"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Keesokan harinya.
Kerajaan Bellvana masih saja dihebohkan dengan kejadian pembunuhan kemarin. Karena banyaknya bangsawan yang menyaksikan kejadian tersebut, beritanya pun tersebar kemana-mana. Pelayan-pelayan yang ada diistana, mereka merasa ngeri. Bagaimana kalau nanti, salah satu dari pelayan yang bertugas akan bernasib sama dengan gadis malang yang dibunuh kemarin. Para pelayan meski takut, mereka tetap harus bekerja. Jadi, kebanyakan dari mereka memutuskan untuk bekerja berdua. Setiap pelayan yang akan mengerjakan tugas, akan diberi satu orang teman untuk membantu dan menemani. Ini adalah salah satu titah raja Bellvana, untuk meminimalisir kejadian serupa.
“Pangeran Nares, apa kau bisa membantuku?” Raja Bellvana menatap Nares dengan wajah yang putus asa.
“Katakanlah, yang mulia raja!” Nares diminta raja Bellvana untuk bertemu secara empat mata dengannya. Kalau dari informasi yang didapat, pangeran Nares merupakan manusia yang jujur, pintar dalam strategi perang juga memiliki loyalitas.
“Aku ingin kau menyelidiki kasus yang kemarin terjadi.”
“Apa kau berkenan?” Raja Bellvana rasa tidak mungkin Nares akan menyetujuinya. Walau Nares manusia yang berbakat di kalangan bangsawan yang lain, tapi dirinya tak akan semudah membalikkan telapak tangan untuk diajak kerja sama. Nares diam sejenak beberapa detik.
“Saya akan coba membantu anda.” Nares sebenarnya tidak ingin membantu atau ikut campur dengan urusan ini. Hanya saja, ia yakin perempuan gegabah itu pasti akan ikut campur dalam urusan ini. Sebelum urusannya bertambah runyam, Nares memutuskan ikut bergabung dengan raja Bellvana untuk menyelidiki kasus. Bagi raja Bellvana pelayan biasa maupun bangsawan, nyawa mereka sama-sama berharga.
“Terima kasih, kerajaan Bellvana sangat menghargai bantuan dari kalian.” Raja Bellvana memberi salam hormat padanya. Nares hanya tersenyum kecil dan sedikit menunduk, dan berlalu pergi dari ruangan raja Bellvana.
Bugg.. sesuatu menabrak Nares.
“Aduh!” Yarana terjatuh sambil memegangi kepalanya yang sakit sebab terlalu fokus memandangi sapu tangan kemarin.
“Kau yang menabrak, kau juga yang kesakitan. Aneh!” Nares berseru kesal, ia mengira Yarana hanya sedang akting agar dirinya tak perlu meminta maaf
“Memang sakit tahu!” Jawab Yarana yang berdiri sambil memegangi pelipisnya. Dirinya meraba-raba tembok untuk berjalan.
“Kau sakit?” Nares bertanya keheranan melihat tingkah Yarana.
“Menurutmu? Apa aku terlihat sehat?” Yarana menyipitkan matanya untuk melihat jalan. Nares hanya diam melihat tingkah gadis aneh ini. Entahlah apa yang direncanakan gadis ini.
“Kalau kau sakit, masuk saja keruanganmu. Jangan berkeliaran dan merepotkan orang lain!” Bukannya memberi ucapan lekas sembuh Nares justru mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat Yarana naik pitam.
“Siapa yang merepotkan orang lain.”
“Kau tidak lihat? Atau kau ini sebenarnya buta?”
“Aku sedang menuju ruang kesehatan untuk meminta obat. Dan tidak sengaja menabrakmu. Jadi tidak usah marah-marah.” Yarana sudah bisa melotot. Sepertinya ia akan baik-baik saja. Setelah sedikit mengomel, Yarana bergegas menuju ruang kesehatan istana untuk meminta obat. Dirinya tetap saja memegangi tembok untuk berjalan.
“Dasar gadis aneh.” Gumam Nares sambil memperhatikan langkah Yarana, takut-takut kalau gadis aneh ini akan jatuh atau menabrak sesuatu.
Melihat gadis aneh ini telah masuk ke ruang kesehatan, Nares pergi menuju ruangan observasi mayat. Sebelum mayat korban dikuburkan, raja Bellvana meminta analisa anatomi tubuh dari korban. Walau di zaman kerajaan ini terbatas teknologi, mereka tetap memiliki seniman sekaligus ilmuwan yang memadai. Nares masuk keruangan untuk memeriksa ilustrasi gambar korban. Barangkali dirinya menemukan sesuatu.
“Selamat pagi.” Nares mengucapkan salam tanpa ekspresi.
“Oh ya pagi, pangeran Nares.”
“Kau pasti kesini untuk mengambil sketsa anatomi tubuh korban kan?” Seorang pelayan laki-laki tingkat 2 yang pintar menebak alasan Nares menuju ke ruangannya. Raja Bellvana sudah memberi pesan, kalau pangeran Nares setuju dirinya akan datang mengambil sketsa korban. Walau ragu awalnya, raja tetap memberi pesan pada pelayan tingkat dua untuk memberikan sketsa dan penjelasan mengenai hal tersebut. Pelayan tingkat dua, adalah pelayan yang memiliki kepintaran diatas rata-rata, biasanya mereka memiliki bakat tertentu hingga raja menaikkan tingkat mereka.
“Benar.” Seperti biasanya, Nares sangat irit bicara.
“Ini pangeran. Sudah saya tulis dengan lengkap apa saja informasi yang saya dapat. Dan juga ada ilustrasi mengenai kondisi tubuh korban.” Pelayan tingkat dua menyerahkan beberapa helai gulungan yang telah berisikan informasi yang ia rangkum.
“Terima kasih.” Nares mengambil gulungan berwarna kecoklatan.
“Sama-sama pangeran.” Pelayan tingkat dua memberi salam hormat pada pangeran Nares.
Dijalan kembali, Nares membuka satu buah gulungan. Ia memperhatikan sketsa tubuh korban. Ternyata, ada beberapa luka tusuk. Selain luka tusuk dibagian perut, korban juga memiliki bekas luka bakar dibagian belakang tubuhnya.
“Hei, ada luka bakar dibagian belakangnya.” Yarana tiba-tiba saja berada tepat dibelakang pangeran Nares. Ia berjinjit agar bisa melihat gulungan yang ada pada pangeran.
“Apa kau punya kebiasaan menguntit.” Pangeran Nares kaget melihat gadis ini berbicara tepat dibelakangnya.
“Terlalu percaya diri juga tidak baik.”
“Aku hanya ingin melihat gambar yang kau pegang.” Yarana meski hanya melihat sekilas gulungan, tapi dirinya bisa tahu kalau sketsa tersebut adalah gambaran kondisi tubuh korban.
“Tidak usah ikut campur.” Nares tidak ingin Yarana ikut campur dalam urusannya. Kalau gadis ini ikut campur, ia yakin akan bertambah rumit.
“Apa korban punya luka bakar dipunggungnya?” Yarana bertanya penasaran. Ini akan jadi informasi tambahan untuknya dalam penyelidikan.
“Bukan urusanmu.” Nares berjalan meninggalkannya.
“Bukankah tadi kau sedang sakit.” Nares tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Benar. Tapi setelah meminum ramuan aku jadi lebih baik dan sehat.” Yarana sebenarnya membaik bukan hanya membaik karena tadi meminum ramuan, ia juga membaik karena melihat petunjuk tambahan mengenai korban.
"Sekarang aku sudah pulih, dan siap membantumu." Ucapnya dengan semangat.
“Tidak.” Nares terus saja menolak Yarana yang sangat ingin melihat isi gulungan.
“Ayolah, aku detektif didunia nyata.” Yarana meyakinkan Nares dengan senyuman lebar dan alis yang terangkat.
“Kau seorang detektif di masa depan?” Nares mengerutkan alisnya.
“Iya, dan aku pasti bisa membantumu.” Yarana sejenak melupakan kekesalannya dengan Nares, ia sangat ingin menyelesaikan kasus ini.
“Kau yakin ingin membantuku?” Nares mengajukan pertanyaan dengan wajah datarnya.
“Iya tentu.” Yarana menjawab dengan yakin.
“Kalau begitu, diamlah dan jangan melakukan apa-apa. Itu akan sangat membantuku.” Nares dengan wajahnya yang sama sekali tak berekspresi apapun mengatakan hal yang lagi-lagi membuat Yarana marah. Nares lalu pergi lanjut meninggalkan Yarana yang shok mendengar ucapannya.
“Hah.”
“Nares kurang ajar.” Yarana berteriak dengan wajah yang kesal. Saking kesalnya, Yarana melempar sebuah botol obat ramuan yang tadi dirinya minum sedikit.
“Aduh, siapa yang melempar botol ramuan ini.” Salah satu pelayan yang sedang berkumpul terkena botol ramuan yang dilempar Yarana.
“Maaf.” Ujar Yarana lirih dengan suara yang sangat kecil, lalu berlari kecil menuju kekamarnya. Yarana akan menunggu Vello kembali. Alasan Yarana mengambil obat sendiri adalah karena ia memberi izin pada Vello untuk mengunjungi orang tuanya yang sedang sakit. Rumah orang tua Vello berada diperkampungan yang tak jauh dari istana. Mungkin saat siang hari ketika Vello kembali, Yarana akan bertanya mengenai sesuatu padanya.
“Kalau Nares tak mau diajak kerja sama, yasudah. Aku akan selidiki sendiri.” Yarana meyakinkan dirinya sendiri kalau ia bisa menyelidiki kasus ini tanpa bekerja sama dengan Nares.
#bersambung