Pemuda 18 tahun yang hidup sebatang kara kedua orangtuanya dan adeknya meninggal dunia akibat kecelakaan, hanya dia yang berhasil selamat tapi pemuda itu harus merelakan lengan kanannya yang telah tiada
Di suatu kejadian tiba-tiba dia mempunyai tangan ajaib dari langit, para dewa menyebutnya golden Hands arm sehingga dia mempunyai dua tangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarunai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Mendengar apa yang di katakan oleh anak muda itu ada benarnya, para penumpang pun mulai goyah. Mereka sadar, rumah sakit masih sangat jauh. Jika menunggu terlalu lama, pria paruh baya itu bisa benar-benar kehilangan nyawanya. Akhirnya, semua orang memilih percaya.
melihat semua orang tidak ada lagi menghalanginya. Han duduk di samping pria itu, lalu mulai menancapkan jarum akupuntur satu per satu di titik-titik vital di dada dan dekat jantung. Tangannya sempat gemetar—karena ini pertama kalinya ia mencoba teknik medis kuno dalam dunia nyata. Namun tatapan anak kecil yang terus memeluk ayahnya membuat Han semakin fokus.
Sembilan jarum tertancap dengan presisi. Han lalu menutup mata, mengalirkan tenaga dalamnya melalui ujung jarum—menyusup ke jantung pria itu. Tenaga itu menyusuri pembuluh darah, memperbaiki sumbatan, menyelaraskan struktur, dan menghancurkan gumpalan bekuan yang menghambat.
Aura hangat mulai terasa. Beberapa penumpang bahkan bisa melihat samar kilau cahaya dari tangan Han.
Lima menit berlalu. Han perlahan mencabut jarum-jarumnya.
Tiba-tiba... pria paruh baya itu menarik napas panjang. Matanya terbuka dan memuntahkan seteguk darah hitam. Wajah yang semula pucat, kini sudah kembali cerah.
"Ayah!!" teriak anak kecil itu senang. Ia langsung memeluk erat ayahnya yang kini sudah bisa bernapas lega.
"Iya, Ayah nggak apa-apa... ayah sudah sehat sekarang," jawab pria itu dengan senyum hangat, membalas pelukan anaknya.
Bus hening sejenak… lalu riuh oleh kekaguman mulai terdengar di antara orang-orang yang menyaksikan dari awal.
"Astaga… anak ini hebat…"
"Itu bukan trik kan?"
"Gila... dia nyelametin orang pakai jarum!"
Para penumpang berdiri, mencoba melihat lebih dekat. Pria paruh baya itu mengangguk meyakinkan, "Iya, saya sudah sehat. Jantung saya nggak sakit lagi. Nafas saya lancar."
Kenek bus melangkah ke depan, menepuk bahu Han dan tersenyum lebar.
"Anak muda, kamu hebat. Karena sudah menyelamatkan penumpang dan nama baik bus ini, kamu tidak perlu bayar tiket. kali ini Gratis untukmu."
sebenarnya dia juga takut jika penumpangnya kenapa-kenapa, karena itu bisa membuat nama bus miliknya menjadi buruk dimata para penumpang lain jika sempat terjadi penumpang meninggal di dalam bus ini.
***
Setelah menempuh perjalanan selama 8 jam bus pun mulai memasuki terminal, di kota Tamian di jam 16.00
Han turun dari bus dengan tatapan terpukau menatap sekitar, ia merasakan ada hal yang baru setelah 18 tahun tidak pernah keluar dari desanya.
jika. waktu di desa ia bisa melihat pergunungan dari jauh. namun, di kota ini ia bisa melihat gedung-gedug berkilauan di segala penjuru.
Saat Han masih terpukau di tempatnya berdiri, tiba-tiba ia mendapatkan tepukan di bahunya.
"anak muda, sekali lagi aku ingin berterimakasih padamu karena telah menyelamatkan nyawaku." kata pria paruh baya yang telah di selamatkan oleh Han.
"anda sudah mengucapkan itu puluhan kali," kata Han menggeleng bosan.
"hahaha, aku terlalu senang karena penyakit yang menggerogoti jantungku ini bisa sembuh, berkatmu anak muda."
"Nama saya Han. masalah penyakit Anda, lebih baik bapak memastikannya terlebih dahulu di rumah sakit" jawab Han menyarankan, sebenarnya ia juga tidak begitu yakin karena ini pertama kali baginya untuk mengobati orang.
"Oh iya, kita belum berkenalan, ya? Perkenalkan, nama saya Jaja, dan ini anak saya, Doni. Tentu saja saya akan memeriksakan diri ke rumah sakit setelah ini. Tapi saya sangat yakin bahwa penyakit aneh yang saya derita ini sudah sembuh seratus persen,"
kata Jaja. Ia tampak cukup bingung dengan penyakit yang dialaminya ini. Mungkin dokter akan mengatakan bahwa ia mengidap penyakit jantung. Namun, Jaja tidak percaya dengan analisis para dokter. Lagipula, seorang kultivator memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan biasanya terbebas dari penyakit yang diderita oleh manusia biasa.
Han yang menyadari hal itu hanya diam. jika bukan karena mata ilahinya, Han tidak akan tahu bahwa Pak Jaja bukan mengalami serangan jantung atau penyakit jantung biasa. namun sebenarnya yang terjadi pak Jaja terkena racun mematikan. Racun ini cukup merepotkan karena secara perlahan akan menggerogoti jantung dan tubuh korbannya. karena itu Alat medis modern pun tidak akan menyadari perbedaan ini. dan Jika dibiarkan terlalu lama, tubuh pak Jaja akan semakin kurus, dan jantungnya bisa meledak kapan saja.
"sebenarnya saya ingin berbicara banyak mengenai penyakit Anda, tapi mengingat waktunya tidak tepat dan saya harus mencari tempat tinggal. mungkin lain kali jika kita bertemu lagi saya akan menjelaskan secara detailnya." Kata Han, yang memang tidak bisa berlama-lama. Ia masih baru di kota ini dan ingin mengenalinya terlebih dahulu.
"Kamu baru pertama kali ke kota ini?" tanya Pak Jaja, yang langsung diangguki oleh Han.
Sebenarnya, Pak Jaja juga ingin mengobrol lebih banyak dengan pemuda itu. Menurutnya, Han sangat menarik. Tapi karena ia juga sedang terburu-buru, ia tidak bisa memaksakan diri.
Pak Jaja mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan sebuah kartu ATM kepada Han.
"Ini, mohon diterima. Mungkin isinya tidak seberapa, tapi cukup untuk biaya kamu selama beberapa bulan di kota ini. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih saya."
"Maaf, Pak Jaja, saya tidak bisa menerimanya. Saya ikhlas membantu," jawab Han sambil menolak pemberian itu.
pria paruh baya itu terus membujuk Han agar menerima pemberiannya. Namun, Han dengan tegas menolak bahwa dirinya masih memiliki barang dari peninggalan kedua orang tuanya yang bisa di jual dan cukup untuk biayanya selama di kota ini.
Akhirnya, Pak Jaja menyerah.
"Kalau begitu, ini kartu nama saya. Jika kamu butuh sesuatu, hubungi saya."
Han menerimanya. Tak lama, Pak Jaja dan anaknya masuk ke sebuah mobil mewah yang menjemput mereka. Karena sedang terburu-buru, ia tidak sempat menawarkan tumpangan kepada Han.
Begitu mobil hitam itu pergi menjauh, Han berjalan menuju warung makan dekat terminal. Karena ia baru makan sekali setelah persinggahan bus di jalan untuk makan siang.
Walaupun dirinya seorang kultivator yang bisa tidak makan berhari-hari. Namun, Han tidak bisa menghilangkan kebiasaannya itu sebagai manusia normal.
selesai mengisi perut, Han melangkahkan kakinya di jalan trotoar. sepanjang jalan ia terus di buat kagum dengan pemandangan gedung-gedung tinggi yang menjulang, Han mulai berhayal jika dirinya memiliki salah satu gedung itu.
Mengingat tumpukan emas yang ada di dalam cincinnya. tentu saja itu semua bisa terjadi. tapi dengan cepat Han menggelengkan kepalanya, ia ingin pokus dengan tujuannya terlebih dahulu.
Setelah 15 menit berjalan tak tau arah, Han melihat sebuah toko emas yang cukup besar. ia berjalan menuju toko emas itu, saat ingin memasukinya ia di hadang oleh seorang satpam, yang memiliki badan cukup besar.
"maaf. pengemis di larang masuk kedalam sini!"