Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.
Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.
Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?
ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?
Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 : Pesta Tuan Abe
"Membawa wanita itu? Kamu yakin dia tidak akan berulah?," Nyonya Christina mengernyitkan keningnya.
"Kalau dia berulah, buat dia berbulan-bulan tidak bisa bertemu Aiden," ujar Lukas, "Aku hanya ingin Carmen melihat aku seolah-olah sudah punya pendamping agar dia berhenti menganggu ku sebagaimana yang ibu inginkan,"
Nyonya Christina berpikir sejenak.
"Baiklah. Kamu boleh bawa dia. Tapi pastikan pengawalan ketat untuknya dan ancam dia supaya tidak melakukan hal yang membahayakan lagi,"
Lukas mengangguk.
**
Ivy duduk di dekat jendela. Pandangannya kosong ke arah halaman. Dia sangat merindukan Aiden.
Tok tok.
Itu pasti Sofia, kenapa dia belum ke kampus sudah jam begini, pikir Ivy.
Ivy menuju pintu dan sangat terkejut ternyata yang datang adalah Lukas.
Sejenak Lukas kehilangan kata-kata.
"Ada apa?," Ivy melihat Lukas kesulitan berkata-kata.
"Kamu ikut ke pesta ulang tahun anak dari kolega kami," ujar Lukas
"Ke pesta? Tapi aku tidak punya baju pesta,"
Lukas menyerahkan sebuah kotak besar.
"Isinya gaun. Pakailah itu. Nanti ada juga tukang make up ibu yang akan membantu berdandan,"
"Tapi...,"
"Satu hal lagi. Jangan memanfaatkan kesempatan ini untuk bertingkah seperti lalu-lalu. Jika itu kamu lakukan maka aku pastikan kamu akan menahan rindu mu pada Aiden sampai tahun depan," kalimat terakhir diberi penekanan oleh Lukas. Dan bagi Ivy itu sudah cukup untuk mengunci keinginannya untuk kabur.
Ivy membuka kotak besar berlogo brand ternama itu. Di dalamnya ada gaun berwarna hitam seksi dengan aksen blink. Gaunnya simple tapi terlihat elegant dan pasti memperlihatkan lekuk tubuh Ivy. Di dalamnya juga ada tas pesta kecil dan sepatu heels warna senada.
Ivy memandangi itu semua tanpa semangat. Jadi malam ini dia punya tugas untuk menemani Lukas ke pesta. Sebagai apa? Yah sebagai apa lagi kalau bukan sebagai kakak iparnya tentunya. Tapi agak rancu bagi Ivy. Ingin bertanya tapi sudah pasti percuma. Lukas tidak akan menjelaskan panjang lebar.
Jam 3 sore, seorang wanita berpenampilan rapi memasuki kamar Ivy sambil membawa koper besar berisi peralatan make up.
Setelah basa basi sejenak dengan Ivy, dia pun mulai mendandani Ivy.
**
"Tuan, sepertinya Anda gelisah? Dari tadi Anda mondar mandir," ujar Damon
"Benarkah? Aku sedang tidak gelisah," Lukas mengelak
"Tapi sudah lebih dari sepuluh menit yang Tuan lakukan mondar mandir saja,"
"Yah aku akan duduk kalau mondar mandir ku mengganggu matamu," Lukas langsung duduk di kursi kerjanya.
"Bukan begitu Tuan, maksud saya...,"
"Damon, apa kamu pernah merasa deg-degan saat ingin berjalan dengan seorang wanita?," Lukas menyela
"Deg-degan? Tidak selalu Tuan. Saya merasa deg-degan kalau dekat dengan wanita yang Saya sukai saja. Kalau tidak saya sukai, saya akan biasa saja. Apa Tuan sedang jatuh cinta?,"
"O, tentu tidak. Sejak kapan aku punya waktu memikirkan cinta. Kematian Rafael membuatku tidak ada waktu untuk diri sendiri selain mengurus bisnis keluarga Vergara,"
"Atau Tuan merasa deg-degan karena sebentar akan bertemu dengan nona Carmen?,"
"Sepertinya tidak. Rasa deg-degan bertemu dengannya sudah lama hilang,"
**
Lukas memandangi dirinya di cermin. Dia sampai harus memesan tuxedo baru pada penjahit langganan keluarganya. Dia membetulkan dasinya. Lukas mengenakan jam tangan rolex nya. Sembari memakai jam, matanya melihat cincin pemberian Carmen. Seketika itu juga cincin itu dilepasnya. Dia meletakan cincin itu di atas mejanya.
Lukas berjalan keluar kamar. Dia sempat melewati depan kamar Ivy tapi enggan mengetuk pintu. Dia memilih menunggu Ivy di bawah saja.
"Wah, kakakku sangat ganteng," Sofia baru saja pulang kampus dan langsung berseru begitu melihat Lukas.
"Katanya kuliah malam,"
"Tidak jadi. Dosennya kena diare," Sofia menjawab sambil cengengesan.
"Kamu memang sengaja tidak mau ikut ya,"
"Iyalah. Lagian juga anaknya Tuan Abe seumuran kakak pasti pestanya membosankan. Ibu juga kan tidak datang hanya mengirim beberapa hadiah. Jadi untuk apa aku datang,"
"Dasar kamu,"
Perias yang mendandani Ivy sudah selesai dan turun dari tangga sambil membawa kopernya.
"Loh, kak Garnis yang make up kak Ivy?," seru Sofia
"Hai Sof,"sapa si perias.
"Sudah selesai kak?,"
"Sudah. Sebentar lagi nyonya Ivy akan turun. Saya permisi ya Sof. Tuan Lukas, saya permisi,"
"Iya kak, hati-hati di jalan," balas Sofia. Lukas hanya mengangguk tanpa jawaban.
Tidak lama kemudian, Sofia kembali berseru,
"Cantiknya...,"
Lukas serta merta memalingkan wajahnya ke arah tangga. Ivy turun dengan menggunakan dress yang menunjukan lekuk tubuhnya. Rambutnya diikat satu ala ponytail dan beberapa helai dibiarkan tergerai di depan. Ikatan rambutnya membuat leher jenjangnya terekspos.
"Sofia, jangan begitu aku tidak bisa jalan nih," wajah Ivy memerah. Dia jarang berdandan sehingga dia sebenarnya tidak terlalu percaya diri.
Sofia berinisiatif menaiki tangga dan mengulurkan tangannya membantu Ivy turun.
"Kakak sangat cantik," puji Sofia.
Sementara Lukas semakin merasakan deg-degan yang teramat sangat melihat penampilan Ivy. Tapi sikap dinginnya masih mampu menutupi rasa itu.
"Maaf sudah membuat menunggu," ujar Ivy begitu tiba di depan Lukas.
Lukas menatap arlojinya.
"Kita harus berangkat sekarang," Lukas melangkah lebih dahulu menuju ke luar.
"Hati-hati ya kak Iv," ujar Sofia sambil melambaikan tangan.
Suasana terasa kaku saat di mobil. Beberapa kali Lukas berdehem untuk menghilangkan rasa deg-degan nya.
Hampir satu jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di depan rumah berpagar tinggi. Deretan mobil yang parkir di depan jalanan rumah menegaskan bahwa di dalam sudah banyak orang yang datang.
"Lukas, boleh kah aku bertanya?,"
"Silakan,"
"Aku tidak mengenal satu pun orang di dalam sana. Mungkin akan terasa sangat asing. Apa yang sebaiknya aku lakukan?," pertanyaan yang bodoh Ivy.
"Kamu tetap di sampingku. Jangan beranjak sedikitpun,"
"Kalau ke toilet?,"
"Terakhir kamu ke toilet kamu dan Aiden hampir ditembak mafia. Jadi sebaiknya ditahan saja,"
Mulut Ivy langsung terkatup mendengar jawaban Lukas.
Lukas memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disiapkan. Begitu turun dari mobil, dia mengenali satu mobil yang parkir dekat dengan mobilnya. Itu mobil Carmen. Artinya dia sudah di dalam. Lukas segera menuju pintu Ivy dan membukanya.
"Tidak keberatan?," Lukas menawarkan tangannya untuk Ivy gandeng.
Ivy menyambut tangan Lukas dan menggandengnya.
Kehadiran Lukas menyita perhatian. Apalagi di sampingnya ada wanita cantik yang menggandeng tangannya. Lukas dikenal tidak memiliki kedekatan dengan wanita manapun selain dengan Carmen. Dan untuk pertama kalinya mereka melihat Lukas menggandeng wanita lain. Beberapa orang berbisik-bisik ketika Lukas dan Ivy lewat.
"Lukas, aku pikir kamu tidak datang," Tuan Abe, pria berperut besar itu langsung menyambut Lukas dengan wajah sumringah.
Tuan Abe menatap Ivy,
"Apakah ini...,"
"Saya Iv, Tuan Abe," Ivy mengulurkan tangan kanannya dan berjabatan tangan dengan Tuan Abe.
"Iv. Selamat datang di rumah kami,"
Tuan Abe terlihat sangat ramah. Kalau dia salah satu geng mafia di Tondo, sepertinya agak kurang pas dari segi penampilannya. Dia memiliki perut yang cukup besar seperti badut. Kumisnya pun tebal. Bukan kesan sangar yang ditampilkan tapi kesan lucu. Tapi kalau dari segi kekayaan bisa saja dia seorang mafia. Rumahnya sangat mewah dengan model American Classic. Dia juga punya halaman yang cukup besar untuk diadakan pesta pada malam ini.
James, Putra Tuan Abe yang berulang tahun pun datang menyapa Lukas dan Ivy. Sepertinya, keluarga Tuan Abe adalah keluarga mafia yang ramah.
Beberapa tamu penting juga menyapa Lukas. Ivy berusaha menyeimbangi keadaan dengan tetap tersenyum.
Dan ini dia. Wanita berambut pirang menggunakan dress merah mini di atas lutut datang ke arah Lukas dan Ivy.
"Lukas, betapa senangnya aku melihat kamu datang," wanita itu ingin memeluk Lukas tanpa menghiraukan keberadaan Ivy. Tapi Lukas buru-buru mengangkat tangan tanda menolak pelukannya.
"Maaf nona Carmen, tolong jaga sikap,"
Carmen terlihat kesal. Dia melirik Ivy. Dari penampilan tentunya Ivy lebih elegant. Penampilan Carmen tak ubahnya seperti wanita panggilan.
"Oh. Rupanya karena ada dia kamu tidak mau dipeluk,"
"Hai nona Carmen, aku Iv," Ivy mengulurkan tangannya dan disambut Carmen.
"Aku Carmen. Kekasih Lukas,"
"Mantan," Lukas menambahkan. Wajah Carmen makin kesal. Tapi dia berusaha menyembunyikan kekesalannya.
"Mejaku masih kosong. Apakah kalian mau duduk denganku?," Carmen bertanya sambil hanya memandang Lukas.
"Tidak. James sudah menyiapkan meja untuk kami berdua," Lukas segera membawa Ivy pergi menuju meja. Dia tidak ingin lama-lama berbicara dengan Carmen.
Mata orang-orang pun tetap terfokus pada Lukas. Mereka masih bertanya-tanya bagaimana Lukas bisa mendapat kan wanita pengganti Carmen. Dalam dunia mafia Tondo, Lukas mendapat julukan El-Silencio karena terkenal dengan gerakan tangannya yang cepat dan hampir tak terlihat dan karena pembawaannya yang sangat pendiam dan tidak ramah.
Ivy terkejut Lukas memegang tangannya. Ivy ingin menariknya tapi Lukas menahannya. Ternyata karena Carmen terus memperhatikan kedua nya. Meja Carmen hanya berjarak cukup dekat dari meja keduanya. Sebagai putri dari ketua mafia nomor dua di Tondo pastilah Carmen mendapat posisi di bagian depan juga.
"Carmen melihat ke arah kita," bisik Lukas. Ivy akhirnya sudah mulai memahami keadaan dan alasan Lukas membawanya ke sini. Ternyata tugasnya bukan berperan sebagai kakak ipar, tetapi sebagai kekasih Lukas supaya Carmen tidak mendekat. Ivy juga tidak begitu suka begitu melihat Carmen. Menurut penilaian Ivy, dia tidak cocok dengan Lukas. Jadi Ivy pun mulai berakting seperti kekasih Lukas.
Tamu-tamu disuguhkan live music dari salah satu penyanyi lokal. Dia membawakan lagu bergenre romantis. Tanpa Lukas duga, Ivy menarik kursinya lebih mendekat ke Lukas dan menyandarkan kepalanya di pundak Lukas. Bukan hanya Carmen yang terkejut melihat adegan itu. Lukas lebih terkejut. Dia tidak menyangka Ivy akan melakukan hal itu.
"Ini bagian dari skenario kan," ujar Ivy setengah berbisik.
Lukas menarik napas. Dia berharap bunyi jantungnya tidak terdengar Ivy.
Makan malam pun disajikan. Berbagai jenis makanan lokal maupun internasional sudah diatur di prasmanan mewah. Lukas dan Ivy bersamaan mengambil makanan. Lukas tidak membiarkan Ivy sendirian. Dia tidak ingin Carmen mengintimidasi nya.
Namun, panggilan dari walikota membuat Lukas harus meninggalkan Ivy. Kesempatan itu dimanfaatkan Carmen untuk mendekati Ivy.
"Sejak kapan jadian?," tanya Carmen menghampiri meja Ivy.
Ivy yang sedang menikmati hidangan mau tidak mau harus meletakan garpunya.
"Kenapa nona Carmen penasaran?," Ivy balas bertanya sambil mengelap mulutnya dengan serbet makan
Carmen mengangkat pundaknya.
"Hanya ingin tahu saja karena beberapa bulan lalu aku masih bersama Lukas. Bahkan hubungan kami makin intim,"
"Nona Carmen sedang membicarakan masa lalu? Maaf, saya tidak tertarik karena saya masa depan nya Lukas,"
Astaga Ivy, bicara apa kamu. (Ivy).
"Jangan gegabah dulu. Lukas pria yang tidak komitmen. Aku saja yang sudah pernah tinggal satu apartemen dengannya saat di Canada toh dicampakan olehnya, apalagi yang baru kenal," Carmen membalas.
"Tahu dari mana kami baru kenal?,"
Carmen agak salah tingkah mendengar itu. Dia merasa selama ini dia sangat mengenal Lukas. Dan dia tahu Lukas tidak punya teman wanita lain selain dirinya. Tapi pertanyaan Ivy membuat percaya dirinya tumbang.
"Oh ya, katanya sudah sangat intim dengan Lukas. Apakah nona Carmen tahu tato apa yang ada di punggung kiri Lukas?,"
Carmen tergagap. Walaupun sudah lama pacaran, dia dan Lukas hanya sebatas ciuman. Tidak lebih.
Melihat ekspresi Carmen yang gelagapan, Ivy semakin memberi intimidasi,
"Kalau tato di punggung saja tidak pernah lihat, apakah itu bisa disebut intim?," Ivy berujar setengah berbisik dan tersenyum nakal ke arah Carmen.
Tanpa dia sadari, Lukas sudah berada di belakang mereka berdua.
Carmen terintimidasi. Dia tidak berani lagi mendekati Lukas dan Ivy. Tapi matanya tidak bisa lepas dari keduanya.
**POV Lukas
Tato di punggung sebelah kiri? Dari mana Ivy tahu aku punya tato di punggung? Apa dia hanya menebak? Atau dia pikir mirip dengan milik Rafael? Tunggu, tato Rafael ada di punggung kanan bukan kiri. Jadi....