Tumbuh dewasa di bawah asuhan sebuah panti sosial, membuat Vanila berinisiatif untuk pergi keluar kota. Dengan bekal secarik kertas pengumuman lowongan kerja di salah satu usaha, yang bergerak di bidang cuci & gosok (Laundry).
Nahas, biaya di Kota yang cukup tinggi. Membuat Vanila mencari peruntungan di bidang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggika15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 (Perjanjian)
“Pak Irgi kok jadi jebak saya, ya!?” Dengan sorot mata kecewa Vanila mengungkapkan isi hatinya.
Dia benar tidak menyangka bahwa ujung dari masalah hidup yang terus datang berturut-turut, adalah bertemu dengan pria segila Edgar.
“saya tidak menjebak.”
“Tapi katanya aku kerja bantu-bantu, kok jadi gini?”
Irgi mengangkat kedua bahu seraya menggelengkan kepalanya.
Niat awal memang seperti itu, tapi jika sang bos besar berubah pikiran memangnya dia punya kuasa apa? Lagi pula, bukankah seharusnya Vanila berterima kasih karena sudah membawa gadis itu pada satu keberuntungan yang tidak semua orang akan mendapatkannya?
“Lima ratus juta bukan uang sedikit, Van. Bahkan kamu bisa meraup banyak keuntungan lainnya asal bisa mengambil hati pak Edgar,” Irgi sedikit berbisik.
“Tapi ga gini juga ‘kan? Jauh-jauh ke kota kalo cuma buat jual diri udah aku lakuin dari awal!”
“Jangan munafik,” Irgi terkekeh. “Dengan uang sebanyak itu kamu bisa melakukan banyak hal, termasuk membantu ekonomi ayah dan ibu kamu di kampung,” Irgi berujar.
Vanila langsung terdiam.
Sayangnya mereka bukan lagi alasan terkuat untuk saat ini. Ibunya sudah tidak ada, sementara sang ayah entah ada dimana setelah mengantarnya ke panti dengan janji bahwa dia akan kembali secepat mungkin.
Misi untuk mencari pria itu bahkan terasa sangat mustahil sekarang.
Dan bodohnya, Vanila masih bersikeras menemukan pria yang mungkin saja memang sengaja melupakannya.
“Terima saja, tidak akan ada yang tahu. Bahkan saya akan tutup mulut pada teman-teman laundry mu.”
“Dalam kamus hidup saya uang bukan segalanya, pak Irgi…” Vanila membantah.
“Tapi segalanya pakai uang, Van. Bahkan kamu tidak bisa hanya sekedar buang air kecil di wc umum jika tidak memegang uang!” Irgi tersenyum mengejek.
Bagaimana tidak, Vanila satu-satunya perempuan yang menolak tawaran dari sang tuan besar.
"LIMA RATUS JUTA, VAN. COBA DI PIKIR LAGI, DARI MANA KAMU BISA MENDAPATKAN UANG SEBANYAK INI KALAU BUKAN DARI PAK EDGAR!" Pekik Irgi.
Vanila terdiam, jelas dia tidak dapat menjawab sanggahan Irgi yang satu itu.
“Oke abis, … saya sudah memberikan waktu yang kamu minta. Sekarang ayo duduk dengan saya!”
Edgar datang ke ruangan kerjanya, setelah mengizinkan Vanila ketika gadis itu meminta berbicara dengan Irgi terlebih dulu.
Seolah paham Irgi bahkan segera pergi setelah Edgar kembali, tanpa perintah dan isyarat apapun.
sepatuh itu kah?
“Jika uang saja masih membuatmu ragu, ayo kita buat perjanjian,” kata Edgar.
Dia benar-benar geram dengan perempuan satu ini.
Vanila berpikir.
“Saya tidak pernah sebaik ini lho, ya!” Sindir Edgar ketika melihat Vanila terus bungkam.
"Bapak serius?"
"Saya ulang, saya tidak pernah sebaik ini!"
“Baiklah!” Vanila Menghembus nafas perlahan.
“Kamu setuju?”
“Saya tidak mau munafik. Selain uang, sekarang saya juga butuh tempat tinggal. Tapi saya tidak mau mencoreng nama baik siapapun, jika harus buruk maka biarkan nama saya saja yang hancur. Jadi—”
“Saya tidak suka bertele-tele!” Sergah Edgar.
“Saya terima tawaran bapak tapi dengan satu syarat.”
Mata elang yang sangat tajam milik Edgar menatap Vanila lekat-lekat, seperti mempertanyakan syarat apa yang akan Vanila ajukan.
“Nikahi saya!”
Edgar langsung tertawa kencang, dia sedang mengejek Vanila.
“Kamu bodoh ya!”
Vanila diam menatap Edgar.
“Kalau mau, saya sudah melakukan itu dari dulu. Tapi saya tidak melakukannya, karena memang tidak tertarik terikat seumur hidup dengan siapapun!” Ekspresi wajah Edgar semakin terlihat menyebalkan.
“Hidup bebas seperti ini lebih menyenangkan. Apalagi dengan semua yang saya punya, saya tinggal menunjuk wanita mana yang akan menemani saya malam ini.”
Dengan bangganya Edgar mengatakan itu.
"Bayangkan? Bagaimana membosankannya hidup ini jika harus satu atap dengan wanita yang sama seumur hidup!"
Wah, sudah gila memang laki-laki ini. Pengaruh uang membuatnya menjadi pria yang tidak baik.
“Ajukan syarat lain. Jangan menikah!”
“Tidak bisa, jika anda menginginkan saya, maka nikahi saya meskipun hanya di bawah tangan saja.Tidak perlu ada yang tahu, anda bebas melakukan apapun. Setidaknya saya tidak berdosa karena melayani suami saya sendiri!”
Kali ini Edgar yang diam.
“Saya tidak sedang mengatur strategi untuk menjebak anda, jika itu yang pak Edgar takutkan. Saya hanya tidak mau membuat dosa saya semakin banyak hanya karena kebutuhan duniawi ini.”
“Menikah dibawah tangan itu….”
“Siri. Hanya sah di agama, tidak di negara. Saya tidak akan punya hak apapun, … uang bapak akan tetap milik bapak.”
Lihatlah, sebentar bersama Edgar membuat Vanila juga ikut-ikutan gila. Dari mana dia mendapatkan ide ini?
“Menarik juga!” Edgar mengangguk pelan.
****
Edgar menatap Vanila sambil menyeringai, ekspresi gugup dan sedikit ketakutannya membuat dia merasa semakin gemas dan tak tahan untuk segera memangsanya.
Tetapi pria itu memutuskan untuk menunggu saja sampai Vanila selesai dengan surat perjanjiannya. Dan juga permintaan dari Vanila sendiri agar mereka melakukan kegiatan panas itu setelah pernikahan di bawah tangan mereka di lakukan.
"Saya nggak boleh nolak sama sekali, Pak? Gimana kalau misalnya saya lagi sakit?" Vanila mendongak.
Lamunan mesum Edgar buyar seketika saat mendengar pertanyaannya.
"Saya akan membawamu ke rumah sakit dan membuatmu sembuh." Pria itu menjawab.
Lancar sekali buaya ini saat berbicara.
Vanila bergidik ngeri. Betapa pria itu sangat bersungguh-sungguh menginginkannya, hingga ia tidak peduli bagaimanapun keadaan dia nanti.
"Kalau saya sedang datang bulan?" tanya nya lagi.
"Itu pengecualian. Lagipula, banyak jalan menuju Roma." Edgar menempelkan punggungnya pada sandaran sofa sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Maksudnya?"
"Kau ini benar-benar tidak tahu apa-apa, heh? Aneh sekali."
Vanila terdiam.
"Jadi pembantu aja bisa nggak sih, Pak? Saya nggak apa-apa kalau cuma …."
"Ayo cepat tanda tangani kontraknya. Saya sudah menyetujui syarat dari kamu, masa kamu tidak bisa menyetujui semua yang tercatat disana!" Geram Edgar yang sudah merasa tidak sabar. Sontak membuat Vanila tersentak dan segera membubuhkan tanda tangannya pada surat perjanjian.
"Good girl." Pria itu kemudian bangkit menegakkan tubuhnya. Lalu dia menarik lembaran kertas yang sudah Vanila tandatangani.
"Saya simpan ini sebagai pengingat," katanya sambil melipat benda tersebut lalu memasukkannya ke saku jas bagian dalamnya.
“Baik,” meski berdebar Vanila tetap mengangguk dan bersikap seolah dia tidak merasa takut sekarang.
“Irgi akan mengantarmu untuk menemui dokter spesialis kandung nanti.”
“Kandungan?”
“Ya, saya harus menjaga semuanya agar tetap berjalan baik. Tidak lucu kalau kamu tiba-tiba mengadu hamil dan meminta tanggung jawab!”
“Saya tidak segila itu.”
“Ah semua wanita sama saja, sekarang bilang begitu. Tapi nanti kalian akan muncul dan menggunakan kekuatan netizen untuk mengeruk harta laki-laki, … kejadian hangat akhir-akhir ini. Saya harus belajar dari sana.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Like komen plisss😘🥰😍 bintang 7 jangan lupa😄