NovelToon NovelToon
Pria Gila Itu Milikku

Pria Gila Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: nona yeppo

Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.

Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.

Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.

Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tolong Aku

Aku memasuki gerbang sekolahku dan kebetulan bertemu dengan Ella. Ia pergi dan pulang sekolah dengan menaiki bus setiap harinya.

Aku sungguh menyayangkan lokasi rumah kami yang tidak satu arah, seandainya saja begitu mungkin aku tidak perlu merepotkan paman Rangga setiap hari.

Pagi ini aku tiba disekolah sepuluh menit sebelum jam pelajaran dimulai. Para siswa menyempatkan waktu dengan bercerita dan bercanda ria bersama teman-temannya.

Begitu juga dengan ku dan Danielle, ia bercerita banyak tentang saudara laki-lakinya yang menderita kesulitan pendengaran.

Sungguh nasib memang tidak bisa dipilih, David saudara laki-laki Ella itu menderita tuli dari lahir. Membuatnya tidak bisa berbicara dengan benar sepertiku.

Namun saat ini keadaan kami sama, hanya saja aku masih dapat mengerti hanya dengan melihat gerak bibir lawan bicara ku saja.

Sedangkan David sendiri harus menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasanya sehari-hari. Aku juga telah banyak belajar bahasa isyarat itu, namun tetap saja hatiku masih belum menerima sepenuhnya jika harus menggunakannya dalam kehidupanku sehari-hari.

Disaat sedang asyik bercerita banyak hal, sebuah pena menggelinding menabrak kakiku, namun aku dan Ella sma sekali tidak menyadarinya karena pendengaranku yang tidak berfungsi, alhasil aku menerima sebuah timpukan di kepalaku.

Sebuah buku melayang tepat di kepalaku, sontak aku dan Ella sama-sama menoleh kebelakang untuk melihat siapa gerangan pelaku yang tidak sopan itu.

Seorang gadis berperawakan angkuh menatapku tajam.

Kau tuli..??

Alisku mengernyit tak mengerti apa yang dia maksud, begitu juga dengan Ella. Namun kalimatnya berhasil membuat aku gugup, dari mana dia tahu jika aku memang tuli?

Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku, ketakutan memenuhi pikiranku.

Aku bilang antarkan penaku..!!, kalian berdua benar-benar tuli ternyata!

Dengan sigap Ella mengambil sebuah pena tepat didepan sepatuku, sedangkan aku masih terdiam mencerna semuanya.

Ada sedikit kelegaan didalam hatiku, gadis itu tidak sepenuhnya menyadari ke tuli-an ku. Aku menoleh pada Ella yang menyuruhku untuk memperhatikannya.

Maafkan aku, aku memang mendengarnya bicara menyuruh antar pena itu. Namun aku sama sekali tidak tahu jika ia berbicara pada kita.

Kulihat Ella begitu merasa bersalah karena tidak fokus pada perkataan gadis itu. Aku tersenyum menanggapinya, aku juga sama sekali tidak menyalahkan Ella.

Tidak, kurasa dia memang memiliki masalah pada otaknya,,

Aku sengaja berbisik pelan supaya gadis aneh itu tidak mendengar suara kami. Dia sangat aneh menurutku, apa dia merasa bahwa dirinya adalah seorang ratu? Seenaknya saja menyuruh-nyuruh orang lain untuk melayaninya.

Kulihat Ella seperti menyembunyikan sesuatu, gerakan tangannya dapat menjelaskan kecurigaan ku.

Kau mengenalnya??

Aku sangat yakin, dan Ella mengangguk pelan. Dunia ini begitu sempit ternyata. Ella mengaku mereka berasa di kelas yang sama saat duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama.

Jangan ber main-main dengannya, ia putri tunggal pemilik yayasan ini, namanya Irene. Penjelasan Ella itu berhasil membuatku tersenyum, ternyata ada sosok yang begitu mirip kelakuan nya dengan saudariku Maurice.

Aku tidak bisa melihat ketidakadilan terjadi dihadapanku, itu karena dirumahku, aku selalu kalah dalam pertarungan melawan saudariku.

Jadi aku sangat membenci yang namanya kekalahan. Sebisa mungkin aku harus membalasnya, setidaknya aku harus membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bukanlah gadis yang lemah.

Kulihat buku yang tergeletak tak berdaya diatas meja tepat dibelakangku. Aku meraihnya dan melemparkannya kembali, namun tidak pada gadis itu, melainkan keluar jendela kelas.

Sungguh lega rasanya jika perbuatan buruknya berhasil aku balaskan. Aku dapat melihat wajah-wajah penuh amarah yang ditunjukkan oleh ketiga gadis itu.

Sebelum satu orang antek nya itu bergerak ingin mendekatiku, guru yang akan memberikan materi tiba-tiba masuk dan berhasil menghentikan aksi gadis itu.

Ella disampingku sudah menahanku, namun aku tidak bisa tenang jika tidak membalasnya. Salahkan aku? Di satu sisi aku sadar itu salah, namun disisi lain, aku tidak ingin terus-terusan mengalah. Jika aku selalu mengalah, mereka akan menginjak-injakku tanpa ampun.

Yang perlu dilakukan oleh orang lemah seperti ku adalah bertahan dan mengerahkan seluruh tenagaku untuk mempertahankan hakku.

***

Pelajaranku telah usai, waktu nya bagiku dan Ella segera berpisah. Ia harus pulang tepat waktu untuk menggantikan Ayahnya menjaga minimarket usaha keluarga mereka.

Sedangkan aku sendiri tertinggal seorang diri. Kulihat tidak ada tanda-tanda jika paman Rangga akan menjemputku.

Jika harus memesan taksi, biaya nya mungkin akan lebih besar dibandingkan dengan menaiki bus.

Aku memutuskan untuk menaiki bus saja. Aku berjalan sambil memeriksa ponselku, mana tahu paman Rangga mengirim kan sebuah pesan singkat padaku.

Keadaan jalanan yang sepi membuatku tidak menyadari jika bahaya sedang mengintai ku. Aku gelagapan karena sebuah kain hitam menutupi kepalaku.

Aku berteriak kuat-kuat, tapi apalah daya. Telingaku tidak dapat mendengar. Sebuah pukulan hebat aku rasakan tepat dibagian belakang leherku.

***

Aku tidak tahu telah berapa lama aku berada ditempat ini. Yang pasti sebuah tali mengikat tanganku tepat dibelakang, dan kepalaku masih dalam posisi terbungkus kain hitam.

Kain yang lumayan tebal itu tidak memiliki cela sama sekali untukku melihat keadaan luar. Tanganku pelan-pelan meraba lantai tempatku terbaring.

Oh God,, ini bukanlah lantai, melainkan rerumputan dan juga banyak ranting-ranting pohon bergesekan dengan tanganku.

Tangan dan kaki ku rasanya sangat perih, mungkin akibat tergores ranting dan rumput yang ada disini. Entah dimana mereka membuangku.

Siall,,

Tiba-tiba aku merasakan sebuah getaran yang berasal dari ponsel didalam tasku. Aku juga baru menyadari jika tasku masih berada di punggungku.

Namun posisi tanganku yang sedang terikat membuatku kesulitan untuk menggapai ponselku.

Segala upaya aku kerahkan, tak peduli tulang-tulangku rasanya telah remuk, aku harus bisa menggapai ponselku.

Dan yah, aku berhasil meraih ponselku, namun kembali menemui kesulitan yang paling berat untuk membalikkan tanganku kedepan.

Kembali aku harus bersusah payah menekuk badanku sebisa mungkin agar tanganku dapat melewati kakiku.

Ahhh, akhirnya. Keringat membasahi wajahku seperti air hujan. Sungguh aku benar-benar ketakutan saat ini.

Posisi ku yang tidak dapat mendengar saja sudah membuatku ketakutan setiap saat, ditambah lagi mataku yang tidak dapat melihat apapun.

Akhirnya aku menangis, ditambah lagi ponselku yang telah berhenti bergetar. Mungkin kesempatanku untuk menerima telepon itu telah berakhir.

Aku segera membuka penutup kepalaku dengan tangan yang masih dalam posisi terikat. Untuk pertama kali pandanganku bertemu dengan hutan rimbun seperti ini.

Aku takut,,, Ayah tolong aku,,, Aku terisak

Aku berada dibawah tebing yang curam, dan ditumbuhi banyak pepohonan. Sakit dipunggung yang kurasakan mungkin akibat benturan dari pohon besar yang berada tepat disampingku.

Kondisi cuaca yang sudah sore hampir gelap gulita membuatku semakin ketakutan. Disaat seperti ini, aku baru memikirkan betapa keras kepalanya aku.

Seandainya aku mendengarkan perkataan Ella, mungkin aku tidak akan mengalami semua ini. Namun hati kecilku tidak menerima sama sekali jika ada orang yang sengaja menindas ku.

Setelah berhasil mengendalikan emosiku, aku segera memeriksa ponsel ku. Ternyata Paman Rangga yang berulang kali menghubungi ku.

Kutelepon kembali untuk meminta bantuannya. Tanpa peduli dimanapun ia sedang berada, aku segera bicara pada intinya.

Paman, tolong aku!!!

Lalu segera kukirimkan lokasi ku melalui pesan singkat seraya berdoa agar paman Rangga sedang tidak berada ditempat yang jauh dariku.

.

.

.

Next...

1
Tanti Purba
lanjut donk
kayla: Hallo jangan lupa mampir di karya terbaru aku yah " My Baby Girl" mohon dukungannya
yeppo: oke kak, ditunggu aja ya ☺
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!