Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Api Surgawi dan Pertemuan di Gua
Zhong Li melangkahkan kakinya keluar dari Kota Naga Langit, memulai perjalanan baru menuju Kota Pedang Langit. Di depannya terbentang pemandangan yang menakjubkan. Pegunungan menjulang tinggi, diselimuti pepohonan hijau yang lebat. Sungai-sungai jernih mengalir, memantulkan cahaya mentari. Di langit, beberapa pulau batu raksasa mengambang, terhubung oleh jembatan-jembatan awan, sementara di antara mereka, ikan-ikan spiritual berukuran besar berenang dengan anggun, memancarkan cahaya perak. Pemandangan ini benar-benar indah, jauh lebih menakjubkan dari apa yang pernah ia lihat.
Saat malam tiba, Zhong Li mencari sebuah gua di lereng gunung untuk beristirahat. Setelah menemukan yang cocok, ia duduk bersila di tengah gua dan mulai bermeditasi. Ia mencoba menyerap energi spiritual dari alam sekitarnya. Yang aneh, ia tidak bisa menyimpan energi itu di dalam tubuhnya seperti yang dijelaskan oleh Guru Yuan. Begitu energi masuk, ia langsung menggunakannya untuk memperkuat tubuhnya, seolah tubuhnya adalah wadah tanpa dasar yang terus menyerap dan membakar energi tanpa henti. Proses ini sangat berbeda dari kultivator lain yang membentuk inti spiritual untuk menyimpan energi.
Dengan rasa penasaran, Zhong Li mencoba mengeluarkan Api Surgawi miliknya. Ia mengangkat telapak tangannya, dan perlahan, sebuah nyala api kecil muncul di atasnya. Api itu berwarna emas terang, dibalut tipis oleh api putih yang berdenyut lembut. Api ini begitu indah, namun memancarkan kekuatan yang luar biasa, seolah mampu membakar seluruh langit. Zhong Li menatapnya, merasakan kehangatan yang familiar namun asing. Itu adalah bagian dari dirinya yang telah lama hilang.
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar dari luar. Seorang kultivator wanita yang terluka parah masuk ke dalam gua. Pakaiannya compang-camping, dan luka sayatan terlihat jelas di lengan dan kakinya. Wajahnya yang cantik pucat pasi, dan napasnya terengah-engah. Ia tidak menyadari keberadaan Zhong Li, matanya hanya terfokus pada kegelapan di dalam gua, mencoba bersembunyi.
"Siapa kau?!" teriaknya saat matanya menangkap Zhong Li. Ia segera mengacungkan pedang tumpulnya, siap untuk menyerang.
Zhong Li dengan tenang memadamkan api di tangannya. "Aku hanya seorang pengembara yang sedang beristirahat. Kau terluka."
Wanita itu perlahan menurunkan pedangnya, menyadari bahwa Zhong Li tidak memiliki niat jahat. "Maaf, aku tidak bermaksud kasar. Aku... sedang dikejar."
Zhong Li melihat luka-lukanya. "Oleh siapa?"
"Sekte Pembunuh Bayangan," jawabnya, suaranya dipenuhi kebencian. "Mereka menyerangku dan mencuri sebuah gulungan kuno milik sekteku."
Zhong Li tidak bereaksi, namun ia menoleh ke arah luar, merasakan aura dingin yang datang dari kejauhan. "Mereka akan segera tiba."
"Aku tahu," jawab wanita itu, lalu jatuh terduduk karena kelelahan. "Aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melawan."
Zhong Li melihatnya, lalu mengulurkan tangannya. "Duduklah. Aku akan memulihkan energimu."
Wanita itu terkejut. "Tapi... kau bukan tabib."
"Aku tidak butuh menjadi tabib," jawab Zhong Li. Ia meletakkan tangannya di punggung wanita itu, dan sebuah aliran energi spiritual yang lembut mengalir dari tangannya, memasuki tubuh wanita itu. Wanita itu merasakan sensasi hangat yang luar biasa, luka-lukanya perlahan menutup, dan energi spiritualnya yang terkuras mulai pulih dengan cepat. Ia menatap Zhong Li dengan mata terbelalak, tidak percaya dengan apa yang ia rasakan.
Setelah beberapa saat, Zhong Li menarik tangannya. "Sudah cukup. Kau punya cukup energi untuk melawan, setidaknya untuk kabur."
Wanita itu berdiri, membungkuk hormat. "Terima kasih, Tuan. Namaku Liu Xing. Aku adalah murid dari Sekte Pedang Langit."
Zhong Li hanya mengangguk. "Mereka sudah datang."
Di luar gua, bayangan-bayangan hitam mulai muncul, bergerak dengan senyap. Mereka adalah para pembunuh dari Sekte Pembunuh Bayangan, mata mereka menyala dalam kegelapan, siap untuk mencabut nyawa.
Liu Xing, dengan pedang di tangan, melesat keluar dari gua. Aura spiritualnya yang baru pulih bersinar terang, menerangi kegelapan. Di hadapannya, belasan pembunuh dari Sekte Pembunuh Bayangan berdiri dalam formasi, wajah mereka tertutup topeng hitam.
"Kalian berani membunuh teman-temanku, kalian akan menerima konsekuensinya!" teriak Liu Xing, suaranya dipenuhi amarah dan kesedihan. "Sekte Pedang Langit tidak akan membiarkan ini begitu saja!"
Pertarungan dimulai. Liu Xing melancarkan serangan pedang yang cepat dan mematikan. Setiap ayunan pedangnya menciptakan kilatan cahaya yang membelah kegelapan. Ia adalah murid yang berbakat dari Sekte Pedang Langit, dan teknik pedangnya sangat luar biasa. Namun, Sekte Pembunuh Bayangan juga bukanlah sekte biasa. Mereka bergerak seperti bayangan, serangan mereka sulit ditebak, dan jumlah mereka jauh lebih banyak.
Satu lawan satu, Liu Xing mungkin bisa menang. Namun, dengan belasan pembunuh yang mengincarnya, ia mulai kewalahan. Salah satu pembunuh berhasil menyusup ke belakangnya, sementara yang lain menyerang dari depan. Liu Xing berusaha menangkis setiap serangan, tetapi pedang musuh yang licik berhasil melukai lengannya lagi.
Darah mulai menetes dari lukanya. "Sialan!" umpatnya.
Pertarungan semakin intens. Liu Xing terdesak, luka-lukanya bertambah. Ia berusaha sekuat tenaga, tetapi kelelahan mulai mengambil alih. Para pembunuh menyeringai di balik topeng mereka, melihat mangsa mereka yang kelelahan.
Tiba-tiba, pemimpin kelompok pembunuh mengangkat tangannya. Aura gelap yang pekat berkumpul di telapak tangannya, membentuk sebuah bola energi hitam yang menakutkan.
"Matilah!" seru pemimpin itu, dan meluncurkan jurus pamungkasnya, Tangan Bayangan Kematian, langsung ke arah Liu Xing.
Liu Xing tahu ia tidak bisa menghindar. Ia menutup matanya, siap menerima takdirnya. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.
DUAAR!
Sebuah ledakan dahsyat terdengar. Tangan Bayangan Kematian yang mematikan itu pecah berkeping-keping. Zhong Li kini berdiri di hadapan Liu Xing, telapak tangannya masih mengepulkan asap. Ia tidak menggunakan teknik kultivasi, hanya kekuatan fisik murni. Dengan satu pukulan, ia menghancurkan jurus pamungkas itu.
Para pembunuh terkejut, begitu juga Liu Xing. Mereka tidak menyangka ada orang yang bisa menghancurkan Tangan Bayangan Kematian begitu saja.
Zhong Li menatap pemimpin pembunuh itu dengan pandangan dingin. "Pergilah. Kalian tidak akan bisa membunuhnya."
Pemimpin pembunuh itu merasakan aura dingin yang memancar dari Zhong Li. Ia tahu, pria di hadapannya ini bukanlah lawan yang bisa ia hadapi. Dengan marah, ia mengisyaratkan anak buahnya untuk mundur. Mereka menghilang secepat mereka datang, seperti bayangan yang ditelan kegelapan malam.
Liu Xing menatap Zhong Li dengan penuh rasa takjub. "Kau... kau menyelamatkanku lagi," katanya.
"Kau berutang penjelasan," jawab Zhong Li.
Liu Xing mengangguk, lalu menceritakan semuanya. "Aku sedang dalam misi ke sebuah reruntuhan kuno bersama teman-temanku," katanya. "Kami menemukan sebuah gulungan kuno yang berisi teknik langkah spiritual yang sangat langka, Teknik Langkah Bayangan Senyap. Saat kami hendak kembali, para pembunuh dari Sekte Pembunuh Bayangan ini menyerang kami. Mereka membunuh semua temanku dan mencoba mengambil gulungan itu. Untungnya, aku berhasil melarikan diri."
Zhong Li mengangguk. Gulungan itu pasti sangat berharga jika Sekte Pembunuh Bayangan sampai mengejarnya dengan kekuatan penuh.