NovelToon NovelToon
Keluarga Lecit

Keluarga Lecit

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Dunia Lain / Pusaka Ajaib / Iblis
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rika komalia

Entah wanita dari mana yang di ambil kakak ku sebagai calon istrinya, aroma tubuh dan mulutnya sungguh sangat berbeda dari manusia normal. Bahkan, yang lebih gongnya hanya aku satu-satunya yang bisa mencium aroma itu. Lama-lama bisa mati berdiri kalau seperti ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika komalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nekat

Mas Rama berjalan mendekat pada kami berdua. Sungguh jantung ku mau copot rasanya. Apalagi melihat raut wajahnya itu, sungguh nyaliku ciut seketika.

"dengarkan dulu Rama." ucap ibu lembut.

Mas Rama kemudian duduk tepat di seberang meja hadapan ku. Tatapan nya tajam, bahkan aku tak kuasa melihatnya.

"apa yang harus Rama dengarkan buk, semuanya sudah jelas. Ibu dan Laras menjelekkan keluarga Sinta di belakang ku." dengkusnya.

" siapa yang menjelekkan mas? Semua yang ku katakan adalah fakta. Bahkan aku sampai di ancam oleh ibunya mbak Sinta, agar tidak memberitahukan semua ini pada kalian berdua." jawabku dengan nafas memburu.

Mas Rama mencabikkan bibirnya, sepertinya dia tidak percaya dengan apa yang ku katakan barusan.

"Ram, coba kamu selidiki dulu siapa keluarga Sinta yang sebenarnya. Perasaan ibu juga gak enak Ram, apalagi setelah kamu memakai cincin itu." ucap ibu dengan hati-hati.

Mas Rama lantas melihat ibu, ada rasa kasihan di sana. Tapi sepertinya dia sudah cinta mati dengan mbak Sinta.

"buk, tidak perlu lagi mencari tau siapa keluarga Sinta. Mereka itu orang baik buk, bahkan kita juga di sambut dengan hangat di sana. Percaya dengan pilihan Rama ya buk. Sinta gadis baik-baik, dari keluarga baik-baik juga."

Kini gantian aku yang meraup wajah, ada rasa kecewa di hati ini melihat mas Rama tak menggubris apa yang ibuku ucapkan. Apa salahnya di selidiki dulu, bukan main oke aja.

"tapi mas, mereka itu bukan orang baik." ucapku. Biar bagaimanapun aku harus berusaha sekuat tenaga, aku tidak ingin kehilangan kakak semata wayang ku ini.

"sudahlah Laras, kau masih kecil. Tidak usah berpikiran yang aneh-aneh. Seharusnya kau bersyukur mendapatkan kakak ipar seperti Sinta, orangnya baik tidak banyak tingkah."

Preeet lah, muak tau mendengar ucapan itu mulu. Lihat saja, aku akan membuktikan siapa keluarga Sinta yang sesungguhnya.

"oh iya buk, kapan mau belanja hantarannya?" ucap mas Rama mengalihkan pembicaraan.

Ibu lantas melihatku, selama ini kami selalu berdua kemanapun itu.

"Laras ikut ibu saja." ucapku. Untuk saat ini aku malas berdebat, percuma juga mereka akan tetap melangsungkan pernikahan.

Mas Rama langsung beranjak menuju kamar dan kembali lagi dengan membawa map coklat. Lalu dia mengeluarkan isinya, tentu saja aku dan ibu tertegun ternyata isinya uang.

"apa segini cukup buk?" ucapnya sembari memberikan satu ikat.

"cukup,"

Lalu mas Rama menambahkan satu ikat lagi, tentu saja aku dan ibu melongo melihatnya.

"ibu dan Laras juga beli baju ya, biar kita seragam."

Ibu mengangguk, kemudian mas Rama kembali lagi ke dalam kamar lalu tak keluar lagi.

"ini serius buk?" ucapku.

"lah, terus?"

" tapi sebanyak ini uangnya. Untuk beli apa buk?" tanyaku tak habis pikir.

Kita beli perhiasan, baju dan yang lainnya Laras. Udah ah, kamu gak usah kepo gitu, besok kita ke pasar ya. Sekarang ibu mau istirahat dulu."

Aku mengangguk, ibu pun kemudian berjalan menuju kamar, akupun demikian sebaiknya istirahat.

Namun saat akan membaringkan tubuh, tak sengaja aku melihat tangki yang masih menggenggam kaca pemberian mbak Sinta.

Segera aku melihat wajahku pada kaca tersebut, namun seketika kaca itu terlempar ke ranjang.

"ya Allah." Jantungku berdegup kencang. Bahkan, detaknya sangat terasa di tangan.

"siapa yang ada di kaca itu?" ucapku seraya melihat kaca yang tertelungkup itu.

Sejenak ku diamkan, tapi aku juga penasaran bagaimana bisa beda orang saat aku berkaca tadi.

Segera tanganku meraih kecapean itu kembali dengan perlahan ku balikkan dan ku arahkan pada wajah ku. Dan deg, hujannya itu wajahku tapi versi seorang putri lengkap dengan mahkota di kepala.

"apa ini aku?" ucapku spontan.

"iya ini adalah kau putri Larasati." jawabnya dari dalam kaca.

" bagaimana kau tau namaku?"

"nanti jika sudah tiba waktunya kau pasti akan tau putri."

Aku terdiam, lalu aku menyimpan kaca tersebut ke dalam lemari. Entahlah, semua membuatku menerka-nerka apa yang akan selanjutnya akan terjadi.

Segara aku membaringkan tubuh, memejamkan mata. Sementara itu jam terus berputar hingga sore hari aku baru bangun. ternyata ibu dan mas Rama tengah mengobrol di meja makan.

"ibu jangan terlalu percaya dengan ucapan Laras buk, dia itu tidak tau apa-apa."

Aku yang tertarik segera mendekat untuk menguping karena aku sangat penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"kau lupa siapa ayahmu Rama, ayahmu itu sama seperti Laras."

Mas Rama terdiam, dasar degil. Semoga saja otaknya mengingat bagaimana ayahku dulu.

"tidak mungkin dia sama seperti bapak buk, Rama tidak percaya."

"tapi ibu percaya dengan Laras, Rama. Kau tau kan selama ini dia tidak pernah berbohong. Ibu malah yakin keluarga Sinta itu memang agak berbeda."

Mas Rama meremas rambutnya, aku tau dia dilema saat ini. Tapi apapun ceritanya aku akan tetap pada pendirian ku. Akan ku selidiki siapa keluarga mbak Sinta yang sebenarnya.

"pokoknya Rama akan tetap menikahi Sinta buk. Apapun itu ceritanya."

" biarkan saja buk," ucapku keluar dari balik dinding.

" yang penting kita sudah memberitahu pada dia. Jika terjadi sesuatu nanti, berarti bukan salah kita buk." tambahku lagi. Segera ku daratkan bokong ini, pas di seberang mas Rama.

"baiklah, apapun yang terjadi nanti aku sudah siap menanggung resikonya. Apapun itu, yang terpenting aku menikah dengan Sinta."

Ku buang nafas ini dengan kesal, baiklah jika begitu kita lihat bagaimana alurnya.

"baiklah" ucapku bersamaan dengan ibu.

Keesokannya aku dan ibu berangkat ke pasar untuk membeli hantaran untuk mbak Sinta. Sedikit berat hati ini, tapi apa boleh buat.

Dengan cepat kami masuk dari satu toko ke toko lain dan akhirnya setelah tiga jam berkutat akhirnya kami sudah membeli semua.

"udah kan buk."

"iya sudah, yuk pulang."

Aku dan ibu gegas berlalu, setelah tiba di rumah semua barang hantaran yang belum di kemas ku letakkan di ruang tamu.

Ya, aku sendiri yang akan merangkai nya, karena ini permintaan mas Rama sebelum kami berangkat ke pasar tadi.

"sebaiknya aku istirahat dulu." Segera ku baringkan tubuh di lantai dengan posisi kepala dinatas sofa, cukup nyaman namun antara sadar atau tidak aku seperti mendengar sebuah bisikan.

"kau kalah Laras. Kau kalah. Hahahaha!"

Segera aku terbangun, tampak sepi sepertinya mas Rama juga pulang. Sementara ibu masih istirahat di dalam kamar.

"sebaiknya ku kerjakan saja." batinku. Karena rencananya malam nanti akan ku kerjakan hantaran ini, tapi sepertinya tidak. Pelan tapi pasti aku mulai merangkai satu persatu hantaran ini, cukup rumit tapi dengan ketelatenan yang ku miliki aku yakin pasti bisa.

1
Rika Lia
terimakasih 😍
Its just a lunch
seru..seru kaka...,tetap semangat lanjutkan kisah nya ya,jangan kau gantung cintaku😍👍💪
Rika Lia
terimakasih 😍💪
Its just a lunch
ceroboh ya si laras...,malah pro siluman nya aku jadinya🤣
Its just a lunch
seru kak,msh banyak typo nya,tetap semangat ya..💪👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!