Aaron Conan Drax, seorang pengusaha muda serta anak tunggal dari keluarga kaya yang terpaksa menikahi seorang wanita sederhana, Hayley Marshall, sebagai pengantin bayaran demi menyelamatkan hubungan dirinya bersama sang kekasih.
Namun, tidak di sangka jika kekasihnya berkhianat darinya. Aaron memilih untuk melepas dengan ikhlas, namun kini dirinya terjebak dengan perasaan yang membingungkan kepada istri bayarannya.
Aaron sudah kalah start, Hayley sudah menjatuhkan hatinya pada laki-laki lain yang tidak lain dan tidak bukan adalah rekan bisnis Aaron.
Akankah kontrak pernikahan mereka berakhir begitu saja, hanya waktu yang akan menjawabnya.
Happy reading 🖤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cafe XXX
Kalimat-kalimat yang di lontarkan Alex tidak membuat niat Aaron mundur dalam keputusannya, ia merasa mulai lelah dengan tuntutan orang-orang di sekitarnya yang menganggap dirinya tidak memiliki pendirian, mudah goyah, dan mudah di atur.
"Aaron, pikirkan sekali lagi sebelum kamu memberi penawaran pada gadis upik abu ini?" Alex lagi-lagi bersuara, namun Aaron bergeming.
"Fine, bagaimana kalau aku saja yang melunasi pinjaman si upik abu padamu, lalu biarkan dia mencicil hutangnya padaku." Alex berupaya merayu Aaron.
"Nggak bisa gitu, Alex. Biar aku menjalin kesepakatan dengan Hayley." Aaron berdiri, ia menghampiri Alex yang sedang menatapnya sengit.
"Aaron, aku kasih kamu pilihan 7 wanita tercantik dan terseksi, kenapa kau pilih si dekil ini?" Alex tidak habis pikir, ia sudah susah payah mencari kandidat calon istri untuk Aaron tapi sama sekali tidak ada yang cocok.
Hayley masih duduk di kursinya dalam bingung, beberapa kali ia menatap Aaron dan Alex secara bergantian, ia berpikir keras tentang apa yang sebenarnya di perdebatkan dua laki-laki tampan di depannya.
"Ini pilihanku, Alex." Aaron mendesah. "Jangan seperti mama dan papaku, mengatur seluruh jalan hidupku," teriak Aaron.
"Apa kalian akan terus bertengkar seperti ini?" Hayley berdiri, dia tidak tahan dengan dua pria yang saling menuding. "Jika belum, silahkan lanjutkan, aku akan pergi."
"Dasar upik abu!" pekik Alex keras.
"Hey, tuan! siapa yang sedang kau sebut upik abu itu?" Hayley berbalik, ia menatap tajam Alex, seperti sedang mengintai mangsa.
"Tentu saja dirimu, dekil!" Lagi-lagi Alex bersuara dengan tatapan mengejek.
"Cukup, Alex. Hayley, kembali ke ruanganmu, temui aku di cafe XXX jam 4 sore." Aaron melerai keduanya.
Masih dengan tatapan sengit dan kebencian, mata Alex mengikuti langkah Hayley keluar dari ruangan besar di lantai 7, lantai teratas gedung perkantoran PT. Furniture Dream.
"Aaron, aku mohon padamu, pilih wanita mana saja asal jangan pegawai rendahan sepertinya. Kau bisa menghancurkan nama keluarga besar mu." Alex memelas, kali ini ia menurunkan nada suaranya, berharap Aaron luluh.
"Pilihanku sudah mantap, Alex. Tolong, kali ini hargai pilihanku, dia tidak terlalu buruk bagiku," jawab Aaron.
"Baik, kali ini aku mengalah. Tapi kau juga harus memikirkan si upik abu itu, bagaimana reaksi keluargamu terhadapnya, bisa-bisa dia di cincang hidup-hidup sama tante Samantha."
"Aku akan menanggung semua resikonya, termasuk penolakan mama dan papaku." Aaron mengangkat sudut bibirnya, persetujuan Alex membuatnya sedikit bersemangat.
Aaron tahu, penolakan Alex tentang dirinya dan Hayley bukan hanya sekedar karena status sosial mereka berbeda, tapi sebenarnya Alex juga peduli dengan nasib Hayley, buktinya Alex masih memikirkan keadaan Hayley jika sampai keluarga Aaron tidak menerimanya.
"Perjuanganmu akan lebih keras jika nekat menikahi Hayley, perseteruan keluarga, kabar-kabar miring di media, dan tentu saja nama keluarga besar mu akan di pertaruhkan." Alex kembali duduk di sofa, ia meraih sebatang rokok dari sakunya.
"Kau sudah paham. Jadi, mulailah mendukungku, aku nggak punya siapa-siapa lagi yang mau menerima pendapatku, kecuali kamu, Alex." Aaron melirik sepupunya, mereka bertatapan cukup lama.
"Oke, oke. Aku merestui kalian." Alex mematikkan api di ujung rokoknya. "Tapi bukan berarti aku menyukai si upik abu itu menjadi kakak iparku, dia harus berjuang agar aku bersikap baik padanya."
Aaron hanya tersenyum kecil, ia tahu jika Alex tidak suka bergaul dengan wanita yang kurang pandai dalam berpenampilan, Hayley termasuk gadis polos yang sedikit norak, pakaian yang ia kenakan sama sekali sudah bukan trendnya.
Namun Aaron tidak perlu bersusah payah membuat Alex menyukai Hayley sebagai kakak ipar, karena perjanjian pernikahan yang akan mereka jalani hanya dalam kurun waktu satu tahun, setelah itu Aaron akan kembali pada Kathrine.
"Apa kamu yakin si upik abu akan setuju?" tanya Alex.
"Dia punya nama, Alex." Aaron mendesah. "Aku akan berusaha membujuknya, seperti katamu, iming-iming uang, mobil, rumah, atau berlian."
"Ah, gadis seperti dia nggak usah pakai barang mahal, cukup anggap lunas hutangnya saja pasti dia udah klepek-klepek." Alex terkekeh.
Percakapan mereka bergulir sepanjang waktu sampai hari menjelang sore.
🖤🖤🖤
Hayley masih terduduk lemas di kursi kerjanya, ia tidak mengerti tentang kesepakatan yang akan di tawarkan boss besar itu padanya.
"Melihat tampangnya yang cuek dan datar saja sudah sukses membuatku merinding," batin Hayley.
Dia memang sedikit tertarik dengan tawaran mengesankan Aaron, tapi ada rasa takut dan khawatir tentang kesepakatan yang akan mereka jalani, tentu saja ada harga yang harus ia bayar jika menginginkan semua hutang-hutangnya lunas dalam sekejap.
"Pulang, yuk!" ajak Lisa, gadis berambut pendek itu menarik lengan Hayley.
"Duluan aja, Lis. Aku mau mampir ke suatu tempat, ada perlu," jawab Hayley. Dia harus menemui Aaron di cafe setengah jam lagi.
"Yakin nih? mampir mall yuk!" rengek Lisa lagi.
"Besok aja ya, Lis. Bener-bener penting nggak bisa di tinggal."
"Ah, ya sudah. Aku balik dulu, bye Hayley," ujar Lisa berlalu pergi sambil melambaikan tangan.
Hayley menghela nafas, ia segera merapikan semua barang-barangnya yang masih berserakan di atas meja. Gadis itu berjalan keluar dari kantor dengan perasaan bimbang, di satu sisi ia begitu senang karena ada jalan lain untuk segera terbebas dari hutan, di sisi lain ia takut dengan tawaran yang mungkin tidak akan mudah.
Hayley menunggu angkot lewat, hampir sepuluh menit ia berdiri di tepi jalan, namun nihil, satu pun dari kendaraan umum berwarna cerah itu tidak nampak.
"Hampir jam 4, kurang 5 menit," gumam Hayley. Dia memutuskan memesan ojek online melalui aplikasi di ponselnya, meskipun ia harus membayar lebih mahal, namun tidak apa, asalkan tidak membuat boss nya menunggu lama.
"Ngebut dikit, ya, Bang!" seru Hayley. Pengemudi ojek itu hanya mengangguk dan menyerahkan helm untuk Hayley.
10 menit perjalanan, akhirnya ia sampai di cafe XXX yang di maksud Aaron, gadis itu berdiri di ambang pintu menatap Aaron yang sudah datang lebih dulu dengan menikmati minuman di depannya.
"Terlambat 7 menit," ujar Aaron tanpa basa-basi saat Hayley berdiri di dekatnya.
"Maaf, Mr. Aaron. Tadi nunggu angkot, nggak ada, terus pesan ojek online deh." Hayley gugup, Aaron bahkan berbicara tanpa menoleh padanya.
"Duduk!" perintah Aaron dingin, tanpa menunggu lama, Hayley pun duduk di hadapan Aaron, hanya berbatasan dengan meja.
Hayley mencoba menetralkan kegugupannya, kaki dan tangannya bahkan bergetar hebat di bawah meja. Aaron masih tanpa ekspresi, ia menikmati minuman coklat susu di depannya tanpa memperdulikan gadis berkeringat dingin itu.
"Kau mau pesan apa?" tanya Aaron.
"Apa saja," jawab Hayley.
"Hm, aku tidak suka menebak-nebak, jadi katakan saja apa yang ingin kau minum," ujar Aaron dingin, sedingin kutub utara yang belum pernah di lihat Hayley.
"Es cappucino." Hayley berucap dengan gugup, baru kali ini dia mendapati laki-laki yang berbicara tanpa ekspresi dengan tatapan tidak peduli seperti Aaron.
Aaron melambaikan tangan pada pelayan, meminta pesanan sesuai keinginan Hayley. Sambil menunggu pesanan datang, kedua manusia yang tidak saling mengenal itu bungkam, hanya ada mata yang saling melirik tajam
🖤🖤🖤
Bersambung ....