NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:579
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Pengertian

"Argh!"

Tania tersentak kaget saat merasakan pundaknya dipegang oleh seseorang. Dia menoleh terkejut dan menemukan Aldo berada dekat di sisinya.

"Ngapain lo pegang-pegang gue, modus ya?" tanya Tania menyolot.

Sontak Aldo segera menarik tangannya dari pundak Tania. "Lo mau jatuh tadi, makanya gue tolongin," ujar Aldo.

"Pret! Modus 'kan lo mau pegang-pegang gue?" ujar Tania menunjuk Aldo.

Aldo menghela napas panjang. "Terserah lo mau ngertiinnya apa. Yang jelas, lo punya hutang sama gue," ujar Aldo.

"Bodo," ujar Tania lantas kembali berjalan menuruni anak tangga dengan Aldo yang berada di belakangnya.

Saat turun di undakan terakhir barulah Tania menyadari kalau Aldo ternyata mengikutinya. Padahal tadi dia pikir setelah turun di undakan terakhir Aldo akan berjalan ke lain arah, nyatanya tidak.

"Lo ngikutin gue?" tanya Tania.

"Kalau bukan karena kak Kevin yang nyuruh, ogah banget gue ngikutin lo," ujar Aldo.

Alih-alih merespons dengan kata-kata, Tania justru menatap Aldo bingung. "Maksudnya?" tanyanya.

Aldo menghela napas panjang. Menjelaskan sesuatu pada Tania harus secara jelas dan rinci. "Dia bilang katanya lo masih ngantuk, dia takut terjadi apa-apa sama lo waktu lo jalan ke kelas. Terus dia minta gue buat anterin lo sampe ke kelas," jelas Aldo.

Tania satu langkah mendekat membuat Aldo memundurkan dadanya. "Serius kak Kevin bilang gitu?" tanya Tania dengan mata berbinar cerah.

"Iyalah. Ogah banget gue anterin lo sampe kelas," ujar Aldo.

Tania tersenyum manis di tempatnya. Berpikir kalau ternyata Kevin masih peduli padanya. Dia jadi salah mengartikan perhatian Kevin padanya. Rasa sayangnya pada Kevin kian tumbuh banyak.

Melihat tingkah Tania yang senyum-senyum sendiri membuat Aldo menautkan alis. Dia yakin kalau Tania sedang berpikir bahwa Kevin amat peduli padanya.

Aldo mendorong jidat Tania dengan jari telunjuknya agar sedikit menjauh dari tubuhnya. "Enggak usah ngayal ke mana-mana, dia perhatian ke lo cuman sebatas teman, enggak lebih. Jadi lo stop senyum-senyum sendiri kayak orang gila," ujar Aldo.

Tania berdecak. "Ish, orang lagi seneng juga," ujar Tania.

"Lo senangnya kelewat. Jangan suka salah mengartikan perhatian cowok. Karena cowok belum tentu mau tanggung jawab soal perasaan," ujar Aldo.

"Sok tahu banget lo. Sana pergi!" usir Tania. "Ngantuk gue sudah hilang," lanjut Tania.

"Masa?" tanya Aldo dengan menaikkan sebelah alis.

"Iyalah. Gue bisa kok jalan sendirian," ujar Tania.

"Iya udah sana," ujar Aldo.

"Oke," balas Tania. Gadis itu segera melanjutkan perjalanan menuju kelas. Namun, baru beberapa langkah dia menabrak tong sampah membuat benda itu terjatuh sia-sia.

Bragh!

Tania memekik terkejut sedangkan Aldo menahan tawanya seraya melipat tangan di depan dada. Berkali-kali Tania meringis karena kakinya terasa sakit.

"Sialan," decak Tania. Untung saja tong sampah yang ditabraknya ini tidak ada isinya, jadi Tania tidak perlu repot-repot memungut sampah yang nantinya berserakan.

Tania menoleh ke belakang. "Aldo," lirih Tania halus.

"Apa?" tanya Aldo.

"Benerin tong sampahnya," ujar Tania lalu menguap lebar membuat Aldo terkekeh melihatnya.

"Ogah, beresin sendiri," ujar Aldo.

"Lo tega sama gue?" tanya Tania dengan menunjukkan puppy eyes-nya.

Aldo tidak kuat menahan senyum melihat wajah Tania yang sok imut itu. Dia menghela napas seraya mengacak setengah rambutnya. "Iya, mana ada yang tega sama cewek bar-bar kayak lo," ujar Aldo yang akhirnya selesai membenarkan posisi tong sampah.

Tania tersenyum manis. "Makasih," ujarnya.

"Ayo, gue anter," ujar Aldo menggandeng tangan Tania.

Tania tidak menolaknya, dia membalas genggaman tangan Aldo. Lagi pula dia sebetulnya masih mengantuk berat hingga berjalan saja harus dituntun Aldo, kalau tidak maka gadis itu akan tidur di lantai tanpa tahu situasi.

Dari belakang, Jean memperhatikan. Hatinya tiba-tiba terasa ngilu dan sakit. Aldo terlihat begitu dekat dengan Tania, padahal sebelumnya dia tidak akan berlakon seperti itu pada orang yang baru dikenalnya.

Menyadari beberapa anak sudah mulai berdatangan, buru-buru Jean mengelap matanya sebelum ada yang melihatnya.

...******...

"Lo serius datang sama kak Kevin?"

Itu adalah pertanyaan yang keluar dari mulut Nabilla saat dia dan kedua temannya memutuskan untuk datang ke kantin saat jam istirahat tiba. Tania bercerita semuanya, dari awal sampai akhir, nyaris tidak tersisa satu detail pun.

Tania mengangguk dengan mulut penuh makanan. "Mana mungkin sih wajah gue yang cantik jelita ini bercanda. Serius lah," ujarnya.

"Artinya lo datang pagi dong?" tanya Nabilla.

Tania kembali mengangguk. "Iya."

"Dan itu alasan lo ngantuk di kelas?" tanya Amanda.

Tania mengangguk lagi. "Iya."

Amanda dan Nabilla sama-sama menghela napas dan bertukar pandang.

"Masih untung ibu Jihan baik enggak ngeluarin lo lagi," ujar Amanda.

"Iya, kalau enggak ... siap-siap aja nyokap lo dipanggil," timpal Nabilla.

Tania menelan makanannya dengan susah payah. "Untungnya aja kebaikan berpihak pada gue," ujar Tania menyombongkan diri.

"Itu tadi, enggak setelah ini karena lo bakal dihadapkan sama pelajarannya pak Wayan si guru matematika yang killer abis," ujar Amanda mendramatisir.

Tania mengibaskan tangannya, seolah merasa acuh dan biasa saja. "Tenang aja, gue udah belajar konsentrasi. Jadi gue enggak mungkin lagi dihukum sama dia," ujar Tania.

"Terserah lo deh," ujar Amanda.

"Cek, cek."

Suara seseorang terdengar di sepenjuru sekolah berkat salon yang dihubungkan dengan mikrofon. Kevin mengecek mikrofon sebelum seseorang di sampingnya menggunakan.

Anak-anak yang mendengar aba-aba pengumuman itu segera memasang indra pendengaran secara tajam. Takut-takut ada kata atau kalimat yang tidak jelas didengar.

"Udah?" tanya seseorang di samping Kevin.

Kevin mengangguk. "Udah, nih." Dia memberikan mikrofon pada seseorang di sampingnya.

Orang itu bersiap untuk memberikan pengumuman. "Pengumuman, untuk seluruh ketua kelas dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas agar segera datang ke ruang OSIS untuk mengambil selembar informasi kampanye. Dan untuk seluruh murid, setelah kegiatan belajar mengajar selesai jangan dulu pulang karena akan ada penyampaian visi misi calon ketua dan wakil ketua OSIS di auditorium sekolah. Sekian dan terima kasih," ujarnya lantas menyerahkan mikrofon pada Kevin.

Anak-anak yang mendengarnya langsung berkomentar kecewa lantaran jam pulang mereka akan direnggut beberapa menit. Ada yang berdecak sebal dan ada juga yang berkomentar sana-sini.

Kalau Tania tiba-tiba terdiam membisu. Maka lain halnya dengan Nabilla dan Amanda yang menunjukkan ekspresi tidak suka. Padahal, ekspresi itu cocok untuk Tania saat ini.

"Yah ... latihan cheers kita gimana, Man?" tanya Nabilla.

"Paling-paling waktunya dikurangin," ujar Amanda.

"Padahal gue mau belajar gerakan baru," ujar Nabilla.

"Iya udah, masih ada hari esok," ujar Amanda. Dia segera menghabiskan makanannya karena setelah ini dia harus ke ruangan OSIS untuk mengambil informasi kampanye.

Nabilla mengangguk paham. Dia melirik Tania. "Lo kenapa, Tan?" tanya Nabilla saat melihat Tania dengan lipatan kening yang sangat banyak, seolah-olah gadis itu sedang berpikir sangat keras.

"Tadi 'kan yang ngecek mikrofon suaranya kak Kevin," ujar Tania. "Dan yang kasih pengumuman itu suaranya—"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!