【Cantik×Ketos Dingin+Cinta Pandangan Pertama+Cinta Manis】⚠️ FOLLOW DULU BARU BACA ⚠️ Haii..selamat menyelami dunia fiksi, sebagian cerita diambil dari kisah nyata. mohon maaf jika ada kesalahan/kekurangan Dalam cerita ini, karena saya juga manusia biasa. Terimakasih sudah mau mampir ke cerita ini ••••••••• Liliana Marcella Kusuma, Itulah nama yang dulunya disematkan oleh neneknya. entah kenapa sejak dia kecil dia tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orangtuanya, seakan kedua paruh baya itu membentangkan jarak kepada putrinya itu. Namun walaupun begitu, Liliana tetap semangat menjalani harinya karena dia punya pacar yang sangat cinta padanya. Ivander Jovanka Bagaskara, Pria dingin yang tak tersentuh, dan terlahir dari keluarga konglomerat. walaupun punya harta yang melimpah dan keluarga yang lengkap tak membuatnya bahagia. Tapi sejak berjumpa dengan perempuan yang bernama Liliana Marcella Kusuma, membuat dunianya serasa berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sriii Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(6). Luka papa David
Happy reading
"Maa.. kak Lili itu lagi sakit, Ada baiknya kita harus menjenguknya! Bagaimanapun Kak Lili tetap anak mama." Kata Arthur dengan tegas.
"Sudah berapa kali mama bilang Arthur, kalau dia bukan anak mama! Dan yah menjenguk kamu bilang? Huh..Membuang-buang waktu saja." Sahutnya dengan angkuh.
"Kalau bukan anak mama, terus kak Lili anak siapa ma?"
"Bukan urusan kamu, Dan jangan membuat mama marah, karena pertanyaan mu yang tak berfaedah itu."
"Tapi ma, kak Lili juga kakak kami ma." Kata Alexa yang baru saja datang dari dapur
"Mama nggak mau tau, Jangan pernah sekalipun kalian berdua menyinggung namanya dihadapan mama! Karena mama nggak Sudi punya anak seperti dia." Ucapnya dengan lantang lalu berjalan meninggalkan ruang tamu dengan angkuh.
"Mama keterlaluan kak, masa kak Lili nggak dianggap jadi anaknya." Ujar Alexa setelah melihat mamanya masuk kedalam kamar.
"Kakak juga nggak tahu apa masalah mereka! Sampai kak Lili tidak dianggap jadi anaknya." sahut Arthur sambil mengusap wajahnya dengan gusar.
"Sudahlah sekarang kamu masuk kamar, jangan buat mama tambah marah! Kakak juga mau masuk sebentar lagi." Titahnya pada sang adik dengan lembut.
Alexa mengangguk kemudian dia mencuri ciuman di pipi sang kakak. Sudah jadi kebiasaan nya memang, karena sejak dulu Arthur selalu memanjakan Nya, apalagi dia tidak bisa dekat dengan kakak sulungnya, membuatnya mencari perhatian itu pada kakak keduanya.
Setelah adiknya masuk, Arthur berjalan menuju taman belakang. Walaupun malam hari Tetap saja tempat itu tidak gelap atau seram karena memang Tuan Kusuma membangun rumah itu dengan sangat rapih, Agar istri dan anak-anaknya nyaman.
Dia Duduk disalah satu kursi taman itu. Kemudian mengetuk henphone menghubungi seseorang. Dan dering pertama sudah diangkat
"Halo kak, maaf menganggu waktu Kaka malam-malam begini." Ujar Arthur tak enak hati pada orang diseberang telepon.
"Tidak apa-apa Thur, Kenapa apa kau ingin bertanya tentang kakakmu?" Tanya pria diseberang sana. Siapa lagi kalau bukan Vander
"Hehe Iya kak, Bagaimana dengan kabar kak Lili sekarang?"
" Dia baik-baik saja, Sudah lumayan! Mungkin butuh 2 hari lagi dia sudah bisa pulang. Mungkin imun tubuhnya menyerap dengan baik makanan dan obat-obatan yang mengalir ditubuhnya." Jelas Vander dengan pelan, takut membangunkan sang empu yang lagi tertidur.
"Syukurlah kak, aku lega mendengarnya! Terimakasih ya ka, sudah mau mengurus dan menjaga kak Lili dengan baik." Balas Arthur dengan lembut.
"Sama-sama Thur, sudah kubilang Lili termasuk orang yang harus aku jaga dengan sepenuh hati! Kamu tenang saja, jangan banyak pikiran." Titah Vander dengan perhatian.
Arthur berdehem membalas perkataan calon kakak iparnya. Setelah mereka bertanya kabar segera Arthur mengakhiri panggilan telepon itu dengan cepat.
"Dengan siapa kamu berbicara Arthur?" Tanya tuan David dengan suara beratnya, dia berjalan perlahan menuju kursi.
"Eh Papa, Hanya teman pa! Dia tadi nanya tugas kelompok."!! Ujar Arthur dengan santai
Tuan David hanya berdehem sembari meletakkan secangkir kopinya diatas meja.
"Tumben papa kesini, Emang kerjaan papa udah kelar?" Lirih Arthur
"Sudah, kebetulan papa nggak ada kerjaan! Jadi kesini deh, sekedar melepaskan penat." Sahutnya lalu menyeruput kopinya.
"Dulu sewaktu muda papa sering kesini, sebelum ada kalian! Ya walaupun hanya sekedar melepaskan penat. Tapi semakin lama perusahaan semakin berkembang dan kakek kalian mengembankan tugas pada papa semuanya! Dari situ papa nggak ada waktu lagi buat sekedar mengunjungi Taman ini." Cerita Tuan David menerawang kemasa lalunya.
"Benarkah? kenapa kakek memberikan tugas yang berat pada papa."
"Katanya biar papa bisa mandiri dimasa depan nanti! Dan hanya papa anak laki² satu-satunya dikeluarga Kusuma."
"Oh Jadi begitu, Lalu saudara perempuan papa Emang nggak bantuin?"
"Mereka tidak suka dengan hal yang berbau bisnis! Dan pada saat itu saudara papa izin pergi mengejar cita-citanya untuk jadi Desainer terkenal! Kakek hanya manggut-manggut saja dengan keputusan anak perempuan Nya. Hingga mereka tidak menyadari betapa berat beban yang harus papa pikul."
"Jadi sedari dulu papa dikekang gitu sama kakek?"
"Bisa dibilang begitu, hingga lahirlah Lili ditengah-tengah Kekacauan yang terjadi pada perusahaan."
"Terus apa hubungannya sama kak Lili pa? Bukannya dengan kehadiran kak Lili membuat papa jadi lebih semangat." Tanya Arthur dengan kepo.
Tuan David menghela nafasnya, dia merasa tak kuat untuk menceritakan luka masa lalu itu. Selama ini dia sudah berusaha untuk menutupi luka itu, Tetap berusaha baik-baik saja.
"Maaf nak, papa tidak bisa untuk menceritakannya! Papa nggak sanggup, Suatu hari kau pasti akan tahu semua itu." Ujar tuan David dengan lembut.
Arthur mengangguk mengerti. Dia memandang wajah tuan David dengan saksama, Ternyata dia sedang menyimpan luka yang sangat yang berat, Tetapi tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
Kini dia tahu, bahwa ada hal yang harus tidak harus kita ketahui, Agar luka itu tidak menyakiti orang sekitarnya.
"Maaf sudah membuka luka lama papa, Kedepannya Arthur tidak akan menyinggung Nya lagi." Ucap Arthur dengan pelan. Dia merasa bersalah melihat wajah sedih Tuan David
"Iya nak, Terimakasih sudah mau mengerti keadaan papa."!!
"Sudah malam, papa masuk duluan! Kau jangan begadang, besok sekolah kan?" tanya nya lagi sembari menepuk pundak putranya dengan pelan.
"Iya pa, sebentar lagi Arthur bakalan masuk." sahut nya sembari tersenyum tipis
Tuan David segera masuk setelah mendapat sahutan dari Putranya. Sedangkan Arthur terdiam memandangi punggung lebar papanya yang masuk kedalam kamar.
"Papa menyimpan lukanya selama ini! Tidak kusangka papa yang notabe Nya Sangat gila kerja, menyimpan lukanya sendiri dengan diam." Gumamnya dengan sedih.
Dia jadi prihatin dengan perjalanan hidup papanya. Sedangkan dia sedari kecil, selalu mendapatkan kasih sayang tiada Tara tanpa pamrih. Kurang bersyukur sekali dirinya ini?
•••••••
Akhirnya setelah beberapa Minggu dirumah sakit. Liliana dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala, Hanya saja ingatannya yang belum kembali.
Liliana tidak mempermasalahkan itu, selagi dia bisa bernafas saja sudah syukur!
Akhirnya setelah hampir setengah jam mengendarai mobil. Mereka sampai juga dikediaman Kusuma, Liliana turun dibantu oleh Vander yang duduk disampingnya.
Sedangkan Nyonya Cecilia tidak bisa ikut mengantar Liliana, karena suaminya dapat panggilan dari LN dalam sebuah bisnis.
Sedangkan Alexander pun begitu sedang diluar kota dalam perjalanan bisnisnya, Alhasil hanya Vander yang ikut kekediaman pacarnya.
"Thur biar kakak saja yang bawa kedalam, dibantu sama bibi. Kamu tolong bantu Lili saja kedalam rumah, dia pasti bingung dengan tempat ini." Lirih Vander saat melihat Arthur yang ingin membantunya.
"Eh, baik kak! Arthur bantu kak Lili Dulu ya kak." Kata Arthur
Vander mengangguk, sambil mengikuti langkah Kedua kakak beradik itu dari belakang. Vander mengamati kamar Liliana dengan saksama, walaupun sudah pernah video call Lan secara langsung Tapi tetap saja suasananya berbeda.
"Thur kenapa kamar Lili diruangan belakang?" Tanya Vander Setelah beberapa lama terdiam. Dan untungnya Liliana sedang berada didalam kamar mandi.
Arthur nampak ragu menjawabnya, Dia takut Vander akan marah setelah mengetahuinya.
Melihat keterdiaman Arthur, Vander mengerucutkan alisnya. "Kenapa kamu thur?" tanyanya saat melihat wajah tegang pria dihadapannya.
"Emm... kakak jangan marah ya! Sebenarnya kamar Ini spesial pembantu, Dan mama menempatkan kak Lili dikamar ini sedari kecil." Tutur Arthur lalu menundukkan kepalanya dengan sedih.
"Hah? Spesial pembantu, Dan apa Kamu bilang tadi sedari kecil dia tinggal dikamar ini ." Sahut Vander dengan nada terkejut.
Astaga bedebah sekali nyonya Anna itu, Rumah sebagus dan sebesar ini Tapi anak sendiri ditempatkan dikamar kecil dan sempit. Sedangkan dia enak-enakan tidur dikamar yang luas serta nyaman ditempati.
"Iya ka, Arthur juga bingung dan marah melihat kelakuan mama! Tapi Arthur nggak bisa berbuat apa-apa."
Karena setiap dia bertanya soal Liliana. Nyonya Anna pasti marah Bahkan tak segan menghukum Lili jika dia butuh pelampiasan.
"Kak Lili itu sedari kecil sudah tertekan kak, dengan perbuatan mama! Setiap dia berbuat kesalahan maka pasti mama langsung mengurung nya dan tidak memberinya makan berhari-hari, Melarangnya bermain dengan kami dengan alasan kak Lili membawa pengaruh buruk untuk kami, Dan masih banyak lagi kak." Lirih Arthur dengan pelan.
Nafas Vander memburu mendengar penjelasan Arthur. Tapi berusaha untuk ditahannya apalagi saat mendengar suara decitan suara pintu, Kedua pria itu mengalihkan atensinya kepada Liliana yang berjalan menuju kasur.
Clekk
"Loh kalian Masih disini? Kemana bibi?" Tanya Liliana saat baru saja keluar dari kamar mandi.
"Bibi lagi menyiapkan makan siang." Sahut Vander beringsut mendekati sang pacar.
Sedangkan Arthur memilih Duduk dikursi belajar kakaknya.
"Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Vander saat dia berada dihadapan pacarnya. Dipegangnya kedua bahu Lili yang duduk dipinggiran kasur.
Alis Liliana menyatu, bingung dengan pertanyaan Vander. Bukannya tadi dia lihat kalau dirinya baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja, Emang kenapa?" Tanya Lili balik menunggu balasan pria dihadapannya.
Bukannya menjawab. Vander membawa tubuh kecil pacarnya ke pelukan. Dielusnya kepala Lili yang bersandar di dadanya. " Maaf aku Hanya khawatir padamu! Tak ada maksud lain, Tapi syukurlah kamu baik-baik saja."
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja." Balas Liliana sembari tangannya memeluk erat pinggang pria itu.
"Aku hanya takut kehilanganmu Li, Itu saja."
"Aku nggak akan kemana-mana Vander Sayang." Lirih Liliana dengan nada menggoda
"Kedepannya, tolong apapun beban yang ada didalam hatimu! Beritahu aku, aku siap jadi pendengarmu Li."
"Haruskah seperti itu?"
"Ya sayang, aku nggak mau kamu menyimpan Nya sendiri."
"Ok deh, Nanti kalau aku udah nggak kuat lagi, aku pasti bilang kok sama kamu."
"Baiklah sayang, aku siap kapanpun kamu butuhkan! Aku akan selalu ada untukmu." Ucapnya sembari mengeratkan pelukannya.
Liliana hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan pelan. Dia merasa tenang berada didekat pria ini. Walaupun hilang ingatan setidaknya dia punya pacar yang sangat pengertian.
Arthur yang duduk dikursi belajar kakaknya pun merasa kalau Vander itu pria sejati. Sangat pengertian sekali, bisa memposisikan diri dengan benar. Agar Liliana tidak merasa sungkan ataupun tertekan oleh sikapnya.
•
•
•
Jangan lupa vote, komen Dan share
Jangan lupa tinggalkan jejaknya, agar author semangat ngupdate Nya
Terimakasih atas supportnya