sesuai kesepakatan awal hanya 5, jadi silahkan pilih 5!" tegas Rasti.
"Tapi aku mau semua, bagaimana kalau aku bayar semuanya. Anda mau berapa," ucap Ria.
"Maaf hanya 5 tidak lebih, sesuai kesepakatan awal." tolak Rasti.
"Sayang," manja Ria, pada Bagas.
"Kami bayar lebih, mbak." ucap Bagas.
"Maaf," tolak tegas Rasti.
"Oke, kami terserah mbak Rasti saja, mana yang terbaik menurut mbak," jawab Bagus, sambil mengusap tangan Ria. Sebelum akhirnya berjalan, pergi meninggalkan Rasti.
**
"Fotografernya cantik, serasa mau membawa ke pengajuan saja," ucap Deri.
"Kayanya aku kenal dia deh," ucap Juna, sambil mengamati Rasti yang sedang berbicara dengan Ria dan Bagas.
"Buktikan dong, sekalian minta no ponselnya! Sekalian mau lihat pesona, Letnan Arjuna." tantang Deri.
Mendengar tantangan Deri, membuat Juna langsung berdiri dan berjalan menuju kearah Rasti dan calon pengantin yang sedang ngobrol, tapi saat Juna mendekat calon pengantin sudah pergi. "Kamu Larasati yang pernah sekolah di?"
"Sorry salah orang." Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
Terdengar tawa renyah Deri yang ada di belakang Juna. "Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
"Tantangan broo, masak seorang Arjuna tidak merasa terhina di cuekin cewek." Ucap Deri sambil terkekeh.
"Kamu ngetawain apa, Der?" Tanya Bagas, yang baru datang bersama Ria.
"Pesona seorang Arjuna luntur, tidak mempan sama fotografer kalian." jawab Deri sambil tertawa kecil, yang membuat Bagas juga terkekeh.
"Sudah kalau gak mau, sama adikku saja. Dia kan cinta mati sama letnan Arjuna," ucap Ria.
Mendengar ucapan Ria membuat, Juna langsung pamitan pergi di ikuti Deri, sambil tertawa geli. Mengingat Juna yang tidak suka dengan Rani, adiknya Ria.
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
dasar jalang