"Kak please jangan kayak gini" cicitnya saat deril memeluk Almira dari belakang dan mengendus ceruk lehernya menghadap jendela kelas yang tembus ke lapangan sekolah.
"Why? padahal lo nikmatin posisi ini kan?" ucap Deril sambil menyunggingkan bibirnya.
"Aku mohon kak ja- hmmmptt" ucapannya terpotong dan tesumpal oleh benda kenyal milik Deril.
Deril melumat bibir Almira dengan rakus dan menuntut, yang membuat si empu terbelalak kaget tak bisa bergerak.
-----
Yahhhh, bagaimana ceritanya ketika seorang Almira yang pindah sekolah tujuan ingin mencari ketenangan tetapi malah menemukan kemalangan dengan bertemu dan mengenal seorang Deril sendiri.
Mau tau kelanjutannya? yukkk baca novel Obsession Deril ini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Siti padilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Ucapan Terimakasih
Kini Almira sudah di periksa oleh dokter dan mendapatkan penanganan langsung karena atas perintah Deril sendiri. Kenapa bisa seenaknya saja? Karena rumah sakit ini juga milik keluarganya, jadi seluruh staf disini tidak bisa menolak atas perintah yang diberikannya.
Tak lama kemudian dokter sudah keluar dari ruang rawat Almira.
"Gimana?" tanya Deril singkat.
"Dia hanya merasa shok aja, mungkin karena dirinya memiliki trauma yang menyangkut hal itu. Emangnya tadi dia sedang apa sehingga dia pingsan?" tanya dokter untuk memastikan apa yang harus dia sarankan kedepannya.
"Dia tadi kena bully, mungkin itu yang membuat dia trauma" memang nyatanya Almira di temukan tengah kena bully oleh teman-temannya.
"Baik dari informasi yang kamu berikan sudah pasti hal yang membuat dia trauma adalah pembullyan tersebut, kalo bisa jangan sampai dia dibully kembali karena hal ini akan terus terjadi kalo mental dianya tidak siap, dan kuat". Dokter memberikan saran pada deril untuk menjaga supaya tidak kena bully lagi.
"Oke saya ngerti"
"Kalo begitu, jika tuan muda ingin menjaganya boleh, tapi dia belum siuman. Jika, sudah siuman jangan lupa berikan dia makan dan obatnya ya. Kalo gitu saya pergi dulu."
Deril mengangguk dan masuk ke ruang rawat setelah sang dokter pergi dari hadapannya.
Deril langsung menduduki tempat duduk yang berada tepat di samping ranjang Almira.
"Apa ini alasan lo pindah ke sekolah gue? Kalo emang iya gue janji gak bakal ada seorangpun bisa nyentuh lo kecuali gue" ucapnya sambil menggenggam tangan Almira.
Di arena basket kini Arlan sedang mencari Almira di tempat penonton, tapi dirinya tidak melihat Almira. Kemudian dia pergi ke tempat penonton untuk menanyakan dimana Almira berada.
"Lo liat Almira gak?" tanya Arlan pada salah satu siswi yang ada di sana.
"Oh tadi sih gue gak liat Almira disini, tapi tadi gue liat dia jalan ke arah toilet" jawab siswi tersebut.
"Oh okey makasih ya" dirinya langsung pergi mencari Almira tanpa mengganti pakaiannya dulu.
Kini pertandingan sudah selesai dan dimenangkan Oleh sekolah Deanandra High School, meskipun sang kapten tak ikut serta dalam pertandingan tersebut. Hal itu sudah biasa sehingga sekolah Bina Bangsa juga tidak mempermasalahkan hal tersebut, mereka sudah terbiasa jika harus melawan Deanandra High School.
Saat Arlan berada di toilet wanita dia tidak menemukan Almira meskipun dia sudah menunggu lama. Kemudian dia terus menyusuri daerah tersebut dan menanyakan ke setiap orang yang ia temui.
Hingga saat Arlan bertanya untuk yang terakhir kalinya dia mendapatkan jawaban dimana Almira berada.
"Gue tadi liat dia dibully, gue gak bisa bantu karena yang buli juga Bebi. Terus ada yang nolongin Almira dia kapten basket DHS, dan Almira pingsan jadi Almira dibawa sama kapten basket ke rumah sakit." Orang tersebut menyampaikan sesuai yang ia lihat tadi.
"Okey makasih, tapi lo tau gak dia dibawa ke rumah sakit mana?" karena Arlan juga harus tau akan hal itu.
"Emmhhh kalo itu gue gak tau sih" memang nyatanya Deril tidak memberi tahu dia akan membawa Almira ke rumah mana.
"Okey kalo gitu, sekali lagi makasih yah" kemudian dia mencoba untuk menghubungi Almira siapa tau dia sudah sadar tapi tidak mendapatkan jawaban.
"Gimana gue harus ngasih tau tante Rere, bisa-bisa gue di omelin. Tapi daripada tante Rere sama om Budi khawatir mending gue ke rumah mereka aja" setelahnya dia meninggalkan tempat tersebut menuju rumah Almira untuk memberi tahu kedua orang tua Almira.
Di kediaman Nugraha kini suasana terasa tegang, karena sang putri Nugraha belum juga pulang, padahal waktu sudah menunjukan pukul 22.45 WIB.
"Yah gimana ini? Kok Almira belum pulang ya?" rasa cemas dan khawatir terus menggelayuti hati Rere saat ini. Bahkan dirinya merasa bersalah karena mengijinkan Almira pergi.
"Bunda sih, mentang-mentang ayah gak ada bunda main izinin aja dia pergi jadi gini kan" Budi juga merasa kesal pada istrinya karena sudah mengizinkan Almira pergi apalagi dirinya sedang tidak ada, dan yang membuat semakin cemas Budi adalah kala Almira pergi bersama pria sehingga pikiran negatif terus menggelayuti Budi.
"Iya bunda tahu bunda salah, tapi tolong tenangin bunda dong bukan malah bikin bunda makin cemas"
"Iya maaf."
Setelah beberapa waktu mereka berdebat terdengar suara bel rumah berbunyi. Kedua pasutri tersebut saling pandang memancarkan rasa gembira.
"Almira yah" setelahnya dia segera membuka pintu. Tapi kekecewaan mereka rasakan saat mereka tidak menemukan sang putri melainkan laki-laki yang pergi bersama sang putri sendirian.
"Loh kok kamu cuman sendiri Almira mana?" rasa cemas semakin membuncah dari hati Rere.
"Maaf tante om, Almira tadi sempet hilang dari pandangan Arlan. Ternyata Almira dibawa ke rumah sakit sama temannya tapi Arlan gak tau dia dibawa ke rumah sakit mana" jujur sebenarnya Arlan takut kalau dirinya berbicara seperti itu.
Bugh
Tiba-tiba suara pukulan terdengar, Rere menutup mulutnya kaget, karena sang suami memukul Arlan sangat keras.
"Dasar anak tidak bertanggung jawab. Harusnya kamu kalo bawa anak orang tuh jaga yang bener bukan malah main tinggalin aja. Sekarang bilang siapa yang udah bawa anak saya!" emosi menyelimuti diri Budi karena putri satu-satunya berada dirumah sakit tapi tidak jelas kejadiannya.
"Yah udah yah" Rere mencoba menetralkan emosi dari sang suami.
"Maaf om sebelumnya atas kelalaian saya, tapi sesuai informasi yang saya dapat Almira di bawa oleh Deril kapten basket dari Deanandra High School." jawabnya takut-takut.
" Deril, Ketua basket, Deanandra High School? Maksud kamu Deril Evanandra Bhaskara?" tanya Budi sedikit bergumam.
"Iya om dia, Deril Evanandra Bhaskara" sebenarnya dia merasa aneh kenapa Budi bisa tahu Deril.
"Oke, ayah tau dimana Almira sekarang. Ayo bun kita pergi, dan kamu.. " jari tangan Budi menunjuk ke arah wajah Arlan. "Jangan pernah deketin anak saya lagi, ngerti!" setelah nya dia pergi meninggalkan rumahnya.
Sedangkan di rumah sakit kini Deril tertidur sambil menggenggam tangan Almira. Dan Almira kini sudah mulai siuman.
"Emhhh... ahh... Aku dimana?" matanya melihat ke sekeliling hingga dirinya melihat seseorang yang sedang tertidur dengan menggenggam tangannya.
"Hah, siapa dia?" dirinya mulai mengingat-ngingat siapa yang telah menolongnya. Kemudian dia ingat siapa, dan langsung matanya membulat karena kaget siapa orang didepannya ini.
"Kak Deril? Ini kak Deril?" gumamnya saat mengingat itu.
Kemudian Almira mencoba membangunkan Deril dengan mengusap lembut kepala tersebut.
"Kak bangun kak" hingga sang empu pun mulai terusik dengan usapan serta panggilan yang lembut tersebut. Kemudian Deril menegakkan tubuhnya.
"Lo udah sadar?" tanya nya.
"Iya kak, makasih ya udah tolongin aku" dia bersyukur ditolong dan di bantu oleh Deril dari kekejaman Bebi.
"Hemmm sama-sama tapi ucapan terimakasih aja gak cukup" jiwa mencari kesempatan dalam kesempitan Deril muncul.
"Terus Gue harus gimana kak? Uang rumah sakitnya Gue ganti 2 kali lipat deh." Kemudian dia mendapatkan jitakan di kepalanya.
"Awss sakit kak" ringis Almira.
"Emang gue keliatan orang miskin yang gak punya duit?" tanyanya.
"Enggak sih, tapi gue harus gimana biar Lo bisa nerima ucapan terimakasih gue"
"Lo merem tar gue kasih tau" seringai licik muncul di bibir Deril, tapi hal itu tidak membuat sang empu curiga malah dia nurut untuk menutup matanya.
"Cium gue" bisik Deril di samping telinga Almira, yang membuat Almira melotot kaget.