NovelToon NovelToon
Sukses Setelah Disepelekan

Sukses Setelah Disepelekan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Berbaikan / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: FAMALIN

Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Syifaaa, jangan pura-pura deh! disuruh ngepel lantai malah sok pingsan?!" ujar Rita tak menghiraukan kondisi Syifa sebenarnya.

"Ibu, ada apa sih? Kok marah-marah terus sama Kak Syifa?" tanya Fani keluar dari kamarnya karena terganggu oleh suara sang ibu.

"Tuh liatin kakak iparmu itu, dia pura-pura sok pingsan, cepet ambilkan air segayung buat nyiram tubuhnya!"

"Bentar, Bu. Tapi sepertinya Kak Syifa pingsan beneran deh, karena mukanya terlihat pucat, Bu."

"Nggak mungkin! tadi aja dia sehat walafiat, masa tiba-tiba pingsan?"

Mendengar kata pingsan, Harun segera menghampiri "Siapa yang pingsan, Bu?" Tanyanya sambil jalan menuju ke tempat istrinya berada.

"Tuh menantu kesayangan Bapak, pura-pura pingsan dia."

"Syifaaaaaaa ... Kamu kenapa, Nak?" Tanya Harun reflek langsung menolong menantunya itu yang tergeletak lemah tak bergerak di atas lantai.

"Fani, cepet buatkan teh hangat untuk Syifa! Bapak akan telpon Fahri supaya cepat pulang, dan ibu tolong balurkan minyak angin di tangan dan di kaki Syifa!"

"Ah Bapak, kenapa aku yang harus bikin teh sih, biar ibu saja! Aku mau gotong Kak Syifa ke sofa dulu, biat tubuhnya nggak semakin dingin!"

"Ogah deh! Syifa aja cuma pura-pura, ngapain kalian panik sih?"

Harun tidak memperdulikan ucapan Rita, ia fokus menelpon Fahri dan berpesan untuk segera memanggil bidan desa yang dekat dari rumahnya.

"Bu, mana teh hangatnya?" pinta Harun.

"Nggak mau! dia kan cuma menantu bukan anak kandung kenapa kita harus ngerawatnya jika memang dia sakit beneran?!"

"Bu, kewajiban menolong orang itu kepada siapapun bukan hanya kepada anak saja! Kalau ibu tidak mau membuatkan teh hangat untuk Syifa, biarkan bapak sendiri yang membuatnya!"

"Silakan saja, sana!"

"Huhhh, Bapak kecewa sama ibu!"

Setelah teh hangatnya jadi, Harun dengan telaten memberikan sesendok demi sesendok teh hangat itu masuk kedalam mulut Syifa.

"Uhuk, uhuk ..." Syifa pun lekas tersadar. ia pelan-pelan membuka matanya "Bapak ..." Ucapnya saat yang dipandang pertama kali adalah Harun.

"Syifa, tadi kamu pingsan. Sebentar lagi Fahri akan segera pulang."

"Kepalaku pusing banget, Pak. Nggak tahu kenapa tiba-tiba saja langsung kliyengan," lirihnya dengan suara yang parau.

"Tadi bapak sudah berpesan pada Fahri, biar sekalian memanggil Bidan kesini."

"Heum, terima kasih, Pak."

Tidak menunggu lama Fahri pun datang bersama Bidan desa yang rumahnya tidak terlalu jauh.

Sebelum di periksa oleh sang Bidan, Fahri menggendong Syifa terlebih dahulu masuk ke dalam kamarnya.

"Sakit apa istriku, Bu bidan?"

"Istri Pak Fahri tidak lah sakit, ia hanya butuh istirahat yang cukup dan banyak makan makanan yang bergizi karena badannya sekarang tidak sendiri,"

"Tidak sendiri? Maksud Bu Bidan?"

"Istri Pak Fahri berbadan dua alias hamil. Selamat ya, sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua." sampaikan bidan itu dengan senyum yang mengisyaratkan kebahagiaan.

"Apa? istriku hamil Bu Bidan? Alhamdulillah, Masya Allah tabarakallah ..." Ucap syukur Fahri atas karunia Allah yang sudah menganugerahkan seorang anak.

Di balik dinding luar kamar Rita menguping pembicaraan sang Bidan itu.

"Syifa hamil? Baru juga dibicarain dikira mandul, eh ternyata malah langsung jadi, pasti Fahri tambah sayang sama Syifa, huffftt ..." gerutunya tidak senang.

'Kak Syifa ternyata hamil, tidak boleh! aku nggak mau kak Syifa mendahuluiku karena yang menikah duluan kan aku,' batin Fani juga benci dengan kabar yang barusan ia dengar.

"Alhamdulillah Ya Allah, sebentar lagi aku akan menjadi kakek," ungkap Harun satu-satunya keluarga yang ikut bahagia dengan kabar kehamilan Syifa.

"Pak Fahri berhubung ibu Syifa tidak sakit, ini saya kasih beberapa vitamin untuk mengurangi gejala mual dan pusingnya, serta saya sarankan banyak-banyak minum susu asam folat untuk mendukung pertumbuhan calon buah hati kalian,"

"Iya Bu Bidan, Terima kasih banyak."

"Sama-sama Pak Fahri, kalau gitu saya permisi dulu, Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalam, Bu Bidan."

Setelah Bidan itu pergi, tidak menunggu lama Rita langsung memasuki kamar menantunya "Syifa, walaupun kamu sekarang sedang hamil tetap harus mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti biasanya! Tidak boleh banyak drama ataupun menjadikan kondisi kehamilanmu itu menjadi alasan untuk bermalas-malasan!"

"Ibu, apa-apaan sih? Kondisi Syifa kan lagi mual pusing gini malah di suruh kerja terus? Dek Fani aja gantian yang ngerjain! dia kan juga nganggur dirumah ini, Bu?" jawab Fahri tak terima istrinya diperlakukan tidak adil oleh ibunya sendiri.

"Ah nggak mau! Itu kan sudah jadi tugas Kak Syifa, bukan aku!" sahut Fani tegas menolak.

"Kalau kamu nggak mau, mending sekarang pulang ke rumah suamimu! Apalagi kamu sudah lama tinggal disini itu nggak baik! seorang istri tidak boleh menelantarkan suaminya lebih dari 3 hari!"

"Perduli apa? Ini rumah kan juga milikku nanti, kalau Bapak dan Ibu tiada, aku berhak mendapatkan bagian warisan dari rumah ini,"

"Astaghfirullahaladzim, hati kamu itu terbuat dari apa sih, Dek? Bapak dan ibu kan masih sehat sudah ngomongin tentang warisan, itu keterlaluan!"

"Udah lah, Mas. Nggak usah ribut-ribut! kepalaku tambah pusing ini, kalau hanya tentang pekerjaan rumah nanti jika kepalaku sudah membaik nanti aku yang kerjain juga nggak apa-apa," ujar Syifa sambil memegangi kepalanya.

"Iya, Sayang. Sekarang kamu istirahatlah dulu!"

"Heum."

Harun memasuki kamarnya. Ia melihat ada cairan teh manis yang tumpah di lantai sehingga semut-semut berkerumun di lantai itu.

"Apakah ibu tadi menumpahkan teh?"

"Ya. Karena Syifa lagi manja jadi nggak ada yang ngepel lantainya,"

"Yang numpahin kan ibu, masa Syifa yang harus ngepel? rasa tanggung jawab ibu atas perbuatannya ibu sendiri, mana??"

"ibu nggak suka ngepel!"

"Terus lantai ini?"

"Bapak saja yang ngepel, kan Bapak juga penghuni kamar ini!"

"Nggak mau! Mulai sekarang ibu harus belajar tanggung jawab!"

"Kalau Bapak nggak mau, ya udah biarin saja lantai ini disemutin dan menjamur selamanya!"

"Ibu nggak risih?"

"Nggak. Biarin saja!"

"Hiiiiiiiiihhhhhh ... Ibu kok berubah jadi malas gini sih? Semenjak semua pekerjaan diselesaikan oleh Syifa, ibu jadi ekstra malas, bapak kecewa sama ibu!"

"Bodo! sekarang ibu ngantuk mau tidur!"

Harun melihat Rita sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, 27 tahun sudah mereka menikah tapi seolah kesabaran Harun selalu di uji oleh sikap kurang baik istrinya itu.

~~

Awal kehamilan Syifa di trimester pertama, ia sering muntah sehingga membuat tubuhnya lemas seolah tak bertenaga.

"Syifa, itu cucian baju sudah numpuk, cucian piring numpuk dan lantai semua kotor berdebu, kapan kamu bangun dari ranjang itu untuk mengerjakan semuanya, haaaa?"

"Maaf, Bu. Saya makan saja susah, tubuh ini serasa tak bertenaga, jadi nggak bisa mengerjakan tugas-tugas itu,"

"Halah sok manja kamu, dengar ya, Syifa! Ibu dulu juga merasakan hamil tapi nggak seperti kamu ini, jadi manja dan nggak doyan makan, Dasar malas! Huhh ..." Cibirnya sambil melempar baju-bajunya yang kotor ke muka Syifa.

"..."

1
Tình nhạt phai
Sudah nunggu dari kemarin-kemarin, ayo dong thor.
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!