KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKHIRNYA DIANTAR PULANG
……….
Setelah bel istirahat berbunyi, gak biasanya Farel mau mengajak circle nya otu untuk ke kantin. Malah biasanya dia yang selalu dipaksa ke kantin. Pria ini sangat malas dengan namanya harus bertemu dengan orang-orang.
“Kantin yuk” Ajak Farel kepada Refan Agung.
“Lo lapar?” tanya Agung pada Farel. Agung sedikit heran, karena nggak biasanya seorang Farel mau ngajak mereka makan ke kantin.
“Hm” Ujar Farel santai dan singkat. Agung pun merasa bahwa ini waktu yang tepat untuk memberi bekal dari Hanifa.
“Ini dari Nifa buat lo katanya” Ujar agung dan kmemberi bekal dari Hanifaj.
“Apaan sih dia ngasih kayak ginian biar gue diketawain orang orang orang?” Kesal Farel pada Agung. Kelihatannya dia sangat kesal.
Farel pun membawa makanannya dan menaruhnya ke tong sampah, namun dicegat oleh Sarah.
“Lo kelewatan banget sih sama sahabat gue, lo itu keterlaluan” Entah sejak kapan Sarah ada di kelas farel. Farel pun pergi dan memberi bekal makanan itu pada Sarah. Farel pergi mengarah ke kantin dan membeli siomay yang biasa di pesannya.
“Hai Farel” sapa Nifa dengan alaynya. Yups sepertinya suasana hati gadis ini sudah kembali membaik lagi.
“Hai” sapa Refan kepada Hanifa, karena sapaan Hanifa tidak dibalas Farel.
“Lo gak mesan bakso?” tanya Agung pada Nifa. Untuk mengubah kecanggungan suasana karena Farel nggak mengurbis Hanifa sedikit pun.
“Nggak ah sayang uangnya, mendingan ditabung” ujar Hanifa tersenyum.
“Gue yang bayarin deh” Ujar Agung memberi tawaran.
“Maksih, tapi gue masih kenyang” Ujar Hanifa yang berbohong. Yah gadis ini emang alay tapi bukan untuk matre, dia lebih memilih gak usah makan dibandingkan harus dibayarin sama orang lain.
“Yaudah, oh iya makasih buat jus lo tadi, sumpah segar banget” Ujar Agung memberi pujian kepada Hanifa
“Jus?” tanya Refan bingung
“Yah tadi dia ngasih jus sama gue” Jawab Agung kepada Refan.
“Oh iya rotinya enak gak Rel” hanifa lagi-lagi mengajak Farel berbicara. Namungak ada balasan dari Farel, begitu juga kedua orang lagi hanya diam.
“Dibuang lagi yah?” ucap Nifa menebak dan sedikit kecewa
“Yah, padahalkan gue dah buatnya khusus untuk lo Rel” ujar hanifa dengan nada sedihnya. Nifa pun pergi mencari bekal tersebut. Andai Farel tahu kalau hanifa rela gak makan demi hari ini dia bisa ngasih sesuatu ke Farel.
“Hargai dikit kek Rel” Ujar refan menasehati kakanya itu.
“Bodo” ucap Farel cuek.
“Dihati gue cuman ada Silvi” ucap Farel lagi-lagi menyambungkan kalimatnya.
“Terserah sih rel, tapi kalau dilihat Nifa juga cantik kok” Ujar refan yang mulai sedikit tertarik.
“Natural lagi” sambung Agung yang memang sudah hampir dua tahun ini memendam rasanyua. .
“Kalian semua bisa diam gak sih?” Ujar Farel kesal menatap kedua manusia yang terlalu berisik menurutnya. Kini semuanya diam.
………
“Kok di tong sampah nggak ada lagi sih?” Tanya Hanifa melihat tong sampah kelas Farel. Hanifa mencari dimana-mana emang gak ada bekalnya.
“Lo ngapain sih?” tanya Juan yang ternyata teman sekelas Farel dengan kebingungan.
“Nyari bekal?” Ujar Hanifa menatap JUan
“Oh yang lo kasih ke Farel?” Tanya Juan lagi-lagi memastikan hal tersebut.
“Iya” Jawab Hanifa dengan lembut dan sopan.
“Ini, sama gue, tadi dia nitipon, makanan lo enak banget katanya” Ujar Juan berbohong. Padahalmah yang makan Juan sendiri disuruh Sarah.
“Dia makan masakan gue?” Tanya Hanifa tidak percaya
“Hmm” Jawab Juan singkat sembari memberi tempat makannya.
“Akhirnya,,,,, gue bilang juga apa? Pasti dia juga akan suka ke gue” ucap Nifa dengan percaya diri.
………
“Farel, farel, farel tunggu” Nifa pun berlari untuk mengejar Farel hingga akhirnya dia bisa menghalangi langkah Farel. Kali ini mereka sudah pulang sekolah. Hanifa hanya ingin menatap Farel sebentar sebelum dia masuk ke neraka.
“Lo apa apaan sih?” Tanya Farel dengan malas melihat gadis itu.
“Tunggu dulu napa, gue dah capek dari tadi ngejar ngejar lo aja” Ujar hanifa dengan suara yang alay dan lebaynya itu.
“Bodo amat itu bukan urusan gue” lagi lagi Farel berjalan hingga membuat Nifa kesulitan menyamakan langkahnya.
“Farel, Farel, Fareeelll” teriaknya semakin kencang, membuat kesabaran Farel semakin tipis setipis tisu.
“Brengsek lo itu mau buat gue malu atau gimana sih hah?” Farel pun menarik tangannya dan menghempaskannya.
“Lo bisa gak satu hari aja gak buat gue gila” Ujar farel menahan emosinya. Rasanya ingin sekali Farel menampar wanita di depannya.
“Tapi gue yang selalu gila lo buat, gila mikirin lo aja” Ujar hanifa dengan lebay, membuat orang melihatnya semakin ingin menampar bibirnya yang terlalu berisik dan lebay itu.
“Kenapa lo harus hidup sih?” Ujar farel kesal menatap Hanifa dengan kesal.
“Kenapa coba?” Tanya Hanifa malah seperti sedang main teka-teki.
“Karena kita itu jodoh” FUjar Hanifa menjawab pertanyaannya sendiri. Farel pun memegang kedua pipinya dengan satu tangannya hingga bibirnya menonjol, dan Farel mendekatkan bibir miliknya ke bibir milik Nifa, tinggal sedikit lagi bersentuhan, Nifa langsung menangis.
“Belum lagi gue apa apain lo dah nangis” Ujar Farel kesal ke gadis itu. Nifa langsung memegang pipi sebelah kirinya. Farel menatapnya, tangisnya bukan ketakutan melainkan kesakitan. Farel melihat pipinya yang merah sebelah kiri, seperti bekas tamparan.
“Pipi lo kenapa?” Tanya Farel bingung. Dia merasa itu bukan ulahnya. Dia pastikan kali ini bukan ulahnya.
“Gak papa kok, gue pergi duluan yah” Ujar Hanifah untuk menghindari pertanyan-pertanyaan yang nantinya semakin detail.
“Gue anterin lo” Ujar Farel pada Hanifa. Rasanya senang, namun Hanifa sedikit malas mengiyakan.
“Emangnya lo mau nganterint gue?” tanya Hanifa bingung.
“Untuk kali ini saja” Ujar Farel menjawab
“Ayo" karena Hanifa sangat menantikan hal ini, maka Hanifa mengurungkan niatnya untuk melarang Farel menganternya. Dengan semangat dia mengucapkan ayo kepada pria itu.
………
“Makasih yah, dah mau anterin gue” Ujar Hanifa senang sesampai dirumah Hanifa.
“Hm” Jawab Farel cuek. Rasa takut menggemuruh di hati Nifa. Dimana dia harus menghadapi kedua iblis yang ada dirumahnya.
“Jam berapa lo pulang” baru didepan rumah, gadis itu langsung dimarahi bahkan disiram.
“Kenapa aku disiram?” tanya Hanifa. Hanifa bersyukur ini terjadi saat Farel sudah jauh dari rumahnya. Pasti dia akan lebih malu kalau Farel melihatnya.
“Kamu masih bertanya?” Ujar Silvia dengan suaranya yang besar
“Plak” tamparan lagi lagi mendarat ke pipi Nifa sebelah kiri.
Diseberang sana Farel menyaksikan semuanya. Farel memberhentikan motornya dan melihatnya dari kaca spionnya.