Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.
Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.
Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Nayla akhirnya meminta sopir untuk mengantarnya, Nayla menulis alamat rumahnya di secarik kertas dan menyerahkan ke sopir, Nayla canggung kalau nanti harus banyak memerintah.
Selama perjalanan ke rumahnya, Nayla sama sekali tidak merasakan panas, karena dia berada didalam mobil yang full AC, Sebelum sampai ke rumahnya, Nayla meminta sopir untuk berhenti sebentar di toko kue, Nayla membeli kue kesukaan ibunya, kue yang hanya bisa Nayla belikan sebulan sekali setelah gajian, setelah menikah Nayla ikut dengan suami dan ibu mertuanya dan kerap mendapatkan perlakuan buruk, namun Nayla mencintai Edo, dan kenapa Nayla tidak tinggal dengan ibunya? Karena rumah Nayla sempit dan hanya ada satu kamar, dan Edo tidak betah, jadilah Nayla ikut suaminya, rumahnya lebih besar meskipun status rumahnya ngontrak, Nayla sendiri mulai mengumpulkan uang untuk membeli rumah, tanpa sepengetahuan suami dan ibu mertuanya.
Namun uangnya baru terkumpul tidak banyak dia sudah keburu meninggal, dan ibunya tidak tahu dia menyimpan uangnya dimana.
"kenapa aku bisa jatuh cinta sama Edo yah? Padahal tampangnya biasa saja, dibandingkan David? Beuh beda jauh." pikiran Nayla tiba-tiba melayang.
"apa aku di guna-guna sama Edo yah? Fiks bisa jadi aku di guna-guna, masa iya aku bisa cinta mati sama Edo, sedangkan Edo tampang pas-pasan, kaya juga tidak."
Di otak Nayla berputar tentang kehidupan rumah tangganya, diperlakukan tidak baik oleh ipar suami dan juga mertua, ditambah dia juga yang bekerja, belum lagi Nayla rela meninggalkan ibunya sendirian dirumah
"Nyonya, sudah sampai."
Perkataan sopir membuat Nayla sadar dari lamunannya dan kemudian langsung turun dari mobil.
Nayla menatap rumah kecil dihadapannya, rumah masa kecilnya, Nayla berjalan mendekat, dan kemudian mengetuk pintu. Bagaimanapun Nayla harus mengetuk pintu, meskipun itu rumah ibunya Tetapi dia datang dengan wajah yang berbeda Nayla tidak mau ibunya bingung .
Saat pintu terbuka, wajah yang Nayla rindukan muncul, ingin sekali Nayla memeluk wanita yang ada di hadapannya, tapi Nayla menahannya, Nayla tahu kalau wajahnya sekarang bukan dirinya
"Mau cari siapa?"
"Saya sahabatnya Nayla bu." jawab Arlena.
Ranti mempersilahkan tamunya masuk dan mempersilahkan duduk, Ranti ingin ke dapur membuatkan minuman, tapi Arlena menolak
"Tidak usah repot-repot Bu, saya ke sini cuma sebentar, mengantar kue ini untuk ibu, juga Mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Nayla, Maaf ya bu saya nggak datang pas proses pemakaman, karena saat itu saya juga habis jatuh, Jadi baru sempat datang hari ini ."
"Terimakasih kamu sudah datang, ibu baru tahu kalau Nayla punya teman secantik kamu." jawab Ranti.
"Bu, saya ke sini selain untuk mengucapkan Bela sungkawa, juga ada sedikit amanah dari Nayla, tapi saya mohon ibu untuk menjaga amanah ini ya Bu, karena hanya saya dan Nayla yang tahu rahasia ini ."
Ranti merasa heran, wanita di hadapannya ini baru datang sekali ke rumahnya, dan seingat Ranti, Nayla tidak punya teman yang secantik ini, dan tiba-tiba dia datang dan mengatakan memiliki rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya dan juga Nayla .
"Bu, jika Ibu ada waktu, tolong segera ibu datang ke Bank permata, ini surat kuasa yang dibuat oleh Nayla dan kebetulan dititipkan ke saya, Ibu bisa datang ke bank tersebut dengan membawa surat kuasa ini, ibu juga membawa Kartu Keluarga atau apa yang bukti valid kalau ibu dan Nayla ini ada hubungan ibu dan anak, di Bank Permata ada uang milik Nayla, jumlahnya lumayan, mungkin Ibu bisa mengalihkannya ke rekening atas nama Ibu karena Nayla sudah tidak ada ,uang Nayla ini rencananya untuk membeli rumah atau kalau misalkan uangnya tidak cukup Nayla Berencana untuk merenovasi rumah ini, tetapi belum tercapai cita-cita Nayla beliau sudah kembali ke Yang Maha Kuasa ."
Ranti menangis, tidak menyangka anaknya diam-diam melakukan hal ini.
"Terimakasih nak, kamu teman yang baik, Nayla begitu malang nasibnya, dia belum bahagia dan Sepertinya dia salah memilih suami, tetapi belum sempat dia bahagia malah dia sudah lebih dulu pulang ke Tuhan."
"Ibu jangan bersedih lagi ya, Arlena janji akan sering datang ke sini untuk mengunjungi ibu, dan ibu bisa menganggap Arlena ini anak ibu untuk menggantikan Nayla ."
Setelah banyak bicara dengan ibunya dan melepas rindu, Nayla ingat kalau dia harus menjemput Xavier di sekolah, Arlena pamit ke ibunya dan tidak lupa memeluk ibunya sebelum pulang.
Arlena masuk kedalam mobil dengan mata yang masih berlinang, Arlena mengirim pesan ke guru nya Xavier kalau mungkin dia akan sedikir terlambat menjemput Xavier, terlambat sekitar sepuluh sampai lima belas menit.
Dalam perjalanannya menuju ke sekolah Xavier, Nayla teringat dengan Arlena, siapa keluarga Arlena, kenapa selama dirinya menjadi Arlena, tidak ada yang datang sebagai keluarga Arlena, bahkan di ponsel milik Arlena yang sekarang digunakannya tidak ada riwayat chat dengan keluarganya.
"Pak, boleh bertanya sesuatu?" tanya Nayla dan sopir mengangguk sebagai jawaban.
"Bapak sudah berapa lama kerja sama suami saya?", pertanyaan dari Nayla membuat sopir kaget namun untungnya sopir bisa segera menguasai diri.
"Hampir sepuluh tahun nyonya." meskipun pertanyaan Arlena aneh tetapi tetap dijawab.
"Kalau keluarga saya, bapak tahu?" pertanyaan Arlena kembali aneh.
"Iya tahu nyonya, kenapa?"
"keluarga saya siapa pak? Kok saya ngga dicariin keluarga saya pak?" sopir sebenarnya sudah merasa merinding dengan pertanyaan Arlena, namun tidak ada pilihan lain selain menjawab.
"Nyonya kan anak tunggal, ibunya nyonya sudah meninggal, dan bapaknya nyonya sudah menikah lagi."
"oh ya? Bapak ngga bohong?"
Mau tidak mau Nayla percaya dengan sopirnya dan Nayla hanya terlambat lima menit untuk menjemput Xavier.
"Hallo sayang..capek?" Arlena langsung memeluk Xavier dan berterimakasih ke gurunya Xavier karena sudah menjaga anaknya dengan baik.
Selama perjalanan ke rumah, Nayla atau Arlena fokus mendengarkan cerita Xavier selama disekolah, tentunya Xavier sangat senang, ibunya sekarang sangat berubah, dan mau mendengar ceritanya.
Sedangkan di kantor, Davin mendapatkan laporan dari sopirnya. Kalau hari ini Arlena pergi menemui seorang wanita tua dan keluar dari rumah itu dengan perasaan sedih, sopir juga melaporkan ke Davin kalau hari ini Arlena bertanya soal keluarganya.
Davin mengetuk meja, dia juga merasa bingung dengan sikap istrinya, pakaian mahal yang selama ini dia beli, sekarang tidak ada yang dipakai, make up yang bahkan istrinya sengaja pergi ke luar negeri untuk membelinya, sekarang tidak tersentuh sama sekali, perhiasaan tidak ada yang dipakai, kecuali anting dan cincin pernikahan. Tidak hanya itu, Arlena dulu selalu memakai high hells sekarang berubah ke flatshoes, tapi sikap istrinya membuat Davin nyaman.
Arlena sekarang perhatian, lembut, lebih suka dirumah, menyiapkan makanan untuknya, menyiapkan pakaian, Davin merasa istrinya ganti, bukan lagi berubah.
"semoga kamu tetap seperti ini." kata Davin dengan mata merah yang menahan tangis.