NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Dendam Kesumat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dinding Berukir

Mendengar teriakan panik Getot, Udhet segera datang dan dengan suara geramannya yang menakutkan, ia mengusir kelelawar-kelelawar yang mengerubungi Getot.

Seketika itu juga, semua kelelawar berhamburan menyingkir dan kabur dari lorong tersebut, meninggalkan kesunyian yang mencekam.

"Udhet... ohh... untung saja engkau datang... sekali lagi terima kasih," ucap Getot lega, napasnya masih tersengal-sengal.

Tampak pakaian yang dikenakan Getot semakin compang-camping dan sobek di sana-sini. Celananya pun bolong-bolong hingga memperlihatkan bagian belakang tubuhnya.

"Grokk grokkk," suara Udhet terdengar lagi.

"Ya, Udhet, kau benar. Aku butuh pakaian baru. Yang kukenakan ini sudah tidak layak lagi," sahut Getot sambil melihat penampilannya yang mengenaskan.

"Grokk grokk," balas Udhet.

"Baiklah, aku akan mengikutimu jika di gua ini tersimpan pakaian yang layak. Aku sangat membutuhkannya," kata Getot penuh harap.

"????"

"????"

"Tunggu dulu..." Getot tiba-tiba terdiam, mencoba mencerna sesuatu.

"Udhet... aku memahami ucapanmu..." serunya tak percaya.

"Grokkk grokk..." Udhet kembali bersuara.

"Benar, Udhet! Aku bisa memahamimu sekarang... hah... ilmu pertama telah rampung... hehe," Getot tertawa kecil, merasa bangga dengan pencapaiannya.

Udhet tampak menggelinjang kegirangan mendengar ucapan Getot. Tubuhnya bergerak-gerak hebat hingga lantai lorong terasa bergetar seperti dilanda gempa kecil. Udhet berpikir, mungkin tidak semua perkataan Ki Amuraka benar. Buktinya, Getot telah berhasil sesuai dengan apa yang tertulis di guratan dinding.

Brugg brugg brugg... suara gemuruh semakin keras.

"Huaaahhh.... hentikan, Udhet! Nanti tempat ini runtuh...!!" pekik Getot panik.

Udhet pun berhenti bergerak. Ia lupa akan ukuran tubuhnya yang sebesar gajah.

"Nah, begitu... yang kalem, Udhet. Kita kan tidak mau terkubur hidup-hidup di dalam gua ini. Sekarang, marilah tunjukkan aku di mana tempat pakaian itu berada," kata Getot dengan nada sedikit khawatir.

Kemudian, mereka berdua meninggalkan lorong kelelawar dan berjalan menuju sebuah ruangan yang tampak seperti tempat peristirahatan Ki Amuraka.

"Ruangan siapa ini, Udhet? Ada tempat tidur, lemari, meja, bangku... lengkap sekali. Wooow...!!" Getot mengagumi isi ruangan yang tampak nyaman itu.

"Grokkk grokk," sahut Udhet.

"Ki Amuraka? Siapa dia, Udhet?" tanya Getot penasaran.

"Grokk grokk grokkk," jawab Udhet dengan nada yang terdengar sedih.

"Yang menghidupkan aku? Jadi, aku tadinya mati??!!" Getot terkejut mendengar penuturan Udhet.

Lalu, Udhet dengan bahasa isyarat dan suara gerungannya menceritakan sebisa mungkin bagaimana Getot bisa berada di tempat itu.

Mulai dari penemuan jasad Getot yang telah meninggal, lalu Udhet menelannya untuk dibawa kepada Ki Amuraka yang sedang membutuhkan seorang murid.

Udhet juga menceritakan usaha keras Ki Amuraka untuk menghidupkan kembali Getot, hingga akhirnya Ki Amuraka harus mengorbankan dirinya sendiri agar Getot bisa kembali bernapas.

Getot terduduk lemas di sisi tempat tidur. Ia tak menyangka bahwa dirinya telah mati dan kini hidup kembali berkat pengorbanan orang lain.

"Bagaimana mungkin?" gumamnya lirih.

"Grokk grokk," Udhet kembali bersuara, berusaha menenangkan Getot. Ia menjelaskan bahwa suatu hari Ki Amuraka yakin bisa menghidupkan kembali Getot karena melihat adanya keanehan pada diri pemuda itu.

Keanehan itu justru merupakan keberuntungan bagi Getot. Karena sebenarnya, Getot memiliki ilmu warisan dari orang tuanya, meskipun tidak pernah diajarkan secara langsung.

Ilmu itu adalah Rawa Rontek. Jadi, sebenarnya Getot hanya mengalami mati suri berkat ilmu tersebut.

Namun, Ki Amuraka juga melihat kadar ilmu itu masih sangat lemah. Oleh karena itu, ia terpaksa mengorbankan jiwanya untuk membangkitkan kembali potensi penuh dalam diri Getot.

"Berarti Ki Amuraka telah berjasa besar padaku," ucap Getot dengan nada penuh haru dan rasa terima kasih yang mendalam.

"Grokk grokk," sahut Udhet membenarkan.

"Hmmm, baiklah, Udhet. Untuk membalas jasanya, aku akan berlatih sungguh-sungguh. Hanya itu yang bisa kulakukan sekarang," tekad Getot dengan mata berbinar.

Lalu, Getot membuka lemari dan mengambil pakaian yang sekiranya cocok untuknya. Sebuah setelan pendekar berwarna hitam menjadi pilihannya.

"Untung saja pas. Mungkin Ki Amuraka seumuran denganku," pikir Getot dalam hati.

"Udhet... aku butuh istirahat. Besok baru aku akan memulai latihan. Tubuhku rasanya remuk semua setelah seminggu bertapa," kata Getot sambil merebahkan diri di tempat tidur.

Udhet mengerti lalu meninggalkan Getot di kamar tersebut.

"Ahh, ini tempat yang sangat layak untuk tidur. Kasurnya empuk, cahayanya pas. Ki Amuraka ternyata punya selera yang bagus dalam menata ruangan," puji Getot dalam hatinya sebelum akhirnya terlelap. Esok, ia akan memulai pelatihan. Ia sudah bertekad tidak akan keluar dari gua itu sampai semua guratan yang ada di dinding telah rampung ia pelajari.

Keesokan harinya tiba, namun Getot masih tertidur lelap. Tampaknya semadi yang ia lakukan selama seminggu penuh membuatnya sangat kelelahan.

Pagi itu, ia masih bermimpi bertemu dengan gadis cantik pencari kayu yang membuatnya jatuh ke dasar jurang hingga meninggal.

Anehnya, Getot sama sekali tidak menyimpan dendam padanya.

Kata-kata gadis itu yang menunjukkan kepedulian padanya selalu terngiang di benaknya. Karena baru kali itu ia menemukan seorang wanita cantik yang begitu perhatian padanya.

Dalam mimpinya, gadis itu terlihat sangat manja padanya. "Kakang ke mana saja selama ini? Aku kangen loh," ucap gadis itu sambil bermanja-manja dan menggelayut di pundak Getot.

"Ah, ternyata ada yang kangen sama aku... ahay," sahut Getot yang hatinya terasa melayang di awang-awang mendengar suara manja gadis itu.

Getot pun membalas dengan memeluk gadis itu dengan mesra. Hasrat mulai membuncah di antara mereka berdua. Tanpa ragu, Getot melumat bibir gadis itu. Anehnya, gadis itu tidak berontak, bahkan ia membalas ciuman Getot dengan memainkan lidahnya di dalam mulutnya.

Nafsu semakin menggelora di antara keduanya. Getot hanya bisa memejamkan mata sambil menikmati kehangatan dan kelembutan gadis itu yang menjilati seluruh wajahnya.

Namun, ada sesuatu yang membuat Getot kehilangan hasratnya. Entah mengapa, ia merasakan rasa pahit yang aneh di mulutnya. Padahal sebelumnya tidak ada. Dan lidah gadis itu yang tadinya lembut tiba-tiba berubah menjadi kasar dan menjilat dengan liar.

Getot pun membuka matanya. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat lidah besar Udhet sedang menjilati wajahnya dengan kasar.

"Grolkk grokk grokk," suara Udhet terdengar dekat sekali.

Sontak, Getot terkejut dan langsung melompat dari tempat tidur. "Huaaaaahh...... ohok ohok... hoeekkk... cuh cuh... Idiiiiwww..."

Tanpa basa-basi, Getot langsung berlari menuju mata air. Ia menanggalkan seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat dan meluncur menceburkan diri ke dalam kubangan mata air yang dingin.

Byurrrr...

"Paiitt... paiitt paiitt! Hoekk ciuhh... Sial betul si Udhet itu! Mengganggu orang lagi mimpi indah saja! Huh...!" gerutu Getot sambil membersihkan mulutnya berulang kali.

Tak lama kemudian, Udhet datang dan menghampiri Getot yang basah kuyup.

"Grok grokk grokk," suara Udhet terdengar seolah meminta maaf.

"Ya ya, Udhet, aku paham... aku harus memulai latihan... baik baik... terima kasih sudah membangunkanku dengan jilatan lidahmu itu," jawab Getot dengan nada sedikit kesal namun berusaha sabar.

Selesai mandi, Getot kembali berpakaian. Lalu, ia menuju kamar untuk sekadar memakan buah yang sudah disediakan untuknya, kemudian kembali ke tempat di mana ukiran-ukiran itu berada.

Getot pun mulai membaca baris kedua dari ukiran tersebut. "Pengaktifan tenaga dalam, bersemedi di lorong lahar selama seminggu."

"Grok... Grokk," sahut Udhet.

"Sebenarnya ini gua macam apa, Udhet? Apa jangan-jangan ada lorong itu terhubung ke sebuah gunung berapi?" tanya Getot dengan rasa ingin tahu.

"Grokk grokk," jawab Udhet membenarkan.

"Hmm, baiklah... tunjukkan aku tempat itu," pinta Getot.

Udhet kemudian merayap ke arah lorong lahar, diikuti oleh Getot. Akan tetapi, baru setengah perjalanan menuju lorong itu, Getot sudah merasakan hawa panas yang menyengat.

"Ah, mungkin aku salah baca, Udhet," gumam Getot ragu.

"Grok grokk..." balas Udhet.

"Apa takut? Tentu tidak! Aku laki-laki, tidak pernah takut! Pantang itu...!" seru Getot menyangkal rasa ragunya.

Hingga sampailah mereka di sebuah lorong yang berakhir pada sebuah kolam besar berisi lahar yang mendidih dan meletup-letup. Panasnya terasa sangat menyengat kulit, bahkan dari kejauhan.

"Aha! Tampaknya aku tadi benar-benar salah membacanya. Sebaiknya kita kembali saja, Udhet," ajak Getot dengan nada menyesal.

"Grokk grokk grokk," balas Udhet dengan nada yang terdengar tidak setuju.

"Apa? Aku tidak paham bahasamu, Udhet. Sepertinya ilmu memahami bahasamu sudah sirna. Sudahlah, kita kembali saja... mari..." ajak Getot lagi, berbalik badan.

SLEPETTT......

Tiba-tiba, Udhet menjulurkan lidahnya yang besar dan melilit tubuh Getot dengan kuat.

"Heyy! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku...!!" seru Getot sambil meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari lilitan lidah Udhet.

"Grokk grokk," jawab Udhet.

"Tidak! Aku tidak memahamimu! Aku tidak mengerti! Sudahlah, Udhet, lepaskan aku...!!" pinta Getot putus asa.

Namun, Udhet tidak melepaskannya, malah mulai mengangkat dan mengayun-ayun tubuh Getot di udara.

"Heyy! Kau mau apa, Udhet...??!!" Kembali Getot meronta. Kepalanya menjadi pusing tidak karuan saat Udhet memutar-mutar lidahnya dengan cepat.

Sedetik kemudian, tiba-tiba Udhet melemparkan Getot dengan kuat ke tengah kolam lahar yang mendidih.

Wussss...

"Hiyaaaa... tidaaaaakkkk... mati akuuu.... aaaaaaaaaaaaa......!!!"

Gabruk.....

"Heggg... achhh," Getot mendarat dengan keras di atas sebuah batu besar yang berada tepat di tengah-tengah kolam lahar. Namun, jarak batu itu sangat jauh dari daratan, diperkirakan sejauh satu lapangan. Panas lahar yang menguar terasa membakar kulitnya.

1
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
nah udh kembali si getot, jgn jd nakal lagi getot dgn nyawa barumu..
Zirah Naga: nakal dikit boleh lah 😁
total 1 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
jd apakah getot yg baru nantinya? 🧐🤔 lanjutkan Thor..
Zirah Naga: alhamdulillah. mudah2an kk juga sehat selalu👍
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️: sama² Thor sehat Thor? 🤗🙏
total 3 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
waahh si getot.. mau enaknya aja.. semangat author dgn karya barunya..
anggita
like, iklan.... 👍👆 utk novel laga lokal.
Zirah Naga: makasih kak anggit udah mampir lagi di karya baruku.
total 1 replies
Hakunamatata♠️
Getot Suguru kah?
Zirah Naga: bukan bro. jujutsu kaisen itu mah 🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!