Sepuluh tahun setelah dunia porak-poranda akibat perang nuklir, para penyintas hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Monster hasil mutasi berkeliaran, kelaparan menjadi musuh sehari-hari, dan manusia yang seharusnya saling membantu justru menjadi ancaman paling mematikan.
Di tengah kekacauan itu, sekelompok pejuang mencoba bertahan, menggenggam harapan tipis di dunia yang nyaris mati. Dalam upaya mereka untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi global ini, tentunya dengan satu pertanyaan yang masih menggema.
"Benarkah dunia ini hancur karena nuklir? Atau karena busuknya hati manusia itu sendiri?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chubby Lion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Radovile 5
Kai akhirnya tiba disebuah jembatan dengan Lira, tidak jauh dari kantor komandan Radovile, secara perlahan Kai menyapa Lira.
"Hai, udah lama menunggu?"tanya Kai
"uhm? tidak, aku baru tiba, jadi kamu sudah mendapatkan informasinya dari komandan?"tanya Lira
"...." Kai mengingat kembali apa yang terjadi diruangan kantor komandan hari ini.
Sore tadi, ketika Kai pergi menemui komandan Radovile, komandan Revar.
Kai memasuki ruangan, seorang pria tua dengan tubuhnya atletis, tangannya yang berupa baja, mengenakan mantel panjang berwarna hitam dan memiliki simbol Radovile di dadanya sedang terduduk diam dan menatap kearah Kai.
Dia adalah komandan Revar, sosok yang tidak sembarangan di Radovile, dengan kemampuannya dalam bertarung ia diangkat sebagai salah satu komandan di Radovile.
“Kai,” suara berat itu memecah keheningan. “Kau terlambat melalui rentang waktu yang telah diberikan”
Kai tersenyum kecil, mencoba menjaga nada santai meskipun ia tahu tekanan di ruangan itu bisa menghancurkan mental seseorang. “Maaf komandan, saya harus memastikan ‘anak baru’ yang saya temukan aman terlebih dahulu.”
Mata Revar menyipit, “Anak baru?”
“Ya, seorang manusia biasa yang belum awakening seutuhnya, tapi saya pikir dia bisa berguna, dia terlihat cerdas, dan mungkin ada sesuatu yang menarik tentang nya.”
Revar berjalan mendekat, menyalakan sepuntung rokok ditangannya, setiap langkahnya terdengar berat, Kai merasa seperti medan gravitasi disekitarnya meningkat.
“Kau membawa orang asing ke Radovile tanpa izin ku?” tanya Revar dengan nada tajam, Kai menahan diri untuk tidak mundur.
“Tenang komandan, saya pastikan ia bukan ancaman maupun mata-mata, ia kehilangan ingatannya, dan saya pikir dia bisa menjadi bagian dari komunitas ini, lagipula kita butuh lebih banyak tenaga kerja, bukan?”
Revar menatap tajam ke arah Kai, lalu menghela napas panjang. “Kau selalu mengambil keputusan sendiri Kai, atas tindakanmu yang semena-mena ini maka untuk tugas selanjutnya akan ada pemotongan gaji untukmu Kai, perihal anak itu aku akan mempercayaimu, jangan kecewakan aku tentang penilaianmu terhadap seseorang.”
"Komandan... Ayolah, jangan potong gajiku, bagaimana aku bisa menghidupi keluargaku komandan, istriku, anak anakku!!" ucap Kai
Komandan Revar mengetuk kepala Kai dengan rokoknya, "kau bahkan belum menikah dan belum memiliki anak, jangan main-main Kai, itu konsekuensi dari perbuatanmu"
Kai mengangguk dengan wajah sedih “Baiklah, Komandan.”
“Bagaimana dengan tugasmu?” Revar bertanya sambil kembali ke meja kayunya, tempat sebuah peta besar terhampar.
Kai mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Saya menemukan sekumpulan monster mutasi tingkat 1 dan 2 di zona luar, tepatnya wilayah Gorgon, sekitar 10 kilometer dari sini, ada banyak tikus mutasi tingkat 1 dan beberapa anjing mutasi dengan varian bermata merah serta beberapa dari mereka memiliki simbol di dahinya, jika kita mengatur strategi dengan baik, kita bisa mendapatkan banyak resource dari sana, termasuk jantung mereka untuk persediaan.”
Revar menyilangkan tangannya, matanya memindai peta di meja. “Lokasi tepatnya?”
Kai menunjuk ke arah sebuah titik di peta.
“Di sekitar bekas kawasan industri ini, tempat itu cukup luas, tapi kondisi bangunannya sudah setengah runtuh, saya yakin, jika kita bertindak cepat, kita bisa menguasai daerah itu sebelum monster-monster tingkat lebih tinggi datang.”
Revar mengangguk pelan, lalu menatap Kai. “Apa lagi yang kau temukan?”
Kai ragu sejenak, tetapi akhirnya menjawab, "Tidak ada komandan, jika diperbolehkan saya saya ingin menyusun tim kecil untuk membersihkan wilayah tersebut dengan izin anda komandan, seharusnya sebuah tim kecil sudah cukup, lagi pula mutasi disana sebagian besar adalah mutasi tingkat 1.”
Revar terdiam sejenak dan menghisap rokoknya, menghela nafas dan menatap peta dengan serius. “Apakah dirimu membaca isi pikiranku?"tanya Revar.
"Aku memang merencanakan untuk melakukan pengiriman ekspedisi pembersihan wilayah ini, makanya aku perlu informasi pengintaian darimu."
"Setelah kupikir sejenak, karena dirimu lah yang melakukan pengintaian, akan lebih mudah jika dirimu ikut dalam ekspedisi ini."
"Karena kita kekurangan tenaga, aku mungkin tidak bisa memberikan tim besar ekspedisi ini, lagi pula ini hanya mutasi tingkat 1 dan 2 kan, kamu dan Lira sudah cukup bisa mengatasinya dengan mudah hingga tingkat 3."
"Ini bukan masalah besar, tapi tetap saja untuk antisipasi, dirimu membutuhkan tim kecil tambahan, aku akan memberimu dua orang Pendukung tambahan selain Lyra, mereka cukup untuk mendukung operasi kecilmu, besok aku akan memerintahkan mereka untuk menemuimu.”
Kai tersenyum kecil. “Terima kasih, Komandan.”
Revar melanjutkan, suaranya kini lebih serius. “Dan soal anak baru itu, pastikan dia tidak membawa masalah, jika dia menunjukkan tanda-tanda mencurigakan, aku tidak akan ragu untuk menyingkirkannya.”
Kai mengangguk. “Dia tidak akan mengecewakan anda, saya yang bertanggung jawab atas dia.”
“Baiklah, kau boleh pergi, persiapkan dirimu dan timmu, kalian berangkat 2 hari lagi.”
Kai memberikan hormat singkat sebelum berbalik dan keluar dari ruangan itu, begitu pintu tertutup, ia menghela napas panjang, seolah beban berat baru saja terangkat dari pundaknya.
“Hadeuh, seperti biasa, ngomong sama Revar selalu terasa seperti kerja ekstra,” gumam Kai sambil berjalan kembali ke apartemennya.
Kembali pada kondisi saat ini.
"oh ya, komandan Revar telah memberikan misi selanjutnya, kalau tidak salah kita akan ada dalam satu regu kan?"tanya Kai.
Lira mengangguk, "ya, ngomong-ngomong apakah kamu ingin membawa anak baru itu?"tanya Lira
"begitulah rencanaku, aku ingin membantunya, mungkin ia akan berguna"ucap Kai.
"Baiklah, kamu pasti sibuk untuk mempersiapkan ekspedisi ini."
"kalau begitu besok mari bertemu lagi, terakhir kali kamu. mentraktirku makan malam, biarkan besok malam aku yang mentraktirmu,"ucap Lira
"eh benarkah? tumben sekali kamu baik begini"ucap Kai terkejut
"hum, kalau ga mau ya udah ga usah,"ucap Lira memalingkan wajahnya.
"eh iya iya, besok kalau begitu, ketemuan didepan apartemen ya"ucap Kai dan disambut dengan anggukan dari Lira.
malamnya saat Kai kembali ke apartemen, Kael masih terjaga dan belum tidur, dirinya sedang memandangi peta usang di meja Kai, Ketika Kai masuk, Kael menoleh. “Oh sudah kembali Kai? Gimana? Apa yang terjadi?”
"Lusa kita akan berangkat, ada misi untuk kita sekalian melatih skillmu, ekspedisi ini akan sangat bermanfaat untukmu, bersiaplah besok, besok aku akan ngajarin mu beberapa hal dasar terlebih dahulu." tegas Kai sembari melempar sebuah kantong kearah Kael.
Kael menatap kantong itu, yang berisi sepasang sarung tangan kulit, ia mengangguk “oke, akan aku usahakan yang terbaik, Kai.”
Malam itu, Kai dan Kael akhirnya tertidur, Kai tidur dikasurnya sedangkan Kael tertidur dilantai.
Malam itu, cukup menenangkan, Kael tertidur dengan cukup pulas dan tak terasa matahari telah terbit kembali.
Matahari mulai memanjat langit, ketika Kai dan Kael terbangun, Kael, dengan penampilan lusuh, segera bertanya kepada Kai di mana ia bisa membersihkan diri.
"Udah bangun?"tanya Kai "Yaaa, lumayan lah dari pada tidur dijalanan, btw kamar mandi dimana ya?"tanya Kael
Kai mengantarkan Kael ke sebuah sebuah toilet sederhana yang berada di sisi ujung apartemen. Kael tak menyia-nyiakan waktu dan segera membersihkan tubuhnya dengan air bersih.
"Mandi pagi itu yang terbaik, yahh.... Hari ini gua harus bekerja keras, bakal banyak hal yang terjadi hari ini"gumam Kael
Tak lama setelah itu, mereka berdua berjalan menuju lapangan latihan di pusat Radovile, suasana lapangan ramai oleh para penduduk Radovile yang sedang berlatih menggunakan berbagai senjata, suara dentingan logam beradu dan pekikan semangat memenuhi udara.
Kai memandang Kael "Kita akan mencoba berbagai jenis senjata untukmu, aku yakin di antara semua ini, ada yang cocok."
Kai segera memberikan pedang pendek kepada Kael. "Ini ringan, cocok untuk pemula."
"coba serang aku dengan pedang itu"ucap Kai
"oh aku akan menunjukanmu kemampuan dari dewa pedang"ucap Kael.
"maju!"ucap Kai.
Pelatihan untuk mencari tipe senjata yang cocok untuk Kael pun dimulai!