Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
"Mengapa aku masih kepikiran Tuan itu sih!", gumamnya dalam hati.
***
"Hey putriku! Kau pikir bisa berbohong dengan ayahmu ini, hah!", ucap Tuan Danu. "Memangnya siapa yang mengisi pikiran putriku ini? Ayo coba beritahu ayah!", tambahnya lagi.
"Wah, ada apa dengan pertanyaan ayah. Kan sudah kubilang tidak ada, ya berarti tidak ada ayah", Ana membela diri. Dia tetap menutupinya.
Tuan Danu terbahak. "Oke, baiklah! Ayah menyerah! Tapi jika suatu saat kau sudah menyukai seseorang, katakan pada ayah. Ayah tidak ingin putri ayah jadi perawan tua selamanya!", katanya sambil terbahak.
"AYAAHH!", Ana membelalak berkacak pinggang pada ayah yang terus menggodanya.
"Baiklah, baiklah ayah berhenti! Ayo sarapan dulu, untuk mengisi tenaga kita sebelum mencari jodoh untuk perawan tua ayah ini!", ucap Tuan Danu meledek lagi sambil mengambil potongan roti yang ada di hadapannya.
"Ayaaahhh!", Ana merengek memohon agar ayah berhenti menggodanya lagi.
"Ahh, aku lapar sekali ayah. Mana cukup beberapa potong roti ini untuk membuatku kenyang. Aku mau nasi goreng saja!", ucapnya beranjak ke arah dapur.
"Kau mau apa, nak?", ucap Tuan Danu yang melihat putrinya kini sudah ada di dapur.
"Kan sudah kubilang, aku mau nasi goreng, ayah! Tentu saja aku akan membuatnya", ucap Ana sambil mengacungkan sodet yang ia pegang.
"Dasar kau ini! Kan ada Bi Rani atau yang lainnya. Kau tinggal bilang saja putriku!", Tuan Danu geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat tingkah putrinya. Dia memang berbeda, dia tidak manja. Tidak suka mengandalkan siapa pun untuk mendapatkan kemauannya.
"Memangnya enak masakanmu itu, hah!", ledeknya lagi.
"Ooh, ayolah ayah! Bukankah ayah selalu ketagihan dengan masakanku", ucap Ana bangga.
"Baiklah, baiklah! Kalau begitu, nanti masakan ayah makan siang. Bawa ke kantor ya", ucap Tuan Danu pada Ana.
"Siap boss!", ucap Ana sambil memberi hormat. Tuan Danu tergelak melihat kelakuan putrinya itu. Ana memang anak yang berbeda, dia tak pernah merengek, tak pernah mengeluh, dia cerdas dan cantik. Benar-benar bisa membuat ayahnya bangga.
***
Sementara di kediamannya, sambil menyeruput kopi Ken mendengarkan Han yang sedang memberitahukan jadwal kegiatannya hari ini. Ken manggut-manggut mengerti.
"Han, siang ini kosongkan jadwalku. Aku ingin mengunjungi seseorang", ucapnya diiringi anggukan dari Han. Dan tak lama mereka pun beranjak pergi ke kantor.
***
Di sebuah mansion mewah, nampak seorang paruh baya tengah menyeruput kopi dengan sebuah cerutu di antara ruas jarinya. Sebuah asap mengepul di atas kepalanya. Dia nampak tenang duduk di kursi goyangnya sambil menikmati udara pagi di halaman belakangnya. Dia adalah Tuan Bram, adik dari Tuan Danu. Dia memiliki 2 orang anak, seorang putra yang beranama Adam dan seorang putri, dia Krystal. Seorang artis yang tengaj naik daun, namun sejak kecil dia selalu iri pada Ana. Sepupunya yang selali bersinar dimanapun dia berada. Sepupunya yang selalu menghalangi sinarnya, begitulah pemikirannya.
"Papa, kenapa papa memanggilku?", ucap Krystal yang baru datang dari arah tangga.
"Papa, ingin kau melakukan sesuatu. Bisakah kau membantu papa?", ujarnya pada Krystal.
"Tentu saja! Untuk papaku tercinta apa yang tak bisa ku lakukan!", ucapnya manja kemudian mencium salah satu pipi papanya.
Tuan Bram tersenyum, kemudian menyodorkan sebuab amplop kepada Krystal. "Datanglah ke kantor pamanmu. Berikan ini padanya", ucapnya kemudian.
Krystal mengernyit, penasaran akan isi amplop tersebut. "Apa ini pah?", tanyanya sambil melambaikan amplop itu.
"Nanti kau akan tau! Ini adalah sebuah permulaan bagi kita sayang", ucap Tuan Bram sambil tersenyum penuh arti.
"Baiklah!", Krystal mengiyakan saja permintaan papanya itu, meskipun dia tak tahu isinya. Toh ia yakin itu akan menghasilkan suatu keuntungan bagi mereka. Karena tak mungkin papanya menyuruhnya melakukan hal sepele yang sia-sia.
"Tapi nanti siang ya pah. Pagi ini aku ada meeting dengan beberapa klien untuk sebuah varietu show", tambahnya lagi.
Tuan Bram mengangguk setuju. Kemudian dia menyesapkan cerutunya lagi. Mengepulkan asap yang cukup tebal sambil memandang kosong ke luar halamannya. Seperti sedang memikirkan sebuah rencana.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 di lobby kantor Tuan Danu. Sebuah mobil berhenti, nampak Ana keluar dari sana membawa beberapa kotak makan. Ana melangkah masuk dan menyapa resepsionis, "Selamat siang!".
2 orang resepsionis yang sedang bertugas langsung buru-buru bangkit dari duduknya. "Selamat siang, nona!", mereka tersenyum pada Ana.
"Aku membawa makan siang untuk ayahku. Ini aku bawa lebih, apa kalian mau? Masakanku enak, lho", ucap Ana sambil menyodorkan kotak makan siangnya.
"Ahh, tidak nona, terima kasih. Kami juga sudah membawa makan siang", ucap salah satunya. Merasa temannya tak merespon, dia menginjak salah satu kaki temannya itu.
"Aaww,, aahh iya nona! Kami juga sudah membawa makan siang. Nona tak perlu repot-repot", ucap yang satunya lagi sambil menahan sakit pada kakinya yang terinjak.
Mereka merasa tidak enak pada putri bossnya itu. Karena Ana selalu ramah dan baik pada setiap karyawan ayahnya tanpa terkecuali. Maka dari itu, kadang para karyawan merasa canggung atas setiap kebaikan Ana.
"Ada apa ini?", tanya Risa yang baru saja datang dari luar. Dia adalah sekrekaris ayahnya. Risa sudah mengabdi selama 6 tahun terakhir pada perusahaan ayahnya. Dia sudah menjadi orang kepercayaan ayahnya, dan sudah seperti kakak bagi Ana. Karena Risa lebih dewasa, dan saat ini sudah berumur 28 tahun.
"Aahh, kakak!", Ana menghambur ke pelukan Risa, meninggalkan beberapa kotak makannya di meja resepsionis.
"Uughh, apakah kau sangat merindukanku! Aku bisa sesak nafas bila kau memelukku seperti ini", ucap Risa hangat sambil melepas pelukan Ana yang begitu eratnya.
"Ehehe, tentu saja aku merindukanmu kak! Sudah 2 bulan aku tidak datang ke sini. Kurang lebih sudah 60 hari kita tidak bertemu kakak!", ujarnya manja pada Risa.
"Dasar kau ini!", ucap Risa sambil mengelus kepala Ana sayang.
"Aku membuat makan siang untuk ayah. Apakah kau mau? Aku membawa beberapa. Mereka baru saja aku tawari tapi mereka tak mau", ucap Ana sambil menunjuk ke arah resepsionis. Mereka yang ditunjuk membungkuk hormat saat Risa mengalihkan pandangannya pada mereka.
"Ya sudah, berikan padaku sisanya. Nanti aku akan membagikan pada yang lainnya", ucap Risa menengahi mereka. Risa tahu mungkin bawahannya itu merasa canggung pada Ana yang kelewat baiknya.
"Kau naiklah duluan! Aku akan membagikan ini pada yang lainnya", ucap Risa pada Ana sambil menunjuk kotak makannya.
Ana mengangguk mengerti dan beranjak menuju lift.
***
Di dalam kantornya Tuan Danu sedang menandatangani beberapa berkas. Saat tiba-tiba pintunya dibuka. Dia sudah tahu siapa yang datang. Siapa lagi kalau bukan putrinya, hanya dia yang bisa menyelonong keluar masuk kantor ayahnya tanpa permisi.
"Ayah!", Ana menghambur ke pelukan ayahnya. Kemudian meletakkan kotak makan yang ia bawa di meja depan sofa.
"Ayo ayah! Kita makan siang dulu. Aku sudah memasak makanan kesukaan ayah. Ini adalah ayam goreng saos mentega dengan resep rahasia", ucapnya sambil menyodorkan kotak makan.
"Baiklah, baiklah! Tapi kau harus menemani ayah makan ya", ucap Tuan Danu sambil berjalan menuju sofanya.
"Ooh, astaga! Maafkan aku ayahku tersayang, aku lupa aku ada janji dengan Sarah! Aku pergi dulu ya sekarang!", ucap Ana cengengesan kemudian pamit pada ayahnya. Tuan Danu hanya menggeleng dibuatnya.
***
Saat akan berjalan menuju lift, dia berpapasan dengan seseorang yang dikenalnya. Dia menatap sebal pada Ana. Sedangkan Ana hanya santai berjalan menuju lift. Mereka menghentikan langkahnya saat jarak mereka cukup dekat.
"Wah, wah! Ada angin apa ini. Seorang artis papan atas datang ke kantor ayahku yang kecil ini", ujar Ana dengan nada menyindir.
"Heh, tentu saja kalau bukan untuk sesuatu yang penting. Tak sudi aku datang ke sini. Bertemu denganmu pula", Ana mencebik kesal mendengar ucapan Krystal.
"Sekarang aku ini adalah artis nomor 1 di Glory Entertainment. Dan sebentar lagi akan menjadi nyonya Wiratmadja. Tapi kau, siapa kau saat ini?! Kau hanya tau bermain saja!", tambahnya lagi yang membuat Ana makin naik pitam.
Ana berusaha tetap tenang, meskipun emosinya sudah mencapai level akhir.
" Aku hanya tak ingin menjadi apa-apa saat ini. Tapi jika aku sudah menginginkannya, kita lihat apa kau masih bisa sombong seperti ini. Saat ini aku hanya memberikan waktu bagimu untuk bersinar. Tapi ingat nonaku sayang, roda itu berputar. Ada kalanya kau di atas angin dan ada kalanya kau diinjak-injak di bawah", ucap Ana sambil mencodongkan wajahnya tepat di hadapan wajah Krystal. Kemudian dia tersenyum seram dan berlalu pergi memasuki lift yang sedang terbuka.
Krystal tertegun atas ucapan Ana. Dia merasa itu adalah sebuah ancaman baginya. Dia menggeram kesal sambil meremas ujung bajunya.
***
Di pintu keluar lobby, ada 2 buah mobil berhenti di sana. Yang satu si supir membuka pintu, dan Ana pun masuk ke dalamnya. Sedangkan yang satunya pintu mobil terbuka dari dalam, keluarlah Ken yang didampingi Han di sebelahnya. Dan mobil Ana pun melaju meninggalkan gedung tersebut. Ana tak menyadari kedatangan Ken.