Clarissa Atmaja yang baru kembali dari studinya disambut dengan tanggal pernikahan untuk menikahi laki-laki yang sudah menjadi tunangannya, laki-laki pilihan papanya. Namun, saat kembalinya ia dipertemukan dengan laki-laki yang menggetarkan hatinya, dan membuatnya jatuh cinta.
Angga yang dulunya pria yang hangat, berubah jadi dingin dan tak ingin lagi mengenal dengan yang namanya perempuan karena sakit hati dengan perempuan masa lalunya. Sehingga, membuat orang-orang berpikir dan menganggapnya laki-laki yang tidak normal atau tidak menyukai perempuan. Tetapi, Rissa bertekad untuk mengejar cintanya, dan menaklukkan laki-laki yang ia sukai. Tidak peduli dengan statusnya yang sudah bertunangan, dan tentang isu mengenai laki-laki yang ia sukai.
Mampukah Rissa menaklukkan hati Angga Wijaya atau ia akan menikahi laki-laki pilihan papanya yang sudah menjadi tunangannya?
oh ya kak jika berkenan follow Instagram aku mamika759
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serius yah!
Satu jam kemudian, Angga tiba kembali ke kantornya. Sebenarnya, ia ingin menemani mamanya di rumah, karena ia sudah terlanjur meminta Rafi membatalkan semua janjinya. Namun, niatnya ia urungkan, karena orang tuanya kembali membahas tentang pernikahannya.
"Ngga, Lo udah kembali?" ucap Rafi saat melihat Angga yang baru keluar dari dalam lift. Angga hanya menautkan alisnya.
"Gimana keadaannya Tante Herti? Tante sakit apa?" tanya Rafi.
"Mami udah mendingan. Mami tadi terpeleset di kamar Mandi. Jadi, tensinya naik," jelas Angga.
"Oh.. ya Ngga, janji Lo hari ini, udah gue batalin semua," ucap Rafi mengingatkan Angga kembali.
"Ya, nggak apa-apa," jawab Angga.
"Fi, gue masuk dulu!" ucap Angga dan berlalu berjalan menuju ruangannya. Angga masuk ke dalam ruangannya. Ia membuka jasnya, dan menggantungkannya. Angga segera duduk di kursinya, ia mengendorkan jasnya, dan membuka satu kancing kemeja atasnya. Ia merasa tercekat.
Angga menghela nafas panjang, ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia memikirkan ucapan orang tuanya yang menyuruhnya untuk menikah.
"Dia udah kembali," ucap Rissa saat melihat Angga yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
"Dia dari mana yah? Wajahnya kusut kayak gitu," gumam Rissa melihat dari kejauhan wajah Angga. Rissa pun kembali memeriksa laporan yang diberikan Rafi pagi tadi padanya.
*
Jam pulang kerja pun tiba, Rissa merapikan meja kerjanya, sebelum ia meninggalkan ruangannya. Rissa pun ke luar dari ruangannya.
"Pak," sapa Rissa tersenyum, ketika ia berpapasan dengan Angga yang baru juga keluar dari ruangannya. Angga yang di sapa hanya diam tanpa menanggapi sapaan Rissa. Rissa ternganga, melihat Angga yang mengabaikan dirinya.
Sombong amat jadi orang! Apa emang benar yang dikatakan Anggun sama Melly.
Geram Rissa, melihat Angga yang tidak menjawab sapaannya, apalagi melirik dirinya.
Apa pakaian gue nggak seksi. Oke! Besok kita rubah style.
Rissa melirik penampilannya yang semuanya tertutup.
Angga pun berjalan, dan masuk ke dalam lift khusus untuk dirinya. Begitu pun Rissa ia masih menunggu lift khusus untuk karyawan terbuka.
"Rissa...." panggil Rafi yang sedang menahan tombol lift di mana Angga ada di dalamnya, agar tidak tertutup. Rissa menoleh, dan tersenyum ke arah Rafi.
"Iya Pak," sahut Rissa.
"Naik lift ini aja!" ajak Rafi pada Rissa. Rissa melirik ke arah Angga yang sedari tadi diam.
Rafi melirik melihat Angga yang sedang menatapnya dengan tajam, "Sorry Ngga, gue kasihan sama dia sendirian di sini nunggu lift terbuka," ucap Rafi, karena di lantai mereka hanya ada ruangan mereka bertiga. Angga menghela nafas, ia tak menanggapi pertanyaan Rafi.
"Ayo Ris," Rafi melirikkan matanya pada Rissa untuk segera masuk ke dalam lift mereka.
Rissa pun segera berjalan masuk ke dalam lift yang sudah ada Angga dan Rafi menunggunya di dalam.
Rissa membungkukkan sedikit kepalanya pada Angga, sebelum masuk ke dalam lift. Rissa pun berdiri di sudut lift.
"Ris.. lain kali, kamu naik lift ini aja, biar nggak kelamaan kamu nunggu," ucap Rafi pada Rissa.
"Iya Pak," jawab Rissa.
"Iya Ngga, biar dia lebih cepat sampai ke ruangan, dan ngga desak-desakan sama karyawan yang lain," ucap Rafi pada Angga, karena ia sudah lancang menyuruh Rissa untuk menggunakan lift khusus untuk petinggi perusahaan.
Dert.. dert....
Ponsel Rissa berbunyi, ia pun merogoh ponselnya yang ia taruh di dalam tasnya. Ia melihat nama salah satu sahabatnya yang tertera di layar ponselnya.
"Iya Hallo," ucap Rissa berbisik, menjawab sambungan teleponnya.
"...."
"Ya udah nggak apa-apa, gue naik taksi aja," ucap Rissa pada Anggun. Yah, Anggun tidak jadi menjemput Rissa, karena Anggun lembur di tempat kerjanya.
"Kamu naik taksi?" tanya Rafi, setelah Rissa mematikan ponselnya.
"Iya Pak," jawab Rissa.
"Kamu pulang ke mana?" tanya Rafi.
"Apartemen Xxxx," jawab Rissa.
"Yang di jalan Jendral Sudirman?" tanya Rafi.
Rissa menganggukkan kepalanya sambil menjawab, "Iya."
"Ngga...." Angga memutar lehernya menoleh, dan menautkan alisnya melihat Rafi.
"Rumah Lo, kan searah dengan apartemen Rissa," ujar Rafi pada Angga.
Angga menautkan alisnya, yang tidak mengerti maksud dari ucapan saudara sepupunya itu.
"Ehem.. Lo ajak bareng sama Lo aja, pulangnya," ucap Rafi ragu. Ia sengaja ingin mendekatkan Rissa pada Angga. Ia juga pusing di desak Tante, dan juga Om nya, orang tua Angga untuk mencarikan Angga pendamping.
Rissa yang mendengar ucapan Rafi, membulatkan matanya, ia lalu melirik ke arah Angga, ia memasang telinganya untuk mendengar jawaban dari Angga, apakah ia mau mengajaknya pulang atau menolaknya?.
Ting
Pintu lift terbuka, Angga keluar terlebih dulu tanpa menjawab ucapan Rafi. Rafi dan Rissa pun keluar dari dalam lift.
Rissa menghela nafas kecewa. lagi.. lagi ia pulang naik taksi.
Mereka berdua pun berjalan keluar lobby. Beberapa pasang mata karyawan yang masih berada di sana melihat mereka bertiga yang berjalan keluar kantor. Ada yang mengaggumi kecantikan Rissa, ada juga yang mencibir Rissa yang ingin mendekati bos-nya.
Setibanya di luar lobby, Angga berjalan menuju mobil sport-nya yang terparkir di depan.
"Ngga...." panggil Rafi. Rafi menautkan alisnya, sambil memberikan kode untuk mengantarkan Rissa yang masih berjalan di belakangnya. Yah, walaupun Rafi, adalah bawahannya, tapi Angga menghormati sepupunya itu, dan ia juga selalu mendengarkan ucapan sepupunya.
Angga menghela nafas. Ia tahu maksud kode yang diberikan sepupunya itu. Ia pun membuka pintu mobilnya, dan masuk ke dalam mobilnya.
Rafi berbalik ke arah Rissa, "Ris, buruan masuk ke dalam! Kamu sudah ditunggu Angga," ucap Rafi sambil menunjuk jari telunjuknya ke arah mobil Angga yang mesinnya telah menyala.
Rissa tercengang, "Nggak usah Pak, saya bisa pulang naik taksi," tolak Rissa berbasa-basi.
"Kamu masuk aja. Entar dia marah, kelamaan nunggu," ucap Rafi.
"Beneran Pak, nggak apa-apa?" tanya Rissa pada Rafi.
"Sudah kamu masuk sana!" perintah Rafi pada Rissa.
Okelah, kalau begitu, ucap Rissa dan tersenyum dalam hati. Ia tak menyiakan kesempatan yang telah diberikan Tuhan padanya.
Ia pun berjalan melenggang ke arah mobil Angga yang sudah menunggunya. Rissa membuka pintu mobilnya, dan masuk ke dalam mobil.
"Terima kasih, Pak, sudah memberi saya tumpangan," ucap Rissa setelah ia memasang seatbeltnya. Tanpa menjawab Angga langsung melajukan mobilnya.
Rissa menghela nafas, melihat Angga yang tak merespon ucapannya. Angga terus fokus mengemudikan mobilnya.
"Ehem...." Rissa berdehem, ia merasa menyesal ikut ke dalam mobil Angga, karena Angga sama sekali tak meliriknya atau pun mengajaknya mengobrol.
Hening
Hening
"Di mana alamat kamu?" tanya Angga memecah keheningan. Rissa yang melihat jalanan, dari kaca jendela, melirik ke arah Angga.
"Apartemen Xxxx, Pak," jawab Rissa.
Tak lama mobil Angga sampai di depan apartemen tempat Rissa tinggalin. Angga menurunkan Rissa di depan apartemen.
"Terima kasih, sudah mengantar saya," ucap Rissa sebelum ia keluar dari mobil Angga. Angga menjawab dengan deheman.
"Bapak Nggak mau masuk dulu," ucap Rissa berbasa-basi. Ia juga tahu jawaban Angga pasti hanya deheman.
"Terima kasih, lain waktu saja saya mampir," jawab Angga berbasa-basi.
"Serius yah, lain waktu mampir," ucap Rissa pada Angga, tapi hanya bisa ia katakan dalam hati.
"Iya Pak, kalau begitu saya permisi," ucap Rissa. Rissa pun turun dari mobil Angga.