Di dunia modern, Chen Lian Hua adalah seorang medikus lapangan militer yang terkenal cepat, tegas, dan jarang sekali gagal menyelamatkan nyawa. Saat menjalankan misi kemanusiaan di daerah konflik bersenjata, ia terjebak di tengah baku tembak ketika berusaha menyelamatkan anak-anak dari reruntuhan. Meski tertembak dan kehilangan banyak darah, dia tetap melindungi pasiennya sampai detik terakhir. Saat nyawanya meredup, ia hanya berharap satu hal
"Seandainya aku punya waktu lebih banyak… aku akan menyelamatkan lebih banyak orang."
Ketika membuka mata, ia sudah berada di tubuh seorang putri bangsawan di kekaisaran kuno, seorang perempuan yang baru saja menjadi pusat skandal besar. Tunangannya berselingkuh dengan tunangan orang lain, dan demi menjaga kehormatan keluarga bangsawan serta meredam gosip yang memalukan kekaisaran, ia dipaksa menikah dengan Raja yang diasingkan, putra kaisar yang selama ini dipandang rendah oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 : Daun Coca pereda sakit
Lian Hua memeluk anak itu cukup lama, menunggu hingga getaran kecil di tubuhnya perlahan mereda. Begitu napas bocah itu mulai teratur, ia melonggarkan pelukan dan mengusap sisa air mata di pipinya.
“Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis?” tanyanya pelan.
Anak itu belum sempat menjawab, tapi raut wajahnya memberi lebih banyak penjelasan daripada kata-kata. Lian Hua tertegun melihat benjolan besar di salah satu kelopak mata bocah itu, bengkak yang jelas membuatnya sulit membuka mata.
Ia meraih tangan mungil itu. “Matamu… kenapa bisa begini?”
“Aku tidak tahu…” jawabnya lirih. Lian Hua menghela napas pelan.
“Di mana orang tuamu?” tanyanya lagi.
“Ibu sedang bekerja… aku sendirian di sini. Mataku sakit sekali.”
Lian Hua mengangguk, lalu menuntunnya untuk menjelaskan rasa sakit itu. Anak itu terdiam sebentar, kemudian berkata, “Panas… seperti ditusuk di dalamnya.” Tangan kecilnya hampir menyentuh benjolan itu, namun Lian Hua cepat menahan.
“Jangan. Tanganmu kotor. Nanti malah tambah parah,” ujarnya tegas namun lembut.
Tatapannya beralih ke sekitar. Di tepi semak, ia melihat tanaman yang dikenalnya—daun coca. Tanpa ragu ia memetik beberapa helai besar, lalu mengambil sebongkah batu untuk menggerusnya. Gerakannya pelan tapi mantap, sementara bocah itu memperhatikan dengan dahi berkerut.
“Kakak sedang apa?” tanyanya penasaran.
“Aku akan membantumu,” jawab Lian Hua singkat.
Setelah daun itu lumat, ia menatap anak itu. “Boleh aku obati sedikit lukanya?”
Anak itu tampak ragu, menatapnya seolah menimbang-nimbang. Lian Hua mengangkat daun yang telah ia gerus. “Tidak akan sakit. Hanya membantu meredakan nyerinya.”
Masih dengan tatapan bimbang, bocah itu akhirnya mengangguk. Lian Hua tersenyum tipis. “Akan terasa sedikit perih… kalau sakit, gigit lenganku saja.”
Ia menarik anak itu kembali ke pelukannya. Sebelum mulai, ia bertanya lembut, “Siapa namamu?”
“Kong Wei Jie,” jawabnya.
Lian Hua mengusap rambutnya. “Wei Jie anak yang kuat.”
Dengan hati-hati, ia mengoleskan ramuan daun coca itu ke benjolan di kelopak mata. Tubuh kecil Wei Jie menegang seketika, tapi Lian Hua memeluknya erat, jarinya tetap bekerja perlahan, mencoba memberi kenyamanan di tengah rasa perih itu.
Lian Hua menatap wajah pucat Wei Jie yang berusaha menahan rasa sakit. Dengan lembut, ia meraih kepala anak itu, lalu mengecup puncaknya. Suaranya tenang namun penuh keyakinan.
"Semuanya akan baik-baik saja… tahan sedikit lagi, ya."
Wei Jie hanya mengangguk, rahangnya mengeras saat ia menggigit lengan Lian Hua, menyalurkan rasa sakitnya ke sana. Lian Hua tak bergeming, membiarkannya hingga gigitan itu perlahan melemah.
Ketika rasa perihnya mulai mereda, Lian Hua melepaskan lengan dari gigi Wei Jie dan langsung memeluknya erat. Ia menunduk, berbisik di telinga anak itu.
"Sudah selesai… sekarang semuanya sudah selesai. Daun itu akan membantu meredakan sakitmu, jadi jangan bersihkan dari lukamu, mengerti?"
Wei Jie kembali mengangguk, matanya menatap Lian Hua dengan rasa penasaran. Suaranya lirih namun penuh keingintahuan.
"Bagaimana… kau bisa melakukannya?"
Lian Hua hendak membuka mulut untuk menjawab, tetapi tiba-tiba tubuh Wei Jie terhempas ke belakang, ditarik paksa dari pelukannya.
Lian Hua tertegun, pandangannya langsung menangkap sosok seorang wanita yang kini memeluk Wei Jie erat-erat, wajahnya diliputi kecemasan. Tatapan wanita itu kemudian beralih ke Lian Hua, tajam, penuh tuduhan.
"Apa yang kau lakukan pada Wei Jie?!" bentaknya lantang, nadanya bagaikan cambuk yang menghujam telinga. "Kau menyakitinya, wanita sialan?!"
semakin penasaran.....kenapa Lin Hua....
ga kebayang tuh gimana raut muka nya
orang orang istana.....
di atas kepala mereka pasti banyak tanda tanya berterbangan kesana kemari....
wkwkwkwk....😂