NovelToon NovelToon
Teror Dunia Alam Ghoib

Teror Dunia Alam Ghoib

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Hantu / Tamat
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

para mahasiswa dari Institut Seni Indonesia tengah melakukan projek pembuatan filem dokumenter ke sebuah desa terpencil. Namun hal tak terduga terjadi saat salah satu dari mereka hilang di bawa mahluk ghoib.

Demi menyelamatkan teman mereka, mereka harus melintasi batas antara dunia nyata dan alam ghoib. Mereka harus menghadapi rintangan yang tidak terduga, teror yang menakutkan, dan bahaya yang mengancam jiwa. Nyawa mereka menjadi taruhan dalam misi penyelamatan ini.

Tapi, apakah mereka sanggup membawa kembali teman mereka dari cengkeraman kekuatan ghoib? Atau apakah mereka akan terjebak selamanya di alam ghoib yang menakutkan? Misi penyelamatan ini menjadi sebuah perjalanan yang penuh dengan misteri, dan bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 06

Suasana di pendopo mencekam. Arin, dengan tatapan tajam dan tangan mengepal lembaran dialog, melangkah mundur. Kesal terpancar jelas dari raut wajahnya.

"Kita mulai lagi! Kali ini, serius!"

Arjuna dan Wati, yang sebelumnya tampak canggung, kini merapikan posisi. Tatapan mereka bertemu, intens dan penuh makna. Tangan mereka bertaut, dialog dibaca dengan penuh penghayatan.

Tiba-tiba, teriakan Arin memecah kesunyian.

"Stop!"

"Kalian ini baca buku atau dialog drama? Masih datar saja! Ingat, gue gak pernah setengah-setengah!"

Arin mendekat, tatapannya bergantian antara Arjuna dan Wati. Wati menunduk, ketakutan terlihat jelas. Arjuna, tenang, hanya menatap balik dengan senyum tipis—ia mengenal Arin terlalu baik.

Arin, mahasiswa cerdas dan ambisius, dikenal karena ketegasannya yang terkadang melampaui batas. Ia tak segan menegur, bahkan membentak, siapa pun yang melakukan kesalahan. Semua tim sudah terbiasa dengan sikapnya yang blak-blakan itu, menerima konsekuensinya demi kesuksesan proyek film mereka.

Dengan frustasi, Arin mengacak-acak rambutnya, jari-jarinya mencengkeram rambutnya hingga terlihat kusut.

"Ingat, kita hanya punya satu minggu! Dua hari lagi syuting dimulai. Reading hari ini dan besok adalah kesempatan terakhir kita! Fokus!"

"Kalian tahu kan, gue gak pernah setengah-setengah? gue ingin film ini menang di festival, ingin film ini dikenang! Siapa tahu, suatu saat nanti gue tiba-tiba mati, film ini kan bisa jadi kenangan... kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari."

Queen, duduk bersila, menatap Arin dengan ekspresi khawatir. "Huss... ngomong apa sih, kok bawa-bawa mati segala?"

Arin mendekati Queen, sorot matanya redup, bayangan kegelapan tampak di balik pupilnya yang biasanya berapi-api.

"Ya emang! Umur tidak ada yang tahu, Queen. Gue hanya optimis film kita bisa menang, tapi kalau begini terus... mungkin jauh dari harapan."

Ia melempar skrip ke lantai, suara kertas yang jatuh terdengar nyaring di tengah keheningan, mencerminkan kehancuran harapannya. Dengan langkah gontai, ia meninggalkan pendopo.

Valo, sahabat terdekat Arin, berlari menyusulnya, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Keduanya menghilang dari pandangan, meninggalkan tim yang terdiam, tertekan oleh ledakan emosi Arin dan beban tanggung jawab yang ada di pundak mereka.

Queen berdiri, menghampiri Wati dengan langkah tenang. Sentuhannya lembut saat ia menepuk pundak Wati. "Sabar, Wat. Kaget ya? Arin memang begitu, suka nggak tahu tempat kalau marah. Tapi nanti juga biasa lagi. Dia begitu kalau lagi serius, kalau sudah selesai kerja, dia baik kok."

Wati memegang dadanya, napasnya masih tersengal-sengal. "Iya, Kak. Aku belum terbiasa saja, kayaknya."

Arjuna, tak mampu menahan kekesalan, menendang lantai dengan keras. Suaranya bergema di ruangan yang tiba-tiba terasa sunyi.

"Sial! Sudah biasa sama Arin, tapi tetap saja omongannya kadang menyakitkan,"

Fahri berdiri, menghampiri Arjuna yang masih cemberut. "Arin itu sok banget, mentang-mentang ketua, nggak punya aturan!" gerutunya. "Lu takut sama dia?"

Arjuna membalas dengan pukulan ringan di kepala Fahri menggunakan gulungan kertas skrip. "Aduh! Sakit, tau!"

"Jangan cuma berani di belakang! Coba kalau Arin ada di sini, berani nggak lu ngomong gitu? Pasti dimarahin sampai muncrat air liurnya!" tantang Arjuna, nada bercanda mulai terdengar.

 "Sudahlah, kalian harus lebih mendalami peran. Nggak mau kan ketua kita ngamuk lagi?" Celetuk Daffa.

Baskoro menguap lebar. "Ngantuk banget, gua balik kamar dulu, ya." Ia pergi meninggalkan mereka.

"Pak Bijak," Fahri meledek Daffa. "Arjuna, konsentrasi dong! Apa karena Wati, jadi grogi?"

"Asem banget lu, cuma bisa ngeledek!" Arjuna membalas, senyum mengembang di wajahnya. Ketegangan sirna, digantikan oleh gelak tawa.

Tiba-tiba, Queen muncul dari belakang, merangkul bahu Fahri dan Arjuna. "Woy! Jangan asal ngomong! Junior pada lihatin, tau! Senior kok kayak bocah. Gimana ketua nggak ngamuk coba?"

Fahri dan Arjuna mencoba melepaskan diri dari pelukan Queen yang kuat, namun Queen malah semakin mengeratkan pelukannya, membuat mereka tertawa geli.

"Lepasin, Queen! Ntar Wati salah paham!" Arjuna meronta, "Ntar dikira gue suka sesama jenis!"

Queen melepaskan Fahri, lalu mencekik leher Arjuna sambil tertawa lepas. "Anjing! Lu kira gue cowok, hah?"

Tingkah konyol mereka sukses membuat semua orang di ruangan itu tertawa terbahak-bahak.Daffa menatap Queen, senyum tipis namun memesona terukir di bibirnya. Ia menggenggam skrip, matanya masih tertuju pada tingkah konyol Queen.

Fahri menepuk bahu Daffa. "Eh, lu senyum, Fa? Gue kira lu nggak bisa senyum!"

"Liat siapa sih, lu?" tanya Fahri, penasaran.

Pandangan Daffa tertuju pada Queen, dan di sampingnya, Wati. Fahri mengikuti arah pandang Daffa.

"Wati, ya? Senyumnya emang manis banget, sih!" Fahri mengagumi Wati, matanya berbinar.

"Wati kira-kira suka nggak ya sama gue, Fa?" tanya Fahri, raut wajahnya penuh harap, matanya berbinar-binar.

Daffa hanya tersenyum tipis, lalu berlalu meninggalkan Fahri yang ternganga karena diabaikan. Bahunya sedikit bergetar menahan tawa.

"Daffa! Sialan lu! Lu nggak terima, ya?!" teriak Fahri, mengejar Daffa sambil melangkah cepat, tangannya mengepal karena kesal.

 Wajahnya memerah menahan amarah, namun sorot matanya tetap menunjukkan sedikit rasa geli.

"Sialan! Gue diacuhkan Daffa!" geram Fahri, wajahnya menunjukkan campuran antara kesal dan sedikit konyol. Ia mengacak rambutnya frustrasi.

 

1
✎ (❁ᴗ͈ˬᴗ͈)༉
thanks thor
✎ (❁ᴗ͈ˬᴗ͈)༉
menarik, langsung masuk keranjang krn saya suka horror
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
TAMAT... Itulah akibatnya, karena sudah berani bersekutu dengan yg gelap
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
semoga mereka bisa segera ditemukan, baik dalam keadaan hidup atau meninggal sekalipun..
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
hehh.. udah berani main sosor²an ya kalian/Curse/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
awas kena prank lagi kamu, Queen😄
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
makanya Fa, kalo suka itu ngomong. jangan dipendem mulu, malah keduluan setan kan/Facepalm/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
sepertinya semua itu belum selesai🤔
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
ternyata kesengsaraan mereka belum selesai😔
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
seriusan itu Queen di prank setan😳
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
lah kemana si Daffa?
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
haishh.../Facepalm/
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
ternyata ini semua ulah Arin? ya ampun... udah gila kayaknya tu orang
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
apa yg Arin rahasiakan?
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
si Juna emang mata keranjang, gada curiganya sama sekali dia sama cewek itu
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
sebenarnya ada apa dengan mereka🤔
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
cape juga lari²
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
kenapa gak si Arin aja tuh yg dibawa demit
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
lah kok bisa gitu, ada apa dengan Wati sebenarnya?
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
egois banget si Arin, terus kalo posisinya dibalik, emang dia mau dipulangkan dalam keadaan seperti itu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!