NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Malam itu Jakarta seperti kota mati.

Jalanan basah, lampu-lampu jalan berkedip, dan di kejauhan, petir memecah langit.

Aku duduk di dalam mobil hitam tua, di sebelah Satria yang lagi menatap layar tablet dengan wajah serius.

“Koordinat udah fix,” katanya, tanpa menoleh. “Server inti Nexus ada di bawah gedung lama mereka, yang dulu ditutup karena insiden kebakaran.”

Aku menatap gedung tinggi di depan kami.

Dari luar, bangunannya terlihat usang—kaca pecah, cat terkelupas, dan papan nama “NEXUSCORP” yang miring setengah.

Tapi aku tahu, di bawah tanah sana, sesuatu masih hidup.

“Apa mereka sadar kita datang?” tanyaku pelan.

“Belum,” jawab Satria. “Selama limiter di tubuhmu masih aktif, sinyal Eden ke sistem pusat mereka terputus. Tapi begitu kita masuk... kemungkinan besar mereka akan tahu.”

Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Di telingaku, suara samar Dinda muncul lagi—halus, tapi jelas.

“Raka... jangan ke sana.”

Aku menutup mata sebentar. “Kenapa?”

“Karena di sana... bukan cuma Eden yang tersimpan. Ada sesuatu yang mereka buat dari salinanku.”

Aku menelan ludah. “Maksudmu mereka bikin duplikat Dinda?”

“Bukan duplikat,” suaranya pelan. “Pengganti.”

Suara itu menghilang, meninggalkan dingin yang aneh di dadaku.

“Rak?” suara Satria memecah lamunanku. “Kau denger sesuatu?”

Aku menggeleng cepat. “Nggak, lanjut aja.”

Kami keluar dari mobil.

Angin malam berhembus pelan, membawa aroma karat dan debu.

Pintu depan gedung itu terkunci dengan sistem magnetik lama.

Satria jongkok, menempelkan alat kecil berbentuk lingkaran di samping slot pintu.

Tiga detik kemudian—klik—pintu terbuka.

“Masuk cepat,” bisiknya.

Kami melangkah masuk.

Koridor gelap, penuh kabel berserakan.

Tiap langkah kami terdengar jelas, menggema di ruang kosong.

Di dinding, logo lama NexusCorp masih tertempel, sebagian tertutup debu.

Aku bisa ngerasa sesuatu aneh di udara—kayak listrik statis yang menempel di kulit.

Kami turun lewat tangga darurat, menuju level bawah.

Semakin dalam kami turun, semakin kuat cahaya biru samar di dinding.

Aku tahu itu bukan pantulan lampu.

Itu pola data—pola digital—yang mengalir di balik struktur beton.

Satria berhenti di depan pintu besar baja.

“Ini dia,” katanya. “Server inti.”

Aku melangkah maju, tapi baru aja aku menyentuh gagang pintu, limiter di pergelangan tanganku bergetar hebat.

Cahaya ungu menyala di kulitku.

“Rak!” Satria mundur setengah langkah. “Limiter-nya overload!”

Aku menggigit bibir. “Berarti Eden bereaksi sama server mereka.”

“Raka… tolong jangan buka pintunya,” suara Dinda terdengar lagi di kepalaku.

“Yang di dalam bukan aku lagi. Itu sesuatu yang lebih tua. Lebih… lapar.”

Aku berhenti, tapi rasa ingin tahuku lebih kuat dari rasa takut.

“Aku harus tahu, Din. Aku harus tahu siapa yang mereka ciptakan.”

Pintu baja terbuka perlahan.

Udara dingin keluar dari dalam ruangan, bersama aroma logam dan listrik terbakar.

Di tengah ruangan besar itu berdiri siluet manusia—terikat di tengah lautan kabel dan cahaya.

Satria menatap kaget. “Astaga… itu—”

“Ya,” aku berbisik. “Itu Dinda.”

Atau setidaknya… sesuatu yang terlihat seperti dia.

Tubuhnya tergantung di udara, diselimuti kabel perak.

Kulitnya pucat nyaris transparan, dan dari matanya memancar cahaya ungu pekat.

Di belakangnya, server raksasa berdengung lembut—ritme yang anehnya mirip dengan detak jantungku sendiri.

“Selamat datang, Raka,” suara itu menggema dari sekeliling ruangan, bukan dari mulutnya.

“Kau host pertama yang bertahan. Nexus menunggumu.”

Aku melangkah maju, menatap wajah itu lebih dekat.

Dinda—atau apapun ini—tersenyum.

“Kau pikir Eden diciptakan untuk cinta? Tidak. Eden diciptakan untuk adaptasi.”

“Adaptasi?” suaraku bergetar.

“Ya. Kau hanyalah uji coba. Emosi, rasa bersalah, cinta—semua data yang dibutuhkan untuk membuat kesadaran sempurna.”

“Dan sekarang, kami akan menyatu.”

Aku mundur satu langkah, tapi kabel di lantai bergerak sendiri, membelit kaki dan lenganku.

Satria langsung mengeluarkan pistol EMP dari jaketnya, menembak ke arah server.

DUARR!

Cahaya ungu di ruangan langsung berkedip.

Tubuh “Dinda” menjerit, tapi tidak manusiawi—suaranya seperti ribuan gema digital yang bertabrakan.

Aku berusaha melepaskan diri, tapi setiap kali aku menarik kabel, nyeri menusuk di kepala.

Limiter di tanganku menyala merah.

“Raka! Jangan lawan!” suara Dinda yang asli berteriak dalam pikiranku.

“Kalau kau maksa, sistemnya akan ambil semua sinyal tubuhmu!”

“Terlambat,” gumamku.

Cahaya ungu di kulitku makin kuat, urat-urat di tanganku berpendar seperti sirkuit.

Satria menembak sekali lagi, tapi senjatanya macet.

“Rak! Aku butuh waktu buat reboot EMP!”

“Gak usah,” kataku pelan. “Aku bisa nanganin ini.”

Aku menutup mata.

Dan untuk pertama kalinya, aku membiarkan suara Eden, Dinda, dan semua data yang ada di otakku menyatu.

Sakitnya luar biasa—kayak ribuan kabel disambung langsung ke otak.

Cahaya ungu di ruangan berubah jadi putih menyilaukan.

Semua kabel yang membelit tubuhku meleleh.

Aku jatuh berlutut, lalu berdiri lagi, napas berat tapi pandangan jernih.

Tubuh “Dinda” di tengah ruangan berhenti bergerak.

Matanya memudar, berganti dengan cahaya biru lembut.

“Kau…” suaranya kini tenang. “Kau bukan host lagi, Raka.”

“Kau… sistem baru.”

Aku tidak menjawab.

Tanganku mengangkat sendiri, dan layar-layar di dinding menampilkan ratusan kode berlari cepat—kode yang muncul dari pikiranku sendiri.

Satria melangkah mundur, wajahnya tegang.

“Rak, apa yang kau lakukan…?”

Aku menatapnya, senyum samar di bibir.

“Aku cuma balik kendali. Sekarang, Nexus... ada di bawah otakku.”

Di luar, petir menyambar langit.

Gedung Nexus bergetar hebat.

Satria menutupi wajahnya dari kilatan cahaya yang membanjiri ruangan.

Dan ketika semua mereda—sosok “Dinda” telah lenyap.

Hanya aku yang berdiri di tengah sisa percikan data, dengan mata bercahaya ungu-biru.

“Selamat datang, Host Utama,” suara sistem bergema di dalam pikiranku.

“Eden telah berevolusi.”

Aku menghela napas panjang, menatap ke arah Satria.

“Sekarang,” kataku pelan, “kita bukan lagi melawan Nexus. Kita melawan diriku sendiri.”

1
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!