NovelToon NovelToon
Lorenzo Irsyadul

Lorenzo Irsyadul

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri
Popularitas:393
Nilai: 5
Nama Author: A Giraldin

Seorang pria bernama Lorenzo Irsyadul, umur 25 tahun hidup seorang diri setelah ibunya hilang tanpa jejak dan dianggap tiada. Tak mempunyai ayah, tak mempunyai adik laki-laki, tak mempunyai adik perempuan, tak mempunyai kakak perempuan, tak mempunyai kakak laki-laki, tak mempunyai kerabat, dan hanya mempunyai sosok ibu pekerja keras yang melupakan segalanya dan hanya fokus merawat dirinya saja.

Apa yang terjadi kepadanya setelah ibunya hilang dan dianggap tiada?

Apa yang terjadi kepada kehidupannya yang sendiri tanpa sosok ibu yang selalu bersamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A Giraldin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6: Past

Aku saat itu sedang duduk santai di kursi kamarku. Ibuku masuk ke dalam kamar dan ... sebuah pisau tiba-tiba ia keluarkan dari kantong plastiknya. Pisau itu hampir menusuk jantungku dan untungnya tidak menusuk jantungku, karena aku menghindar dengan hal buruk terjadi.

Ibuku mengeluarkan darah dari mulutnya. Seketika, ibu tergeletak dan hilang begitu saja. Tiba-tiba, enam orang brengsek itu datang dan mereka semua tertawa terbahak-bahak.

“Hahahaha, wanita tua itu mati.”

“Kau parah sekali. Tapi kau hebat juga bisa bersetubuh dengannya.”

“Lumayanlah. Apalagi, kita semua menontonnya, ia menikmatinya, dan juga ...” tatapannya mengarah tepat ke arah aku duduk dan ia melanjutkan pembicaraannya. “Anak itu masih hidup, sepertinya ... wanita tua itu juga mati.”

Aku yang mendengar itu semua marah dan langsung berlari ke arah luar pintu. Saat mau membukanya, aku tidak bisa sama sekali membukanya. Orang itu atau bisa kubilang pria brengsek itu langsung tertawa terbahak-bahak dan langsung mengatakan hal-hal aneh.

“Bocah sialan, ingin membalaskan kematian ibumu padaku!”

“Keluar kau sialan!!!”

“Hahaha, tunggu saja selama tiga hari. Kau akan bisa keluar atau lebih tepatnya ... tubuhmu yang membawamu ke tempatku. Hahaha.”

“Apa yang__”

Tiba-tiba sebuah asap muncul dan hilang begitu saja. Entah apa yang terjadi selanjutnya, jika aku tidak salah ... semuanya kacau. Aku kesana dan kemari sampai membuat barang-barang seperti kaca, dan lain sebagainya hancur.

Rumahku berantakan sekali dan saat waktunya tiba, tubuhku tiba-tiba bisa digerakkan dan semua yang terjadi aku salahkan pada enam orang brengsek itu. Apa yang terjadi selanjutnya? Saat aku masuk, aku ... mati. Entah bagaimana caraku mati, hanya segini saja yang kuingat.”

Liliana menundukkan kepalanya dan langsung bertanya kepadanya. “Aku tidak tahu harus bicara apa, tapi ... kenapa ibumu mau menusuk jantungmu?”

Pertanyaannya membuatnya menundukkan kepala serta berpikir sebentar. “Aku tidak tahu.” Hasil dari pemikirannya adalah tanpa jawaban. “Menurutku ... enam orang brengsek itu mencuci otak ibuku dan membuat ibuku mau membunuhku. Hal itu yang membuatku ... ingin membunuh mereka semua.” Tatapannya menjadi sangat menakutkan disaat keduanya dalam waktu bersamaan saling tatap menatap.

Liliana yang melihat tatapannya langsung ketakutan dan Lorenzo langsung kembali seperti semula. Saat ini, keduanya sama-sama berwajah datar dengan keseriusan di wajah mereka berdua. Obrolan dibuka kembali oleh Lorenzo. “Liliana, bisa ceritakan lebih lanjut tentang Widlie Martin padaku!” mohonnya kepadanya.

“Oke. Mungkin ... saat ia kerja ... oh iya benar juga, besok Widlie ada shift. Kau kerja terakhir besok dan ... fokus saja dengan kami D.A.E.”

Saran yang diberikannya ia terima. “Baiklah kalau begitu. Oh iya, itu berarti Widlie dan Liliana itu hanya teman dan Widlie tidak gabung dengan D.A.E. melainkan mencari pekerjaan lain kah!”

“Ya. Sampai detik ini, Widlie kerja di Starbuck yang 1 km lagi dari sini. Bisa dibilang tempat ini adalah saingan tempatnya bekerja.”

Lorenzo memandangnya dengan tatapan menjengkelkan baginya. “Bisa berhenti menatapku seperti itu!” mohonnya kepadanya.

“Aaa ... oke.” Ia berhenti menatapnya jengkel. “Kalau begitu, seperti apa cerita dari Widlie yang lain? Mungkin aku bisa mendapatkan petunjuk tentang “Back To First”.”

Liliana menundukkan kepalanya sebentar dan langsung menghela napas serta pandangannya lurus ke depan. “Kalau begitu, mari mulai saja. Setelah ia keluar dari pemerintahan...

Wajahnya terlihat lesu, ketakutan, gemetaran, gigi gemertak, dan itu semua terlihat sangat mengerikan bagiku sebagai sahabatnya. Waktu itu, kehidupannya masih normal. Saat ia mulai kerja baru pun masih normal dan senjata pemerintahan tidak mengusiknya sama sekali.

Ia kerja di starbucknya tanpa ada gangguan sama sekali. Wajahnya juga terlihat baik-baik saja mulai ke sini. Terlihat lebih banyak kehidupan di dalam matanya. Aku yang melihatnya hanya bisa berekpresi seperti ini saja.

Aku tidak tahu harus menceritakan apalagi tentangnya, namun kalau ingin berbicara tentang sifat yang paling menonjol dari dirinya, mungkin aku bisa menyebutkan sifat polos, penurut, dan pekerja keras.

Sosok pria sejati menurutku adalah dirinya. Yahh ... masih banyak yang kurang dan serasa banyak sekali yang belum ia capai yang membuatku bisa lebih mengetahui tentangnya.

Widlie juga saat bekerja, ia tidak pernah mengeluh dan selalu melakukan semuanya dengan benar. Sosok seperti itu juga ... bisa berpikir dengan benar. Sifat penurutnya juga ternyata bisa membangkang. Ia yang tidak tahu dunia bunuh-membunuh dan hanya seperti boneka pemerintahan, merasa sangat bersalah kepada orang-orang yang sudah dibunuhnya.

Walaupun bukan ia yang melakukannya, walaupun Widlie tidak pernah membunuh manusia baik itu pria dan wanita, tetap saja, Widlie termasuk pembunuh. Kebahagiaan di wajahnya dengan mendengar kata “Tenang saja, semuanya sudah berada di penjara dan kau bekerja dengan baik” yang keluar dari mulut sang pemimpin pemerintahan, membuatnya semakin bekerja keras.

Benar juga ... kisah terakhir dari kehidupannya sebagai detektif rahasia adalah ... rahasia terbesar. Sampai sekarang hanya satu petunjuk saja dan walaupun ingatan Widlie masih ada, Lorenzo tidak akan bisa mengetahuinya. Entah apa yang terjadi, singkatnya ... hilang.”

“Hilang!? Berarti ... sekeras apapun aku mengingatnya, tidak akan bisa ya. Memangnya, rahasia terbesar pemerintahan itu apa? Aaaa ... benar juga, kau tidak tahu ya. Mungkin pertanyaannya ... kenapa bisa hilang?”

Pertanyaan itu langsung dijawab olehnya. “Mungkin ... entahlah. Aku sendiri tidak tahu dan semakin dipikirkan...” ia langsung sangat ketakutan dan merangkul perutnya dengan kedua tangannya. “Aku tidak mau mengingatnya lagi.” Ekspresinya kembali normal. “Hari ini, kau mau tinggal di mana?” tanyanya kepadanya.

“Tentu saja di rumahnya.”

Mendengar jawaban bodohnya itu, ia menatap Lorenzo dengan wajah penuh kekecewaan. “Kau bodoh kah!”

“Apanya yang bodoh? Aku tidak bersalah bukan?”

Pembelaannya langsung dibantah oleh Liliana. “Bukan itu yang menjadi poin utamanya, melainkan ... rumah itu mungkin tidak bisa dikunjungi untuk sementara waktu. Tentunya, rumah itu harus dibersihkan oleh pihak sana kan!”

“Benar juga. Kalau begitu, mampir kesana sebentar tidak apa bukan?”

“Ya, boleh saja.”

“Kalau begitu, ayo kesana, Liliana!” ajaknya kepadanya.

Ia menghela napas sebentar dan langsung mengangkat kembali kepalanya. “Aku mengerti. Ayo.”

Ajakannya diterima dan mereka berdua menuju ke rumah Scarlett dan nyonya Carina berada. Saat sampai di sana, wajah mereka berdua langsung terlihat sangat ketakutan, karena tidak percaya akan apa yang dilihat oleh mata mereka.

Tiga polisi dan dua keluarga Widlie, semuanya menjadi tengkorak. Tengkorak itu tidak memperlihatkan perubahan akan lenyap atau apa, namun terlihat ... akan tetap seperti itu. tulang belulang, tanpa darah, bagian tubuh lainnya, hanya tulang belulang saja, tidak mungkin tidak terlihat menakutkan.

Liliana muntah air liur dan Lorenzo muntah darah. Keduanya saling melihat satu sama lain dan langsung melihat lagi ke depan. “Me-mengerikan sekali.”

“Kau benar, Lorenzo. Sekarang, apa yang harus kita lakukan?” tanyanya kepadanya.

“Memegang mayat, aku akan ikutan menjadi mayat. Sepertinya ... kita tutup saja rumah ini. Jangan biarkan ada yang masuk ke sini!”

“Ngomong gampang, tapi ... apa yang bisa kau lakukan? Menurutku, meninggalkan semuanya dan memulai yang baru lebih baik lho! Balas dendam ... menurutku lebih baik. Bagaimana? Hal yang sudah terjadi, tidak bisa diulang kembali lho!”

Saran-sarannya membuatnya berpikir keras dan teringat apa yang dikatakan ibunya kepadanya. Dirinya yang masih balita dan ibunya yang masih muda mengatakan sesuatu sambil mengelus-elus rambut tipisnya. “Lorenzo akan menjadi pria baik. Apapun yang terjadi, melangkahlah ke depan dan ... lakukan sampai akhir.”

Kata-katanya membuatnya tersenyum kecil, mengusap wajahnya dari atas ke bawah menggunakan tangan kanannya dan langsung bertanya kepadanya. “Ada hotel terdekat di sini kah?”

“Ada. Kau mau tinggal di hotel kah!”

“Ya.” Ia masuk ke dalam rumah dan pergi ke lantai kedua yang mungkin adalah kamar tidur.

Liliana hanya diam saja dan menunggu Lorenzo kembali ke hadapannya. Saat Lorenzo kembali ke hadapannya, Liliana langsung bertanya kepadanya. “Kau habis darimana?”

“10.000 dollar tidak akan ku sia-siakan.”

Menghela napas kecil dan langsung berjalan menuju pintu depan kiri mobil. “Ayo naik mobil ini!” ajaknya kepadanya.

Lorenzo tersenyum kecil, kunci mobil, dan kunci rumah yang ia temukan di kamar juga tergeletak di tulang-belulang Scarlett, ia gunakan untuk mengunci pintu rumah serta untuk mengendarai mobilnya.

Saat berada di dalam mobil, mereka berdua mengobrol sebentar satu sama lain. “Kalau begitu, arahkan aku harus ke mana sekarang ya, Liliana!”

“Ya. Sekarang, saatnya pergi ke hotel.”

Bersambung...

1
Siti H
tadi matanya dicongkel, kenapa masih bisa terbuka, Thor?

Tulisanmu bagus, Loh... semoga sukses ya...
ayo, Beb @Vebi Gusriyeni @Latifa Andriani
Kaginobi: siap 😁
Siti H: aamiin..
tetap semangat...
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!