NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 6 : Berhenti jadi pelacur

Keesokan harinya, Lucianna memutuskan untuk tidak bekerja. Ia bertekad untuk berangkat pagi-pagi ke kediaman Daniel, berharap dapat bertemu dengan si kembar.

Pukul lima subuh, Lucianna tiba di depan gerbang rumah Daniel. Tanpa ragu, ia menekan bel. Satpam yang bertugas malam itu kembali menyahut dengan suara mengantuk, menanyakan identitas Lucianna.

"Selamat pagi, saya pengasuh baru yang akan merawat si kembar," jawab Lucianna dengan nada ramah.

Satpam itu tampak ragu. "Maaf, Nona, tetapi Tuan Daniel tidak memberitahukan bahwa akan ada pengasuh baru yang datang hari ini. Saya harus memastikan terlebih dahulu," ujarnya dengan nada curiga.

'Sial, bagaimana ini? Jangan sampai Daniel tahu kedatanganku,' batin Lucianna panik. Ia tidak ingin rencananya gagal sebelum dimulai.

"Saya mengerti, Pak. Tetapi, Tuan Daniel mungkin lupa memberitahukan kepada Bapak. Saya mohon, izinkan saya masuk. Saya harus segera menyiapkan seragam si kembar agar mereka tidak terlambat ke sekolah," Lucianna mencoba meyakinkan satpam itu dengan alasan yang masuk akal.

Syukurlah, satpam itu akhirnya mengalah dan mengizinkan Lucianna masuk. "Baiklah, Nona. Tetapi, jika terjadi sesuatu, saya tidak bertanggung jawab," ujarnya memperingatkan.

"Terima kasih banyak, Pak. Saya berjanji tidak akan menimbulkan masalah," jawab Lucianna dengan lega.

Setelah berhasil melewati hadangan satpam, Lucianna melangkah masuk ke dalam rumah mewah itu. Ia menuju kamar Daniel terlebih dahulu untuk memastikan bahwa pria itu belum bangun. Setelah memastikan bahwa Daniel masih terlelap, Lucianna mulai bekerja. Ia menuju ruang cuci.

"Aneh, katanya di sini ada pengasuh dan juga pembantu. Kenapa tidak ada satu pun dari mereka yang mengerjakan pakaian-pakaian yang menumpuk dan belum disetrika ini?" batin Lucianna heran.

Tanpa ragu, Lucianna memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci dan menyalakannya. Selagi mesin cuci berputar, ia menyetrika pakaian-pakaian yang sudah mulai kusut karena terlalu lama menumpuk.

"Lumayan juga pekerjaannya. Semoga Daniel tidak marah saat melihatku," gumam Lucianna sambil terus menyetrika.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya di ruang cuci, Lucianna beranjak ke dapur. Ia membuka lemari es dan melihat-lihat bahan makanan yang tersedia. "Sepertinya hari ini aku bisa membuat nasi goreng omelet telur untuk sarapan," pikirnya dengan semangat.

Dengan cekatan, Lucianna mulai memasak nasi goreng. Setelah nasi gorengnya matang, ia melirik jam dinding. Waktu menunjukkan pukul enam pagi. "Sudah waktunya membangunkan anak-anak," gumamnya.

Namun, sebelum Lucianna sempat melangkah menuju kamar si kembar, tiba-tiba saja anak-anak itu sudah berada di belakangnya. Rupanya, mereka sudah bangun dan menghampiri Lucianna karena mencium aroma masakan yang lezat.

"Kau kembali datang, Luci?" tanya Devan dengan mata berbinar.

"Kau datang sepagi ini? Kami senang sekali," timpal Revan dengan senyum lebar.

Wajah mereka tampak begitu bahagia saat mengetahui bahwa Lucianna telah datang. Hati Lucianna pun menghangat melihat sambutan yang begitu antusias dari si kembar.

"Selamat pagi, anak-anak. Ayo, kita mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah," ajak Lucianna dengan nada riang.

Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, Lucianna dan si kembar pergi ke ruang makan. Di dapur, Lucianna melanjutkan membuat telur omelet sebagai pelengkap nasi gorengnya.

Tiba-tiba, Daniel datang ke ruang makan dengan tergesa-gesa. Ia baru saja keluar dari kamar si kembar dan terkejut saat mendapati anak-anaknya tidak ada di kamar.

Daniel masih mengenakan pakaian tidurnya. Seperti biasa, ayah si kembar itu selalu bangun terlambat karena pulang kerja larut malam.

Daniel terkejut melihat Lucianna berada di dapurnya. Ia kembali ingin marah, tetapi si kembar dengan cepat meminta ayahnya untuk mandi terlebih dahulu.

"Papa, mandi dulu sana! Kami sudah lapar dan ingin segera sarapan," pinta Revan dengan nada merengek.

Daniel menghela napas dan menuruti permintaan anak-anaknya. Ia pergi mandi, lalu kembali ke ruang makan. Saat Daniel hendak mengusir Lucianna, wanita itu dengan cepat memintanya untuk duduk dan menyajikan sepiring nasi goreng dan secangkir kopi hangat.

"Duduklah, Daniel. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Jangan marah-marah di depan anak-anak. Mereka selalu meniru apa yang dilakukan orang dewasa," bisik Lucianna kepada Daniel. Ia berharap Daniel dapat mengendalikan emosinya demi kebaikan anak-anaknya.

Daniel kembali menahan amarahnya. Ia duduk di meja makan dan mulai menyantap nasi goreng yang disajikan oleh Lucianna.

Tidak lama kemudian, ketiga pembantu rumah tangga Daniel datang ke dapur. Mereka juga terkejut saat melihat Lucianna sudah menyiapkan sarapan.

"Selamat pagi, Tuan Daniel. Maafkan kami karena terlambat datang," sapa salah seorang pembantu dengan nada gugup.

Daniel memperingatkan mereka lagi tentang kedatangan mereka yang terlambat. "Kalian sudah sering terlambat datang. Saya harap kalian bisa memperbaiki kinerja kalian mulai hari ini," ujarnya dengan nada tegas.

Saat Daniel sedang mengomentari kinerja para pembantunya, Lucianna ikut-ikutan memanaskan suasana.

"Maaf, Tuan, tapi menurut saya, meskipun pembantunya ada tiga, rumah ini tetap saja terlihat kurang terawat. Coba lihat tumpukan pakaian yang belum disetrika itu, sudah seperti gunung saja," ujar Lucianna sambil melirik ke arah para pembantu dengan tatapan meremehkan.

Salah seorang pembantu, yang tampak tidak terima dengan ucapan Lucianna, membalas dengan nada ketus, "Maaf, Nona, tapi Anda ini siapa? Anda bukan siapa-siapa di rumah ini, jadi Anda tidak berhak mengatur kami."

Pembantu yang lain ikut menimpali dengan nada sinis, "Betul, Nona. Kami sudah bekerja keras di sini, dan kami tidak butuh orang lain untuk mengajari kami bagaimana cara bekerja."

Lucianna tersenyum sinis mendengar ucapan para pembantu itu. "Oh ya? Kalau begitu, kenapa rumah ini masih terlihat berantakan? Bukankah tugas kalian adalah menjaga kebersihan dan kerapian rumah ini?" tantang Lucianna dengan nada mengejek.

"Kami sudah melakukan yang terbaik, Nona. Tapi, rumah ini memang terlalu besar untuk diurus oleh tiga orang saja," jawab salah seorang pembantu dengan nada membela diri.

"Alasan saja! Kalau kalian memang bekerja dengan benar, rumah ini pasti akan terlihat lebih bersih dan rapi. Jangan hanya bermalas-malasan dan mengharapkan gaji buta," sindir Lucianna dengan tajam.

Suasana di ruang makan semakin menegang. Para pembantu menatap Lucianna dengan tatapan penuh amarah, sementara Lucianna membalas tatapan mereka dengan senyum sinis yang meremehkan.

Rehan, yang sedari tadi diam, tiba-tiba angkat bicara. "Papa hanya dirumah saat malam dan pagi. Dia tidak melihat kinerja kalian, kami yang melihat kalian bekerja. Luci benar, kalian seperti tidak bekerja. Padahal, tugas kalian hanya membersihkan rumah, merapikan rumah, dan menyiapkan makanan, tetapi kinerja kalian tidak ada yang bagus. Untuk urusan taman dan luar rumah sudah ada tukang kebun, seharusnya pekerjaan kalian menjadi sedikit ringan." ujarnya dengan nada dingin dan menusuk.

Anak ini jarang berbicara, sekalinya berbicara ucapannya bisa sangat menyakitkan.

Ucapan Rehan membuat Daniel ingin memecat para pembantu itu saat itu juga. Namun, Daniel masih memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kinerja mereka.

"Baiklah, jika kalian merasa pembantu di rumah ini kurang, saya akan menambahkannya sekaligus menggantikan kalian." ucapan Daniel membuat para pembantu itu takut.

"Jangan, pak. Tolong jangan gantikan kami." mohon salah satu pembantu.

"Aku akan memberikan kalian satu kesempatan lagi. Jika besok kalian masih melakukan kesalahan yang sama, aku tidak akan segan-segan untuk memecat kalian," ancam Daniel dengan nada tegas.

Setelah selesai sarapan, Daniel bersiap untuk mengantarkan si kembar ke sekolah. Ia kembali meminta Lucianna untuk pergi dari rumahnya.

"Terima kasih atas bantuannya. Tetapi, aku mohon, pergilah dari rumahku sekarang. Aku tidak ingin kau terlibat dengan keluargaku," pinta Daniel dengan nada memohon.

Namun, si kembar justru mengatakan sebaliknya. Mereka meminta Lucianna untuk tidak pergi dan menghilang tiba-tiba lagi.

"Jangan pergi, Luci! Kami ingin kau tetap bersama kami," rengek Revan dengan nada sedih.

"Iya, kami tidak mau kau pergi lagi. Tidak ada yang akan mengajari kami saat belajar lagi." timpal Devan dengan mata berkaca-kaca.

Daniel berusaha menjelaskan kepada anak-anaknya bahwa ia akan mencarikan pengasuh yang lebih baik untuk mereka. "Tenang saja, anak-anak. Papa akan mencarikan pengasuh yang lebih baik daripada dia," ujarnya dengan nada membujuk.

Namun, si kembar dengan tegas menjawab bahwa Lucianna adalah pengasuh terbaik yang pernah mereka miliki.

"Tidak, Papa! Kami tidak mau pengasuh lain. Luci mungkin bisa jadi pengasuh yang baik," bantah Revan dengan nada keras.

"Pengasuh-pengasuh sebelumnya sangat tidak becus. Mereka bertindak acuh pada kami, mereka tidak mau menemani kami bermain, makanan yang mereka buat selalu tidak enak dan hanya itu-itu saja, mereka juga tidak mau mengajarkan kami belajar. Mereka hanya bermain ponsel saat menemani kami," jelas Devan dengan nada kesal.

Daniel yang mendengar penjelasan itu akhirnya mengerti mengapa anak-anaknya selalu mengganggu para pengasuh mereka hingga para pengasuh itu tidak betah berada di rumahnya. Ternyata, hal itu disebabkan karena performa kerja para pengasuh sebelumnya memang kurang baik.

Daniel kemudian menatap Lucianna dengan tatapan yang sulit diartikan. "Baiklah, Luci. Aku akan menerima kau sebagai pengasuh si kembar dengan satu syarat," ujarnya dengan nada serius.

"Syarat apa itu?" tanya Lucianna dengan jantung berdebar-debar.

"Kau harus lepas dari dunia hiburan itu. Aku tidak ingin kau bekerja sebagai pelacur lagi. Jika kau bersedia, aku akan menerimamu sebagai pengasuh si kembar," jawab Daniel dengan nada tegas.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

1
Cut syifa
biarlah soal profesi, yg penting hatinya baik
Cut syifa
dasar lucianna benar benar 😄😄, meresahkan sekali kmyyuuuu🤭
mama Al
jangan bilang Luci nekat bawa anak anak ke kebun binatang. 😁
mama Al
berasa ibunya anak-anak 🤭
mama Al
si Daniel antisipasi takut para emak emak smake down lagi
Dewi Ink
Daniel kuat bgt imannya 😂😂
Dewi Ink
wadduuuww di tepi kolam loh itu 😭
Dewi Ink
di rumah kan ada kolam renang
Istri Zhiguang!: anggap aja liburan bersama kak😭
total 1 replies
Cut syifa
untung bukan ramadhan dasar kamu lucianna 🤣🤣🤣
Drezzlle
ayo ajak ke Zoo Lucianaa kasihan mereka
Drezzlle
ya pasti anak-anak pilih kamu lah Lucianaa
Nurika Hikmawati
mantaaaap... kamu masih kuat iman aja Niel. padahal Luci udh mengerahkan semua skillnya tuh /Facepalm/
Nurika Hikmawati
Beda tenaga ya Luc... kalau utk yg gini mah tenaganya gak akan prnh habis
Rosse Roo
aah dasar bocahhh🤣🤦‍♀️
Rosse Roo
yeeeey aku juga ikutt senang.... 😌😄
Rosse Roo
tidak akan ada waktu untuk mengulang kebersamaan dengan anak-anak pak Daniel... nanti kalau mereka udah dewasa. menyesal lah kau, tak pernah menyenangkan mereka.
mama Al
wkwkwkwk kalah telak
mama Al
tetap saja harus berusaha keras, Luci.
mama Al
Daniel ini gengsinya gede ya.
padahal dalam hati 🤭
Cut syifa
gak semua pelacur benar2 niat jadi pelacur🥺😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!