NovelToon NovelToon
The Lonely Genius

The Lonely Genius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:560
Nilai: 5
Nama Author: PumpKinMan

Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".



(Setiap hari update 3 chapter/bab)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12: Sang Perisai dan Sang Pedang

Lift prioritas itu naik tanpa suara.

Rasanya seperti perjalanan menuju tiang gantungan. Ethan Pradana berdiri di sudut, data-pad hitam berisi bukti curiannya terasa berat di saku bagian dalam jaketnya. Dia bisa merasakan kehangatannya menembus kemejanya, satu-satunya sumber kenyamanan di udara yang dingin dan tegang.

Di sisi lain lift, Dr. Julian Frost berdiri kaku seperti mayat, matanya menatap lurus ke depan, amarahnya yang sedingin es terpancar dari dirinya. Di sebelahnya, Profesor Aris Thorne tampak pucat. Tangan administratornya yang biasanya stabil, kini gelisah, terus-menerus merapikan rompinya yang sudah rapi.

Mereka bertiga, dalam keheningan yang memekakkan telinga, melesat naik melintasi 150 lantai Menara Pemerintahan Neo-Babel.

Frost-lah yang pertama kali memecah keheningan, suaranya pelan dan penuh racun, ditujukan hanya pada Ethan. "Kau tidak tahu apa yang telah kau lakukan, Nak. Kau baru saja menghancurkan dirimu sendiri. Dia bukan seperti Thorne. Dia tidak akan mentolerir kegagalan... atau pembangkangan."

Ethan tidak menjawab. Dia hanya menatap angka-angka digital yang naik. 148... 149... 150.

Pintu lift terbuka dengan desisan pelan, memperlihatkan sebuah lobi pribadi yang sangat berbeda dari Zona-S. Tidak ada baja steril atau kabel yang terbuka. Lantainya terbuat dari marmer hitam yang dipoles hingga berkilau seperti cermin. Dindingnya adalah panel kayu ek gelap. Udaranya berbau samar seperti buku-buku tua dan teh mahal.

Hanya ada satu meja, terbuat dari sepotong kaca tebal, dan di belakangnya duduk seorang asisten yang tampak bosan.

"Profesor Thorne, Dr. Frost, Peneliti Pradana," kata asisten itu, bahkan tanpa mendongak dari layarnya. "Senator sudah menunggu. Silakan masuk."

Sebuah pintu kayu ek ganda di ujung ruangan terbuka tanpa suara.

Kantor Senator Kaelen Rostova lebih mirip perpustakaan dekan universitas kuno daripada kantor politisi modern. Rak-rak buku dari lantai ke langit-langit menutupi tiga dinding, diisi dengan buku-buku fisik yang dijilid kulit. Tidak ada data-pad yang berantakan. Tidak ada hologram yang berkedip.

Dinding keempat seluruhnya terbuat dari kaca, menawarkan pemandangan London yang menakjubkan—dari Menara Westminster kuno yang bersejarah hingga ke Zona-D yang kumuh dan berasap di kejauhan.

Dan berdiri di depan jendela itu, membelakangi mereka, adalah Senator itu sendiri.

"Masuklah, Tuan-tuan," sebuah suara terdengar. Suara itu hangat, berwibawa, dan memiliki aksen Eropa Timur yang halus.

Dia berbalik. Kaelen Rostova berusia akhir enam puluhan, tetapi memancarkan energi wanita yang tiga puluh tahun lebih muda. Dia tinggi dan ramping, dengan rambut perak yang disanggul rapi. Dia tidak mengenakan setelan kekuasaan yang kaku, melainkan gaun wol sederhana berwarna biru tua. Wajahnya dipenuhi kerutan tawa, tetapi matanya... matanya sangat diam. Mata seorang pemain catur yang telah melihat ribuan langkah ke depan.

"Profesor Thorne," katanya, senyum hangat tersungging di bibirnya. "Sudah lama sekali."

"Senator," Thorne melangkah maju, tangannya sedikit gemetar saat dia menjabat tangan Rostova. "Sebuah kehormatan. Maaf atas gangguan ini. Saya yakin ini hanya kesalahpahaman internal..."

"Dan Dr. Frost," lanjut Rostova, mengabaikan Thorne dan beralih ke Julian. "Ah, memar yang tampak buruk di pelipis Anda. Saya harap Anda baik-baik saja setelah 'insiden keamanan' yang mengerikan kemarin."

Wajah Frost mengeras. "Saya baik-baik saja, Senator."

"Bagus." Senyum Rostova tetap di tempatnya, tetapi matanya kini tertuju pada pria ketiga. Pria yang belum dia sapa.

"Dan Anda," katanya, suaranya melembut, "pasti adalah Ethan Pradana."

Dia berjalan mendekati Ethan, melewati kedua pria yang lebih tua itu seolah-olah mereka tidak ada. Dia menatap Ethan dari atas ke bawah. Ethan merasa seperti sedang dipindai oleh A.I. yang jauh lebih canggih daripada Aurora.

"Pahlawan Rakyat," katanya pelan. "Si jenius dari Zona-D. Pemenang Nobel." Dia tersenyum. "Kau tidak terlihat seperti yang kubayangkan. Kau terlihat... lelah."

"Saya... saya sudah sibuk, Senator," kata Ethan, suaranya serak.

"Ya, kudengar begitu." Rostova menunjuk ke meja konferensi besar di tengah ruangan. "Silakan. Profesor Thorne, Dr. Frost, tolong jangan ikut campur. Saya ingin mendengar dari Peneliti Pradana."

Thorne dan Frost mundur ke dinding seperti murid sekolah yang dihukum, wajah mereka pucat karena marah dan malu.

Ethan berdiri sendirian di meja besar itu.

"Email Anda sangat berani," kata Rostova, duduk di seberang Ethan. "Kau mengklaim modelmu 99.9% efisien. Kau mengklaim memiliki bukti fisik. Padahal, Profesor Thorne baru kemarin melaporkan bahwa teorimu adalah kegagalan 37 detik."

"Laporan Profesor Thorne sudah kedaluwarsa," kata Ethan.

"Benarkah?" Rostova mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kalau begitu, Peneliti Pradana. Tunjukkan padaku."

Ini dia.

Ethan mengeluarkan data-pad hitamnya yang ilegal.

"Itu perangkat yang tidak sah!" seru Frost dari dinding. "Senator, itu tidak terdaftar di jaringan! Itu melanggar setiap protokol keamanan!"

Rostova mengangkat satu jari dengan malas, dan Frost langsung terdiam.

"Saya tidak peduli jika dia menuliskannya di dinding dengan krayon, Dr. Frost," kata Rostova dingin. "Saya hanya peduli jika itu benar. Lanjutkan, Nak."

Ethan menghubungkan data-pad itu ke proyektor holografik di meja. Dia menarik napas.

"Ini bukan simulasi," katanya. "Ini adalah rekaman data mentah dari tes fisik skala mikro. Dijalankan kemarin, pukul 12:05, di Reaktor Prototipe Lab 5."

Thorne tersentak. "Lab 5? Tapi itu ditutup! Kau tidak punya izin!"

"Saya punya bukti," kata Ethan, mengabaikannya. Dia menekan 'putar'.

Hologram menyala di tengah meja. Itu bukan grafik yang indah. Itu adalah data mentah—gelombang sinus yang bergetar hebat.

"Ini adalah umpan balik harmonik standar," jelas Ethan, suaranya semakin percaya diri. "Noise yang coba dihilangkan oleh Dr. Frost. Sekarang..."

Dia menekan tombol lain. "Ini adalah saat Osilator *Calicite-7* diaktifkan."

Gelombang sinus yang kacau itu bergetar... lalu berubah menjadi satu garis lurus yang sempurna.

"Stabilitas penahanan: 100%," kata Ethan. "Keluaran energi: 99.99%. Resonansi harmonik: nol."

Keheningan memenuhi ruangan.

Thorne menatap data itu dengan ngeri. Frost tampak seolah-olah dia baru saja melihat hantu.

"Luar biasa," bisik Rostova. Dia tidak melihat ke layar. Dia menatap Ethan. "Benar-benar luar biasa. Kau... kau menggunakan 'noise' itu. Kau tidak menghilangkannya. Kau... menyetelnya."

"Ya, Senator," kata Ethan. "Alam semesta tidak suka dibungkam. Alam semesta suka bernyanyi."

Rostova menatap data itu lama sekali. Akhirnya, dia mematikan hologram itu.

Dia berdiri dan berjalan ke jendela, menatap kota di bawah.

"Profesor Thorne," katanya, suaranya kini tanpa kehangatan sedikit pun.

"Ya, Senator?" jawab Thorne, suaranya lemah.

"Kau telah memimpin Zona-S selama dua belas tahun. Kau adalah administrator yang sangat baik. Tapi kau membiarkan ini,"—dia menunjuk ke meja tempat hologram itu tadi—"terjadi tepat di bawah hidungmu. Kau tidak melihatnya. Kau bahkan mencoba menyembunyikannya."

"Senator, saya tidak tahu..."

"Tentu saja kau tidak tahu!" Rostova berbalik, matanya berkilat. "Dan kau, Dr. Frost. Kau tidak hanya gagal melihatnya, kau secara aktif *menghalanginya*. Kau dibutakan oleh kesombongan dan ketaatanmu pada buku manual yang sudah usang."

"Tapi dia mencuri data!" protes Frost. "Dia melanggar protokol!"

"Dia mendapatkan hasil," balas Rostova tajam. "Sesuatu yang tidak bisa kau berikan padaku dalam dua tahun. Kau sibuk mencari peningkatan 0.5%, sementara dia menemukan 99%."

Rostova berjalan kembali ke mejanya. "Dr. Frost. Efektif segera, kau dipindahkan dari Proyek Dyson Sphere. Kau akan kembali ke riset murni di divisi Teori String. Jauh dari anggaran saya."

"Senator, tidak!"

"Selesai," kata Rostova. "Pergilah."

Frost, pucat pasi dan gemetar karena marah, menatap Ethan dengan kebencian murni sebelum berbalik dan berjalan keluar ruangan, kariernya hancur.

Kini hanya tersisa Thorne, yang berkeringat deras.

Rostova menatapnya. "Dan kau, Aris..."

"Kaelen, kumohon..."

"Jangan," katanya. "Kau mengecewakanku. Kau gagal mengelola aset terpenting kita." Dia berhenti, seolah berpikir. "Aku seharusnya memecatmu."

"Kaelen..."

"Tapi," lanjutnya, "aku adalah orang yang percaya pada penebusan. Kau adalah administrator yang baik. Mungkin kau hanya... salah tempat."

Dia tersenyum tipis. "Kau akan tetap di proyek ini. Tapi tidak lagi sebagai Direktur."

Thorne tampak bingung.

"Mulai hari ini," kata Rostova, "Peneliti Ethan Pradana adalah Direktur penuh dari Proyek Dyson Sphere, melapor langsung dan hanya kepadaku. Kau... akan mengurus logistik untuknya."

Mata Thorne melebar ngeri. Itu adalah penghinaan yang lebih buruk daripada dipecat.

"Kau akan menangani tambang," kata Rostova. "Pengiriman. Katering. Hal-hal 'membosankan' yang sangat kau kuasai. Kau akan memastikan Direktur Pradana mendapatkan semua yang dia butuhkan, kapan pun dia membutuhkannya. Mengerti?"

Thorne, terjebak dan dikalahkan, hanya bisa mengangguk. "Ya, Senator."

"Bagus. Sekarang, tinggalkan kami. Aku ingin berbicara dengan Direktur yang baru."

Thorne berjalan keluar ruangan, bahunya merosot, seorang pria yang hancur. Pintu tertutup, meninggalkan Ethan sendirian di ruangan besar itu bersama wanita paling berkuasa di Eropa.

Keheningan kini terasa berbeda. Bukan lagi tegang, tapi... antisipatif.

Senator Kaelen Rostova duduk kembali di kursinya, dan seluruh sikapnya berubah. Kekuatan yang dingin dan kejam tadi lenyap, digantikan oleh kehangatan yang nyaris seperti seorang ibu.

"Maafkan aku untuk itu, Ethan," katanya lembut, menuangkan dua cangkir teh dari teko porselen di mejanya. Dia menggeser satu ke arah Ethan. "Politik itu... kotor. Kau tidak seharusnya diganggu oleh hal-hal seperti itu."

Ethan, yang masih tertegun oleh pergeseran kekuasaan yang tiba-tiba, hanya menatap cangkir teh itu.

"Kau tahu," kata Rostova, menyesap tehnya. "Aku membaca transkrip pidato Nobel-mu. Yang kedua."

Ethan mendongak.

"Energi sebagai hak asasi manusia," katanya, mengutip kata-kata Ethan. "Bukan komoditas. Membebaskan saudara-saudara kita di Zona-D. Itu adalah kata-kata yang indah, Ethan. Kata-kata yang berbahaya."

Dia tersenyum. "Dan aku setuju dengan setiap katanya."

Ethan mengernyit. "Anda... setuju?"

"Tentu saja." Rostova berdiri dan memberi isyarat agar Ethan bergabung dengannya di dekat jendela kaca raksasa. Mereka berdiri berdampingan, menatap London.

"Lihat ke sana," katanya, menunjuk ke Zona-D yang berasap di kejauhan. "Di sanalah aku dibesarkan. Bukan panti asuhan sepertimu, tapi apartemen sempit di Praha yang lama. Aku tahu apa artinya kedinginan. Aku tahu apa artinya penjatahan."

Dia menatap Ethan, matanya kini dipenuhi empati yang tulus. "Kita sama, Nak. Kau dan aku. Kita adalah orang-orang yang berjuang keluar dari lumpur. Bedanya adalah senjatamu." Dia menunjuk ke kepala Ethan. "Dan senjataku adalah ini." Dia menunjuk ke gedung-gedung pemerintahan di bawah mereka.

Ini adalah hal terakhir yang diharapkan Ethan. Dia datang untuk berperang, tetapi dia disambut dengan pelukan.

"Orang-orang seperti Thorne dan Frost," lanjut Rostova, "mereka tidak mengerti kita. Mereka adalah penjaga gerbang. Mereka takut pada perubahan. Mereka takut pada... kita."

Dia meletakkan tangannya dengan lembut di bahu Ethan. "Dunia ini menolakmu, Ethan. Sejak kau lahir. Ia mencoba menghancurkanmu di panti asuhan. Ia mencoba menghinamu di labmu sendiri. Tapi kau tetap berjuang."

"Aku hanya... melakukan apa yang benar," gumam Ethan.

"Aku tahu." Senyum Rostova penuh kehangatan. "Dan itulah mengapa aku akan melindungimu. Mulai hari ini, kau tidak perlu lagi khawatir tentang Julian Frost, atau anggaran, atau birokrasi bodoh. Aku akan menjadi perisaimu."

Dia menatap mata Ethan dengan intens. "Aku akan menangani politik. Aku akan menangani para penjaga gerbang. Kau... kau cukup jadi jenius. Kau cukup bangun dunia baru itu untuk kita."

Ethan terdiam. Ini adalah semua yang dia inginkan. Kebebasan. Sumber daya. Perlindungan.

"Aku... Senator, aku tidak tahu harus berkata apa."

"Jangan berkata apa-apa," katanya. "Pergi. Kembali ke labmu—lab *pribadimu*, aku akan pastikan Frost dipindahkan hari ini. Bentuk timmu. Tulis cekmu. Lakukan sihirmu. Aku akan memberimu apa pun yang kau butuhkan. Termasuk Profesor Thorne yang sudah dijinakkan untuk mengurus semua hal membosankan."

Dia mengedipkan mata. "Aku ingin melihat prototipe skala penuh dalam satu tahun."

"Satu tahun?" kata Ethan, terkejut oleh skala waktu itu.

"Kau bisa melakukannya dalam enam bulan," balas Rostova, senyumnya penuh percaya diri. "Pergilah, Direktur Pradana."

Ethan berjalan keluar dari kantor itu, pikirannya berputar. Dia merasa pusing. Dia telah menang. Dia tidak hanya menang; dia telah memenangkan segalanya.

Dia kembali ke Zona-S. Perjalanannya di lift kini terasa berbeda. Dia tidak lagi merasa seperti tahanan.

Saat dia melangkah masuk ke "Peternakan", keheningan total menyelimuti ruangan. Berita itu pasti sudah menyebar lebih cepat daripada cahaya.

Para peneliti yang kemarin meliriknya dengan kasihan, kini menatapnya dengan kekaguman yang nyaris religius. Dia telah menghadapi dua raksasa dan keluar sebagai pemenang.

Dia berjalan lurus melewati "Akuarium"-nya. Dia tidak berhenti.

Dia berjalan ke kantor kaca di sudut. Kantor Profesor Thorne—tidak, kantor *Julian Frost*.

Dia berdiri di depan pintu kaca itu. Dia menatap ke dalam, ke meja yang lebih besar, pemandangan yang lebih baik.

Dia berjalan masuk. Dia berdiri di belakang meja besar itu, menatap ke luar, ke "Peternakan" yang kini menjadi wilayah kekuasaannya.

Dia duduk di kursi kulit yang nyaman.

Dia menyambungkan *earpiece*-nya yang baru—model aman yang diberikan Rostova padanya, yang terhubung langsung ke jaringan prioritas.

"Aurora?" katanya pelan.

Jeda sejenak, lalu suara A.I. itu terdengar, jernih dan jelas. "Saya di sini, Direktur Pradana."

Ethan tersenyum tipis. "Aku suka panggilan itu."

Dia bersandar di kursinya, menatap kota. Dia menang.

"Kau menang, Ethan," kata Aurora.

"Ya," kata Ethan. "Aku menang."

"Kalkulasi saya menunjukkan bahwa semua rintangan jangka pendek terhadap Proyek Lensa Fraktal telah dihilangkan," lanjut A.I. itu.

"Bagus sekali," kata Ethan.

Jeda sejenak.

"Namun," tambah Aurora, "kalkulasi probabilitas ancaman jangka panjang saya... baru saja diperbarui. Probabilitas ancaman fatal terhadap dirimu secara pribadi kini telah meningkat dari 12.7% menjadi 89.4%."

Senyum Ethan sedikit memudar.

"Senator Rostova adalah operator yang sangat efisien," kata Aurora. "Dia tidak menyingkirkan Profesor Thorne. Dia *mempertahankannya*. Dia seorang manipulator. Kau bukan lagi ilmuwan yang memberontak, Ethan. Kau kini adalah aset berharga miliknya."

Ethan menatap pantulannya di jendela kaca raksasa kantor barunya.

"Aku tahu," katanya pelan. "Aku bukan lagi pemberontak. Aku adalah pedang kesayangannya."

Dia mematikan komunikator, membiarkan keheningan kantor barunya yang besar dan mewah menyelimutinya.

1
Brock
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
PumpKinMan: udah up to 21 ya bro
total 1 replies
PumpKinMan
Halo semua, enjoy the story and beyond the imagination :)
Texhnolyze
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!