Seorang gadis desa pergi merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Gadis cantik tersebut adalah Gendhis Lestari dia berusia 19 tahun. Dia memiliki seorang adik tampan bernama Farel yang saat ini masih duduk dikelas 2 SMP. Kedua orang tuanya berkerja serabutan penghasilan tidak menentu. Saat Gendhis mengirimi lamaran kerja di situs online ke beberapa perusahaan besar meskipun bermodal ijazah SMA. Setelah 2 hari kemudian Gendhis mendapat panggilan dari pihak HRD untuk melakukan interview di perusahaan raksasa di Jakarta. Dengan bermodalkan tekat yang kuat Gendhis langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya pak Hasan dan Bu Halimah dan adiknya Farel. Meskipun keluarganya berat melepas putri mereka pergi merantau tapi Gendhis berhasil menyakinkan kedua orang tuanya sehingga izin dari kedua orang tuanya berhasil ia kantongi. Hingga saat ini Gendhis sudah sampai di Jakarta dan sudah menyewa sebuah kamar kos kecil kos kusus untuk perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ersy 07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sampai Di Jakarta
Saat ini Gendhis dan pak Hasan sudah sampai di stasiun kereta. Setelah membeli tiket kereta tujuan Jakarta, mereka harus menunggu kedatangan kereta selanjutnya yang akan datang. Tidak sampai 1 jam sebuah kereta tujuan Jakarta sudah tiba, pak Hasan dan Genghis tanpa menunggu lama langsung membawa barang barang mereka masuk kedalam gerbong kereta sesuai dengan nomor kursi mereka. Beruntung bapak dan anak tersebut mendapat nomor kursi yang berdekatan, sehingga pak Hasan bisa membantu menjaga barang bawaan Gendhis saat gadis tersebut ketiduran. Dan benar saja tidak sampai satu jam perjalanan, kedua mata Gendhis sudah terasa berat. Namun Genghis berusaha tetap mempertahankan kesadarannya. Pak Hasan yang duduk didekat putrinya hanya menggelengkan kepalanya tersenyum kecil. "Tidurlah jika kamu sudah mengantuk, biar bapak yang menjaga barang barangmu" ucap pak Hasan pengertian. "Hehehe maaf pak, Gendhis mengantuk sekali. Kita gantian ya pak, Gendhis tidur duluan nanti setelah 1 jam bangunin Gendhis. Nanti kalau Gendhis sudah bangun terus gantian bapak yang tidur" ucap Gendhis sambil nyengir kuda. Pak Hasan hanya mengangguk pelan lalu menjawab " Tidurlah, enggak usah pikirkan bapak, bapak bisa tidur nanti saja" jawab pak Hasan lembut. " Pakai jaket mu lalu masukkan tas selempang mu kedalam jaket lalu resleting kamu rapatkan. Gendhis mengangguk pelan menuruti perintah bapaknya mengamankan tas selempang kecil miliknya lalu menarik resleting sampai ke sebatas leher dan tak lama gadis cantik tersebut tidur lelap. Tanpa terasa perjalanan sudah 3 jam berlalu, namun pak Hasan sengaja tidak membangun putrinya. Melihat putrinya tidur begitu lelap ia tidak tega membangunkannya. Pak Hasan berusaha tetap terjaga, saat pak Hasan akan mengubah posisi duduknya tanpa sengaja kakinya menyenggol ujung kaki Gendhis sehingga Gendhis langsung bangun dan kedua matanya memerah karena masih mengantuk. Gendhis menoleh kesamping dan pak Hasan menatapnya dengan tatapan bersalah. "Maaf, bapak enggak sengaja menyenggol kakimu, sekarang tidurlah kembali jika kasih mengantuk" ucapnya merasa bersalah. Gendhis melihat jam tangannya yang melingkar ditangan kanannya. "Astaghfirullah, Gendhis tidurnya kebablasan ya pak, maaf ya pak?". Sekarang gantian bapak yang tidur, biar Gendhis yang jagain barang barangnya" ucap Gendhis merasa bersalah karena tidur terlalu lelap hingga 3 jam. "Bapak enggak ngantuk kok, mending kamu saja yang tidur. Besok kan kamu harus datang ke kantor untuk interview pagi" tolak pak Hasan meskipun saat ini ia sudah mulai mengantuk hingga kedua matanya sudah memerah menahan kantuk sejak tadi. "Udah enggak papa, biar Gendhis yang gantian jaga. Bapak istirahat saja dulu karena perjalanan masih panjang pak". jawab Gendhis tersenyum. Akhirnya pak Hasan mengalah dan menurut, pria paruh baya tersebut duduk bersandar di kursi pojokan mencari posisi nyaman sambil bersidekap tangan di dada dan perlahan lahan kedua matanya terpejam.
Gendhis merasa haus, ia langsung membuka tas bekal yang dibawakan ibunya dari rumah. Ada 1 botol besar air putih, ada 2 bungkus nasi beserta lauknya yang sengaja dipisah oleh ibunya agar tidak cepat basi. Ada beberapa bungkus roti dan camilan beberapa jenis. Seulas senyum kecil menghiasi wajah cantik Gendhis " Ibuku selalu mengerti tentang anaknya, ibuku memang wanita terbaik didunia. Aku pasti selalu merindukan ibu" tanpa sadar sebutir cairan bening menetes di sudut matanya. "Aku janji sama kalian, jika nanti aku sudah sukses aku akan membahagiakan kalian semua. Termasuk merenovasi rumah kita, pak, buk, Gendhis janji akan menjaga diri Gendhis" gumam Gendhis sambil menikmati makan roti berisi selai coklat.
Tanpa terasa 8 jam berlalu saat ini Gendhis dan pak Hasan sudah turun dari kereta. Setelah turun dari kereta mereka mencari kamar mandi umum, Gendhis dan pak Hasan mandi secara bergantian. Setelah itu selesai mandi bapak dan anak tersebut beristirahat sebentar untuk menikmati sarapan bekal yang di bawakan Bu Halimah. Meskipun bekalnya sudah dingin namun mereka tidak perduli yang terpenting saat ini perut terisi makanan. Setelah istirahat 30 menit didekat stasiun, mereka lanjut naik bus menuju alamat yang Gendhis catat secarik kertas. Setelah 20 menit kemudian Gendhis dan bapaknya sudah sampai di depan gedung perkantoran yang tercetak besar Alexander grup. "Wah besar sekali ya pak kantornya" ucap Gendhis begitu kagum dengan bangunan menjulang tinggi didepannya. "Iya nak, bapak enggak nyangka kamu bisa bekerja disini. Yaudah, ayo kita cari kosan untukmu tapi yang dekat dari sini, biar kamu tidak terlalu jauh dari tempat kerjamu" ajak pak Hasan kepada putrinya untuk mencari tempat tinggal Gendhis. Kebanyakan kos kosan karyawan kantor, jadi harga sewa perbulan lumayan mahal. Pak Hasan dan Gendhis terus berjalan mencari kosan yang harga sewanya yang cocok. Setelah berputar kesana kemari dan sesekali bertanya sama beberapa orang yang ada di setiap jalan akhirnya pak Hasan menemukan kosan kusus untuk perempuan. Harga sewanya 600 ribu perbulan, meskipun kosannya berukuran kecil dan kamar mandi diluar namun lingkungannya cukup bersih. "Disini saja pak, Gendhis enggak apa apa kok. Lagi pula lingkungannya juga bersih dan dekat dari kantor. Mungkin jalan kaki 10 menitan udah nyampek" ucap Gendhis menyakinkan bapaknya. Pak Hasan bertanya" Kamu yakin nak mau kos disini??" tanya pak Hasan memastikan takut anaknya kurang nyaman. " Iya pak enggak papa, sementara disini dulu, kalau Gendhis enggak betah bisa cari kosan lain. Lagi pula waktu udah mepet banget pak, ini sudah jam 7 Gendhis interview jam 9 harus berangkat lebih awal" ucap Gendhis melihat jam tangannya. Akhirnya pak Hasan mengangguk kepalanya dan segera menemui pemilik kosan tersebut. Pak Hasan membayar sewa selama 2 bulan, masalah Gendhis mau pindah ketempat lain terserah Gendhis. Yang terpenting saat ini anaknya sudah punya tempat tinggal sementara waktu agar ia bisa pulang ke rumah dengan tenang. Setelah menerima kunci kamar kos, pak Hasan membantu anaknya membawa masuk barang barang milik Gendhis beruntung kamar kos sudah bersih dan rapi. Didalam sudah ada kasur spon yang sudah ditutupi dengan seprai dan ada 1 bantal. Ada meja kecil dan lemari pakaian kecil. Dekat pintu ada jendela sebagai ventilasi udara sehingga kamar kosan kos tidak terlalu pengap. Setelah masuk Gendhis buru buru mengambil baju dan peralatan mandi yang ia bawa dari rumah. "Pak, Gendhis tinggal mandi dulu!" ucap Gendhis langsung keluar kamar menuju kamar mandi yang terletak diluar. Beruntung sumur sudah dipasang Sayo, sehingga tidak perlu menimba air jika mau mandi. Setelah mandi dan memakai pakaian kemeja putih lengan panjang dan rok hitam sebatas lutut. Gendhis nampak semakin cantik jika memakai pakaian formal. Setelah itu Gendhis keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian sudah rapi hanya perlu merapikan rambutnya dan memakai pelembab wajah dan lipbam warna pink alami agar bibinya tetap lembab. Setelah selesai dengan penampilannya Gendhis segera membawa amplop berisi surat lamaran kerja setelah itu Gendhis berpamitan sama bapaknya sebelum berangkat. "Doakan ya pak, semoga Gendhis diterima kerja" pamit Gendhis mencium punggung tangan bapaknya. "Iya nak pasti itu, kamu hati hati ya dijalan" jawab pak Hasan tersenyum hangat. "Iya pak, assalamualaikum.." ucap Gendhis sebelum berangkat. " wa'alaikum salam.." jawab pak Hasan.
\>\>\>\>\>\>\>\>\>\>
Setelah berjalan kurang lebih 10 menit, saat ini Gendhis sudah sampai didepan kantor. Didepan ada 2 penjaga memakai seragam satpam. "Selamat pagi pak" sapa Gendhis ramah. "Selamat pagi juga mbak, mbaknya mau interview ya?" tanya salah satu penjaga tersenyum ramah. "Iya pak, boleh saya masuk pak?" tanya Gendhis. "Oh silahkan mbak " jawab penjaga mempersilahkan Gendhis masuk kedalam kantor. " Terimakasih pak, yang semangat ya kerjanya pak" ucap Gendhis sambil mengangkat tangannya memberi semangat. " Pasti itu mbak hehehe " jawab keduanya. Setelah itu Gendhis langsung masuk kedalam dan nampak 2 wanita cantik bertugas sebagai resepsionis tersenyum ramah menyapa Gendhis. " Ada yang perlu saya bantu dek??" tanya petugas resepsionis. " Saya mau tanya tempat interview sebelah mana ya mbak??" jawab Gendhis sopan. "Oh kamu jalan aja lurus nanti ada belokan kamu belok kiri disitu tempat interview " jawab resepsionis. "Terimakasih mbak, saya permisi " pamit Gendhis sebelum pergi. Gendhis berjalan sesuai arahan petugas resepsionis tadi. Dan benar saja saat ia baru saja belok ke arah kiri sudah terlihat beberapa orang duduk berjejer membawa amplop berwarna coklat berisi lamaran kerja dan memakai kemeja putih dan bawahan hitam.
Saat Gendhis duduk disamping seorang wanita memakai pakaian sexy sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas. Saat Gendhis melihat wanita tersebut kebetulan wanita yang memakai makeup menor tersebut menatap Gendhis dengan tatapan sinis. "Sialan nih cewek, ternyata dia cantik juga meskipun tidak memakai makeup berlebihan" batin wanita tersebut.