NovelToon NovelToon
Bukan Menantu Biasa

Bukan Menantu Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Saudara palsu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyuni Soehardi

Amira menikah dengan security sebuah pabrik di pinggiran kota kecil di Jawa Timur. Awalnya orang tua Amira kurang setuju karena perbedaan status sosial diantara keduanya tapi karena Amira sudah terlanjur bucin maka orang tuanya akhirnya merestui dengan syarat Amira harus menyembunyikan identitasnya sebagai anak pengusaha kaya dan Amira harus mandiri dan membangun bisnis sendiri dengan modal yang diberikan oleh orang tuanya.

Amira tidak menyangka kalau keluarga suaminya adalah orang-orang yang toxic tapi ia berusaha bertahan sambil memikirkan bisnis yang harus ia bangun supaya bisa membeli rumah sendiri dan keluar dari lingkungan yang toxic itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6

Usai makan siang Amira menyiapkan keperluan membuat kue ulang tahun. Telur, mentega dan gula di mixer hingga putih mengembang lalu tepung, baking powder dan soda kue dimasukkan lalu dimixer kembali. Adonan dibagi tiga loyang besar, sedang dan kecil. Lalu dipanggang. Kue ulang tahun itu dibuat tiga susun dengan hiasan mawar bernuansa pink ditengahnya ada tulisan selamat ulang tahun Dinar Nabila.

Amira tidak sempat beristirahat siang hari itu. Suaminya sudah keburu pulang dia bergegas menyiapkan kopi dan teh serta kue yang dia beli dipasar tadi pagi.

“Cantik sekali kue ulang tahun Dinar Nabila dek. Tidak kalah dengan kue buatan toko roti.”

“Setelah selesai mandi kita minum teh dulu mas. Ini aku lagi nyiapin kopi dan teh.”

Ibu baru bangun dari istirahat beliau juga kagum dengan kue ulang tahun cucunya.

“Kau pintar sekali Mir. Kalau beli di toko roti pasti harganya mahal sekali. Kenapa kau tidak menerima pesanan kue ulang tahun saja Mir?”

“Aah aku foto saja kue nya ntar ibu upload di story dan di grub arisan RT.”

Ibu bergegas mengambil ponselnya dan memotret kue itu dari beberapa sudut.

Tak lama mbak Erna datang tampaknya wanita bertubuh subur itu sudah melihat story ibunya.

“Jadi kue ulang tahun anakku sudah jadi ya. Hmm memang cantik kue nya. Terimakasih ya adik ipar. Kue nya bisa nitip disini gak. Ultahnya mau aku rayakan dirumah ibu saja rumahku kan tidak terlalu besar.”

“Iya tidak apa-apa kalau ultah cucuku mau dirayakan disini.”

“Mir apa bisa kau membuat hidangan untuk pesta ulang tahun?”

“Boleh asal ada dananya. Dan semua sesuai budget. Kalau mau enak ya kasi uang yang banyak.”

“Kau ini perhitungan sekali.”

“Loh ya jelas dong kalau kurang emang ibu yang mau nambahi?”

“Nggak ada. Kalau gak ada uang gak usah ngadain pesta ulang tahun segala. Merepotkan orang saja.”

“Iya…iya nanti aku kasi uang. Dasar pelit.”

“Bukannya situ yang pelit ya? Makan sekeluarga cuma numpang. Kue ulang tahun sudah gratis masih mau nawar?” tegur Amira.

“Kau itu memang ipar ga ada sopan santunnya. Ded didik dong istrimu itu masa sama kakak iparnya begitu?

“Harusnya suamimu yang mendidik istrinya untuk punya sikap sedikit tahu diri, sudah dibantu banyak cing cong. Sudahlah pesan makanan sama catering saja. Hadiah ulang tahun untuk anak kalian sudah diberikan istriku kan? Aku mau ajak istriku jalan-jalan nanti kalau kalian mengadakan pesta ulang tahunnya disini.”

“Catering kan mahal apa gunanya punya adik ipar bisa masak.”

“Tapi adik iparmu bukan babu gratisan. Dia harus dihargai tenaganya. Kue ulang tahun anakmu kalau bukan hadiah dari istriku kamu harus bayar sesuai harga pasar karena itu nanti bakal jadi bisnis istriku. Makanan pesta untuk anakmu itu pesanan bukan permintaan tolong memasakkan. Setuju atau tidak kamu harus bayar sesuai harga.”

“Sudahlah ma bayar saja sesuai permintaan adik iparmu. Kalau melihat hasil kue buatannya dia profesional ga kalah dengan roti yang beli di toko roti.”

Laki-laki kekar dan tinggi suami Erna tiba-tiba menyahut omongan adik ipar laki-laki nya sambil menyomot kue yang disediakan Amira untuk minum teh.

“Mas Adam mau kopi?” tanya Amira

“Boleh banget Mir.” jawab Adam

Amira bergegas ke belakang untuk membuat kopi istimewa resep rahasianya.

“Ini kopinya” Amira meletakkan kopi yang mengepulkan uap panas dan menyebarkan aroma sedap yang tidak biasa untuk Adam dan Deddy.

“Hmm….harum sekali kopinya Mir.” Adam menghirup aroma kopi itu sebelum menyeruputnya. Lalu matanya terbelalak sambil memandang Amira.

“Kopi apa yang kau sajikan ini Mir? Very strong tapi nikmatnya tidak kalah dengan kopi di cafe mahal?”

“Kopi istriku ini memang sangat istimewa mas. Gara-gara kopi buatannya bikin aku tidak pernah lagi ngopi di luar.”

“Serius ini kopi mahal lho. Black coffee yang seperti ini kemarin harganya 75rb.”

“Mas kok tahu? Mas diam-diam sering jajan diluar ya?” sahut Erna.

“Apa sih ma, wajar dong papa kan orang marketing kerjaannya sering diluar kadang melobi klien juga di cafe.”

“Apa kamu pernah kerja di cafe Mir?”

“Iya memang dulu aku pernah kerja di cafe mas sebelum aku menikah.”

“Hmm….cafe itu milikku sendiri mas. Tapi maaf hal ini adalah rahasia besar yang tidak boleh kalian ketahui.” Batin Amira.

“Mir apa tidak ada minuman untukku?”

“Tenang saja untuk kita perempuan ada teh yang sudah aku siapkan.” Jawab Amira sambil menuang teko teh itu ke cangkir-cangkir yang sudah disiapkan di meja.

“Ini teh untuk ibu, ini untukmu mbak.”

Tanpa mengucapkan terimakasih wanita bertubuh subur itu langsung meminumnya.

“Teh ini rasanya juga beda. Teh apa ini Mir?”

“Itu namanya chamomil tea. Bahannya dari bunga chamomil dan bisa memberikan efek mengantuk.”

“Wah itu teh mahal lho.” Ujar Adam

“Mas Adam kayaknya paham minuman cafe.” Sahut Amira.

“Iya Mir aku sering minum teh chamomil juga itu salah satu teh favoritku.”

“Mbak Mira kalau teh yang kemarin apa namanya? Kalau aku lebih suka teh yang kemarin.” Tanya Ani.

“Oh itu black tea dengan ditaburi daun mint kering.” jawab Mira.

“Mir bagaimana kalau kau menerima pesanan kue? Lumayan untuk membantu ekonomi suamimu.”

“Ide bagus bu bisa juga pesanan kue untuk arisan dan pengajian.”

“Ibu masih punya beberapa loyang muffin, dan loyang kue bolu hati kamu bisa memakainya.”

“Ibu juga bisa masak kue?” Tanya Amira.

“Dulu ibu sering menerima pesanan juga tapi lebih sering kue tradisional.”

“Kue tradisional nya apa saja Bu?” Amira mulai kepo dengan kue buatan ibu mertuanya.

“Kue apem, nagasari biasanya menjelang Ramadhan banyak yang pesan. Pastel, kue lapis, bolu kukus, kue dadar gulung.”

“Ibu bisa membuat kue putu?”

“Gampang itu tapi tidak punya cetakannya. Itu kan jajanan jalanan.”

“Iya tapi saya ingin mengangkat kue putu menjadi kue tart yang cantik untuk ulang tahun selama ini kan tart hanya dari bolu saja.”

“Sepertinya ibu dan Amira ada kecocokan. Sama-sama tertarik di bidang kuliner. Ma mumpung ada chef yang mumpuni kenapa mama ga belajar memasak dari adik ipar terutama resep kopinya. Papa mau tiap pagi mama buatkan kopi yang seperti ini.”

“Benar kata suamimu Er, jangan cuma bisa menghabiskan uang suami saja tapi melayani suami nilainya masih minus, ntar suamimu melirik orang lain baru nangis darah.”

“Ibuuu….kok gitu sih sama anak sendiri?”

“Lah yang ibu katakan kan memang ada benarnya. Dari dulu kamu tidak pernah mandiri selalu mengandalkan ibu untuk makan kalian. Dulu masih mau kasi uang tapi sejak ada Amira tidak mau urunan uang makan.”

“Kamu itu bikin malu saja ma, masa jabatanku manager tapi makan numpang mertua gimana sih kamu.”

“Biaya les Dinar itu mahal pa, belum cicilan motor Ani kan kita yang bayar.”

“Ya ampun hanya gara-gara cicilan motor kamu sudah gak pernah ngasi ibu uang lagi?”

“Sudah Bu mulai bulan depan saya sendiri yang kasi ibu uang untuk makan keluarga saya. Harusnya kamu itu belajar masak sama ibu. Kerjaannya sosialita saja rumah ga diurus.”

Perempuan bertubuh subur itu mengerucutkan bibirnya tapi tidak membalas kata-kata suaminya.

“Aku pergi dulu mau jemput Dinar les. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam. Serentak mereka membalas salam Erna.”

Erna mengendarai scooter matic nya dan melaju membelah jalanan di kota kecil itu.

Dari kejauhan dia melihat anak semata wayangnya sudah menunggu. Anak itu bergegas menghampiri ibunya yang melambatkan scooter nya dan akhirnya berhenti. Dia naik diboncengan belakang lalu ibunya segera melaju menuju jalan raya utama. Anak kecil itu sudah hapal tujuan ibunya yaitu ke sebuah rumah yang dihuni oleh uncle geoff seorang bule setengah tua yang berwajah tampan.

Motor ibunya memasuki halaman yang tidak berpagar dan Dinar disambut oleh anak laki-laki sebayanya.

“Dinar apa kau sudah makan? Ibu masak ayam goreng tepung dan sop sayuran.”

“Sana makan sama Budi nak, ibu ada perlu dengan uncle.”

Budi menggandeng tangan Dinar dan mengajaknya masuk. Seorang wanita muda meladeni Dinar dan Budi. Di meja makan di dapur yang cukup besar.

Wanita itu adalah pengurus rumah tangga di kediaman uncle geoff dia seorang janda dengan satu anak dan tinggal di rumah bos nya.

“Hai sweety akhirnya kau datang. Sambut Geoff dia langsung melumat bibir Erna yang membalasnya dengan lumatan yang awalnya lembut kemudian menjadi lumatan panas dan berakhir di peraduan besar milik lelaki bule itu.”

Keduanya berbaring berdampingan dengan selimut yang menutupi tubuh mereka.

Lelaki asing itu adalah konsultan asing yang bekerja pada pabrik lokal di kota kecil itu. Hubungan mereka sudah berjalan beberapa bulan.

Awalnya pulang lembur Erna berteduh di bawah halte bis tapi saat itu sudah terlalu larut sehingga bis tidak ada yang lewat. Erna memberanikan diri menyetop kendaraan yang lewat minta tumpangan kearah kota.

Mobil Geoff yang saat itu melintas berhenti karena lambaikan tangan Erna.

“Maaf bolehkah saya menumpang ke arah kota? Saya kemalaman dan sudah tidak ada bis yang lewat.”

Laki-laki yang didalam mobil membuka pintu dan Erna cepat-cepat masuk. Dia kaget ternyata orang yang ditumpangi nya adalah warga negara asing.

“Maaf mister saya tidak tahu kalau mobil ini milik anda.”

“No problem. Saya senang bisa membantu.”

Begitulah mereka bertukar no ponsel dan karena komunikasi yang intens mereka mulai lunch bersama, dinner dan berakhir di ranjang.

“Sayang aku tidak ingin kau pergi. Kenapa tidak kau tinggalkan saja pria mu dan hidup dengan saya.”

“Maaf mister aku tidak berani melakukan itu. Aku pun ingin selalu dekat denganmu tapi aku harus pulang.”

“Baiklah aku tidak memaksa. Aku senang pelayanan mu tapi aku lebih senang kalau selalu bersamamu.”

Erna kemudian membersihkan dirinya dan keluar kamar itu lalu mengajak anaknya pulang.

“Ingat ya kalau ditanya jawabnya main kerumah Budi dulu.”

Sesampainya dirumah suaminya sudah menunggunya.

“Dari mana saja kalian jam segini kok baru pulang?’

“Biasa dari rumah Budi. Erna berjalan melewati suaminya dan membersihkan dirinya.”

Suaminya sudah hapal dengan tabiatnya hanya bisa menyugar rambutnya.

“Dinar sini nak ibu bantu bersih-bersih dan ganti baju. Selesai menyiapkan buku untuk besok ibu temani tidur ya.”

“Iya bu.” Dinar menurut saja dengan perkataan ibunya.

“Dek Dinar sudah besar masa harus ditemani tidur setiap hari? Kamu selalu ketiduran dikamar Dinar dan membiarkan aku tidur sendiri.”

“Ibu Dinar berani kok tidur sendiri. Kasihan ayah tiap hari minta ditemani tidur.”

“Hmm….ya sudah Dinar cium ibu dulu sebelum tidur nak.”

“Selamat tidur sayang. Jangan lupa siapkan buku buat besok ya.”

Erna dengan langkah pelan mengikuti suaminya ke kamar.

Suaminya menutup pintu dan mulai memeluk istrinya.

“Aku kangen dek. Lusa aku akan keluar kota boleh ya hari ini mas minta jatah?”

Erna hanya mengangguk. Dia berusaha melayani suaminya sebaik mungkin. Membiarkannya menikmati seluruh tubuhnya. Membantunya agar cepat bisa ereksi dengan lumatan mautnya dibatang yang masih lembek itu supaya bisa berdiri tegak tapi tetap saja begitu berhasil memasuki dirinya belum ada dua menit sudah selesai dan terkulai ditepi ranjang.

Erna membiarkan suaminya tertidur dalam keadaan telanjang begitu pula dengan dirinya. Biasanya laki-laki itu menjelang pagi suka bermain-main dengan dadanya dan menyusu sampai pagi.

Erna berhenti bekerja sejak berhubungan dengan pria bule setengah baya itu. Dia membeli vespa matic terbaru yang sudah lama dia inginkan. Pria bule sugar daddy nya itulah yang membelikannya cash. Tapi Erna bilang ke suaminya kalau uang membeli vespa itu dari pesangon dan tabungannya dari bekerja.

Diam-diam Erna memiliki tabungan yang hanya dia sendiri yang mengetahuinya. Untuk hidup sehari-hari dia menggunakan uang suaminya dan berhemat seperti biasa. Dia juga mendapatkan kepuasan permainan ranjang dengan sugar daddy nya.

Pagi itu Adam pergi ke rumah ibu mertuanya dan memberikan uang kepada Amira.

“Amira ini uang urunan makan keluarga ku tolong diterima ya. Boleh saya minta kopi? Saya ketagihan sama kopimu.”

“Boleh mas sebentar saya buatkan. Kalau mau sarapan dulu silahkan mas semua sudah matang. Mana mbak Erna?”

“Dia masih membantu Dinar bersiap-siap berangkat ke sekolah. Itu mereka datang.”

“Mbak Erna mau kopi apa teh? Kalau teh itu sudah tersedia di teko. Kalau mau sarapan semua sudah matang.”

“Untukku teh saja Mir. Dinar mau sarapan sama apa nak?” Tanya Erna sambil mengambil piring untuk anaknya.

“Dinar mau sama telur dadar saja Bu pakai kecap.”

“Papa mau sarapan sama apa?”

“Sama sayur lodeh, tempe dan ayam goreng saja ma.”

Keluarga Erna sarapan tanpa menunggu yang lain.

1
Nadira ST
thor smoga keluarga mertua Amira baik terus ya jangan sampai berubah jahat
Diah Susanti
kalau yang aq baca sampai sini sih, yang toxic cuma kakak iparnya saja. ibu dan ani juga baik, semoga gk dibikin berubah sama othor😁😁😁
Sri Wahyuni
😍
Sri Wahyuni
Amira benar kakak ipar harus dilawan KLO ngelunjak
Sri Wahyuni
Amira pinter bgt
Sri Wahyuni
Bagus ceritanya n tidak belibet
Ceritanya bagus kak, reletabel sama kehidupan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!