Setelah tau jika dia bukan putri kandung Varen Andreas, Lea Amara tidak merasa kecewa maupun sedih. Akan tetapi sebaliknya, dia justru bahagia karena dengan begitu tidak ada penghalang untuk dia bisa memilikinya lebih dari sekedar seorang ayah.
Perasaannya mungkin dianggap tak wajar karena mencintai sosok pria yang telah merawatnya dari bayi, dan membesarkan nya dengan segenap kasih sayang. Tapi itu lah kenyataan yang tak bisa dielak. Dia mencintainya tanpa syarat, tanpa mengenal usia, waktu, maupun statusnya sebagai seorang anak.
Mampukah Lea menaklukan hati Varen Andreas yang membeku dan menolak keras cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCD 26
Wajah Varen tampak menggemaskan di mata Lea. Meski pria itu memasang wajah datar, tapi Lea bisa menebak jika dibalik wajah datarnya itu, dia sedang menahan sesuatu yang membuat celana dalamnya seakan terasa sesak karena itu nya terbangun.
Timbul ide nakal untuk mengerjai pria yang sok cool dan gengsinya gede tersebut. Lea kemudian jalan memutari meja. Dan setelah berada di samping Varen, dia dengan santainya duduk di atas meja tepat di samping laptop hingga ujung dress nya tersingkap semakin ke atas pangkal pa ha.
Varen tentu saja terkejut, dan reflek mendorong kursinya ke belakang dengan wajah tercengang begitu Lea duduk di depannya. Posisi duduk dengan pa ha terbuka dan aroma wangi tubuh gadis itu membuat lelaki itu panas dingin dibuatnya. Lea seakan sengaja menyiksa batinnya. Entah apa maksudnya.
"Ke-kenapa kamu duduk disitu?" Varen bertanya dengan gugup.
"Mau menemani Daddy kerja," jawab Lea santai dan diikuti senyuman tanpa dosa.
"Ta-tapi tidak begini juga, Lea."
"Begini juga bagaimana, hem?"
"Duduknya tidak di atas meja. Ayok turun. Kalau mejanya tidak kuat lalu roboh bagaimana?"
"Meja nya atau Daddy nya yang tidak kuat?"
Varen seakan kehilangan kata-kata. Pria itu terperangah. Mulut terbuka dan mata sedikit membola tak berkedip. Meski Lea kerap kali menggodanya tapi kali ini lain. Lea benar-benar seperti seorang penggoda yang sedang merayu seorang om-om.
Tak menampik jika apa yang dikatakan Lea memang benar adanya. Bukan mejanya yang tak kuat menahan beban tubuh Lea karena sejatinya meja itu terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi.
Akan tetapi, dirinya lah yang tak kuat melihat tubuh se xi anak itu sehingga membangkitkan hasratnya yang kini meronta-ronta. Sungguh libido nya ini sangat menyiksa dirinya, dan rasanya tak tertahankan.
Tapi untungnya ditengah kegilaan ini, Varen masih bisa menggunakan akal waras nya berpikir Lea adalah putrinya yang tak boleh disentuh. Sebelum tergoda lebih dalam dan takut berbuat hal nekat, Varen segera bangkit pergi ke kamar mandi.
Lea cekikikan dengan arah pandang pada lorong pendek di mana letak kamar mandi. Gadis itu merasa puas karena merasa misinya telah berhasil, yaitu misi membuat batin Varen tersiksa. Salah sendiri. Lagian sok Sokan menolak cintanya pikir Lea.
Tok
Tok
Begitu mendengar suara pintu di ketuk, Lea menoleh ke arah pintu dan berseru." Masuk saja."
July muncul dari balik pintu dan tersenyum canggung pada Lea. Tapi saat menyadari penampilan Lea, wajah July tercengang, namun hatinya tak suka melihatnya.
July tak menyangka, pakaian yang dia beli dengan asal dan di yakini sangat jelek justru terlihat cantik dan se xi di tubuh gadis yang tak disukai nya itu.
"Mau apa?"
Pertanyaan Lea menyadarkan July. Bibir wanita itu langsung mengatup.
"Saya mau mengantarkan pesanan Tuan Varen," jawab July.
Sorotan Lea beralih pada paper bag yang di tenteng July. Katanya," dia sedang mandi. Sini biar aku saja yang menerimanya."
Sedang mandi ?July terbengong. Muncul spekulasi negatif. Jangan-jangan pria yang diam-diam disukai nya itu telah berbuat mesum dengan gadis yang mengaku calon istrinya ini. Sekali lagi, dia menelisik penampilan Lea yang aduhai jangankan laki-laki, dia saja yang perempuan tak menampik jika lekuk tubuh gadis ini sangat sempurna.
Di tengah lamunannya, July tersentak kaget begitu Lea menyambar paper bag di tangannya." Kelamaan," lirih Lea.
"Maaf." July menunduk.
"By the way. Kamu ya yang memilihkan dress ini untuk ku?" Tanya Lea sambil menarik ujung dress yang di kenakan.
"I-iya.." jawab July ragu.
"Thanks ya. Berkat dress ini Tuan Varen jadi mandi tuh siang-siang begini." Lea tersenyum lebar.
July terdiam. Meski kalimatnya agak ambigu, tapi dia masih bisa mencerna nya. Tak salah lagi jika Tuan Varen dan wanita ini memang sudah.....arghh. July mengerang kesal dalam hatinya memikirkan hal itu.
"Ya sudah kamu boleh kerja lagi. Ini nanti akan aku berikan pada bos mu."
Keluarnya July, bersamaan dengan keluarnya Varen dari kamar mandi. Wajahnya terlihat lebih fresh sepertinya telah dibasuh dengan air.
Lea tersenyum pada Varen yang tak lagi terlihat gelisah seperti tadi. Wajahnya tampak tenang, dan sikapnya terlihat santai. Dia mendekati Lea dan bertanya," apa itu?"
"Oh, ini dari sekertaris Daddy. Katanya pesanan Daddy," jelas Lea sambil menyodorkan paper bag tersebut pada Varen.
Varen menerimanya, dan langsung mengeluarkan isinya.
Lea diam memperhatikan pakaian model kurungan panjang yang tengah di beberkan Varen tepat di depannya dengan perasaan tak enak.
"Nah, pakaian ini yang lebih cocok dipakai oleh mu, Lea."
What ? pekik Lea dalam hati dan geleng-geleng kepala tak percaya.
"Sekarang kamu ganti pakaian mu dengan pakaian ini." Varen menyodorkan nya pada Lea.
"Ta-tapi kenapa, Dad? Aku lebih nyaman pakai model yang ku pakai ini," imbuh Lea menolaknya secara tak langsung.
"Karena pakaian yang kamu pakai itu sangat tidak layak di tubuh mu."
"Kata siapa tidak layak? aku nyaman-nyaman saja menggunakan nya."
"Nyaman bagi mu tapi belum tentu nyaman bagi yang melihat mu."
"Termasuk Daddy?"
"Tidak." Mulut berkata tidak, tapi hati tak sesuai dengan mulutnya. Tentu saja dia tak nyaman karena tubuh Lea ini satu-satunya tubuh wanita yang mampu membuatnya berhasrat.
Lea mendesah kasar, lalu mengubah posisi berdiri menatap ke arah lain. Kedua tangan nya menyilang di atas perutnya dengan wajah menekuk.
Varen menarik nafasnya dalam-dalam. Dia berkata dengan nada rendah dan lembut mencoba memberi pengertian pada Lea yang tengah merajuk itu." Dengarkan Daddy, Lea. Sudah pernah Daddy katakan pada mu sebelumya. Pakaian terlalu terbuka hanya akan mengundang mala petaka pada yang menggunakan nya. Di luar sana banyak sekali orang jahat, pria-pria hidung belang. Apa kamu tidak takut mereka akan datang pada mu dan menggoda mu?"
"Kalau begitu bagaimana dengan wanita-wanita yang bekerja di kantor Daddy?"
"Maksud mu?" kening Varen mengkerut tak paham.
"Daddy lihat saja. Rata-rata wanita di disini memakai rok sangat pendek. Mereka mengekspose pa ha mereka contoh salah satunya sekertaris Daddy siapa namanya, July bukan?"
Varen hanya diam.
Satu tarikan nafas panjang sebelum Lea kembali melanjutkan apa yang menjadi unek-unek di hatinya. Katanya," apa Daddy tidak takut akan terjadi pelecehan di kantor ini? Sebagai bos tentu harus bertanggung jawab jika terjadi apa-apa pada staf karena kantor ini milik Daddy. Ya tidak?"
Varen termangu menyimak kata-kata Lea. Tak menyangka ujung-ujungnya Lea akan membahas masalah pakaian yang digunakan oleh para karyawannya.
Dia memang tak pernah menerapkan peraturan masalah pakaian harus begini harus begini. Baginya yang penting para staf harus lah berpenampilan rapih jika masuk ke kantornya.
"Daddy melarang aku memakai pakaian terbuka, tapi Daddy malah membiarkan wanita-wanita di sekeliling Daddy memakai pakaian terbuka. Miris sekali." Lea tersenyum miring.
"Bukan begitu Lea. Mereka tidak ada hubungannya dengan Daddy. Sementara kamu, kamu putri Daddy. Daddy hanya ingin melindungi kamu, karena kamu_"
"Bukan. Aku bukan putri Daddy. Kita tidak memiliki hubungan darah. Aku sama seperti mereka yang tidak ada hubungan apa-apa dengan Daddy. Lalu kenapa Daddy melarang aku. Sementara Daddy membiarkan mereka termasuk si July? Apa tubuh si July lebih menarik dari pada tubuh aku? Oleh karena itu, Daddy membiarkan dia menggunakan rok yang sangat pendek dan menyuruh aku mengunakan baju seperti goni itu karena tubuh ku ini tidak menarik di mata Daddy?"
"LEA !!!!!" Varen memekik tak sadar, kemudian mengusap wajahnya yang frustasi dibuat Lea.
Bisa-bisanya Lea berpikir seperti itu. Tak secuil pun dia berpikir sengaja membiarkan July berpenampilan seperti itu. Tertarik saja tidak. Meski wanita itu hanya memakai segitiga nya saja, miliknya tak akan pernah bisa bangun.
"Okey, Okey. Mulai besok, Daddy akan membuat peraturan baru untuk karyawan Daddy. Daddy akan meminta semua karyawan perempuan memakai rok panjang," putus Varen untuk mengakhiri perdebatan nya dengan Lea hanya gara-gara soal sepele.
Lea tak memberi tanggapan apa-apa, namun dalam hatinya dia tersenyum senang. "Yes..yes..rasain kau July. Kau tidak bisa lagi menggoda daddy ku dengan tubuh mu itu."