Ardina Larasati, sosok gadis cantik yang menjadi kembang desa di kampung Pesisir. Kecantikannya membuat seorang Regi Sunandar yang merupakan anak pengepul ikan di kampung itu jatuh hati dengannya.
Pada suatu hari mereka berdua menjalin cinta hingga kebablasan, Ardina hamil, namun bukannya tanggung jawab Regi malah kabur ke kota.
Hingga pada akhirnya sahabat kecil Ardina yang bernama Hakim menawarkan diri untuk menikahi dan menerima Ardina apa adanya.
Pernikahan mereka berlangsung hingga 9 tahun, namun di usia yang terbilang cukup lama Hakim berkhianat, dan memutuskan untuk pergi dari kehidupan Ardina, dan hal itu benar-benar membuat Ardina mengalami gangguan mental, hingga membuat sang anak yang waktu itu berusia 12 tahun harus merawat dirinya yang setiap hari nyaris bertindak di luar kendali.
Mampukah anak sekecil Dona menjaga dan merawat ibunya?
Nantikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
FLASHBACK
Beberapa tahun silam…
Seorang gadis berseragam SMA melangkah di sepanjang tepian kampung pesisir. Tas di punggungnya sudah lusuh, rambutnya terikat sederhana, dan wajahnya alami tanpa riasan.
Namun kecantikannya tidak pernah membutuhkan polesan, ya dialah Ardina Larasati, seorang gadis yang terkenal akan kecantikannya di kampung ini, bahkan di sebut-sebut dia kembang desanya kampung Pesisir.
Langkahnya ringan, matanya menatap laut yang membiru diterpa matahari sore. Gadis itu sering berhenti sebentar hanya untuk menghirup udara asin sambil memandangi kapal nelayan pulang membawa ikan.
Dari teras gudang ikan terbesar di kampung itu, seorang lelaki memperhatikannya dengan mata tak berkedip.
Ia Regi Sunandar.Anak juragan pengepul ikan terkaya di pesisir.
Masih mahasiswa semester awal, kerap pulang kampung setiap akhir pekan. Tubuhnya tinggi, rautnya tampan, selalu dikelilingi sekutu dan pujian.
Namun hari itu… pandangannya hanya terpaku pada satu sosok.Gadis SMA yang berjalan sendirian.
Sejak hari itu, Regi mulai mencari-cari alasan untuk lewat jalur yang sama.
Kadang ia menyapa.
“Hei… kamu Ardina ya?”
Ardina menoleh kikuk.
“Iya…”
“Aku sering lihat kamu pulang sekolah sendirian.”
Senyum Regi membuat pipinya merona. Tak ada yang pernah menyapanya seperti itu sebelumnya.
Hari demi hari berlalu, pertemuan mereka makin sering.
Regi mengantar Ardina pulang, membelikan es kelapa, mengajaknya duduk memandangi laut.
Bagi Ardina, Regi terasa seperti mimpi.
Seorang lelaki terpandang menginginkan gadis biasa seperti dirinya.
Ia mulai percaya…bahwa ia dicintai, ia di sayangi dan di jaga oleh lelaki yang memiliki tatapan elang itu.
☘️☘️☘️☘️☘️
Kisah Cinta Yang Disembunyikan.
Lambat lain mereka menjalin hubungan diam-diam, keduanya sama-sama saling cinta, namun hubungan mereka tak pernah diumumkan terang-terangan
Regi takut keluarga besarnya menentang gadis miskin tanpa status seperti Ardina.
“Sabarlah… kita sembunyi dulu,” kata Regi suatu sore.
Ardina menurut.l, karena cinta selalu membuat orang rela mengalah, mereka bertemu diam-diam, berbagi tawa di pantai sepi, berbagi mimpi tentang masa depan.
“Kuliahku selesai… aku mau nikahin kamu,” ucap Regi.
Kata-kata itu tertanam dalam hati Ardina.Ia percaya sepenuhnya, dan hatinya sangat bahagia, ternyata apa yang selama ini ia impikan sebentar lagi akan terlaksana.
"Apa itu benar?" tanya Ardina.
"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku," sahut Regi dengan tegas.
Sampai suatu malam… semuanya berubah, dimana malam itu menjadi titik awal kehancuran Ardina sebagai seorang gadis, ia begitu per Aya dengan rauam regi, hingga pada malam itu keduanya saling melakukan hubungan terlarang itu.
☘️☘️☘️☘️
KEHAMILAN
Beberapa minggu setelah malam itu, Ardina mulai merasa pusing, muntah hampir tiap pagi, bahkan dirinya tidak mau menyentuh nasi sama sekali, tanpa sengaja, paman Ardina mengajaknya periksa ke salah satu bidan setempat. Dan hasil pemeriksaan sederhana memastikan satu hal.
Ia hamil. Sang paman kecewa ia pun marah dan menyuruh Ardina untuk menuntut keadilan terhadap seseorang yang sudah membuat keponakannya itu berbadan dua.
"Dina, kau harus lakukan sesuatu, dengan meminta pertanggung jawaban terhadap pria yang sudah membuatmu berbadan dua," ujar pamannya itu sedikit menahan rasa kecewa.
☘️☘️☘️☘️
Keesokan harinya langit nampak mendung sinar matahari bersembunyi di balik Awan, di tepi pantai ini, Ardina melangkah menemui sang kekasih, tangannya gemetar saat memberi tahu Regi.
"Din tumben pagi-pagi seperti ini kau ngajak ketemuan," ucap Regi dengan wajah yang sumringah.
"Aku mau kasih tahu tentang suatu penting Mas," sahut Ardina.
"Sesuatu penting?"
Ardina mengangguk lalu mulai menunjukkan hasil tes urine nya. “Kita… kita bakal punya anak…”
Wajah Regi yang semula ceria langsung gelap. “Apa?”
“Kamu bercanda kan, Dina?”
Ardina menggeleng. “Aku nggak bercanda…”
Regi mundur setapak. “Gila kamu… aku masih kuliah! Aku belum siap jadi ayah!”
“Tapi kamu bilang…”
“Kita cari jalan keluar aja,” potong Regi ketus.
“Digugurkan. Itu yang paling masuk akal.”
Kalimat itu menghantam Ardina seperti ombak besar, tanpa sadar mata Ardina langsung berair. “Kamu mau bunuh anak kita?”
“Ini bukan soal mau atau nggak, Dina. Ini soal masa depan aku!” teriaknya.
Air mata Ardina semakin jatuh deras.“Kalau begitu… bagaimana denganku, kamu pikir menggugurkan kandungan itu hal yang mudah, ingat Regi kita sudah melakukan hal sejauh itu, susah semestinya kamu bertanggung jawab dengan apa yang terjadi kepada ku," ungkap Ardina.
"Tapi di sisi lain aku butuh masa depan yang cerah Din, aku tidak mau kita menikah di usia kita yang masih labil seperti ini, akan ada konflik pernikahan yang nantinya kita lewati, dan aku belum siap, apalagi keadaan aku yang belum mempunyai pekerjaan," sahut Regi.
"Terus kenapa kita melakukan hal yang di larang kalau ujungnya kamu seperti ini!" teriak Ardina.
Regi tak menjawab. Ia malah pergi meninggalkan Ardina sendirian di bawah gerimis.
Sejak hari itu… Regi tidak pernah kembali. Nomornya tak bisa dihubungi.
Ardina baru tahu kemudian bahwa Regi dipaksa orang tuanya pindah jauh untuk melanjutkan kuliah. Dan ia… dibiarkan menanggung segalanya sendiri.
☘️☘️☘️☘️
Kedatangan Hakim.
Saat kenyataan kehamilan mulai terlihat, bisik tetangga semakin kejam, hinaan datang bertubi-tubi, layaknya lagu sedih yang terdengar di pagi hari ataupun. Sore hari hal itu sebagai santapan jangan yang di rasakan oleh Ardina.
Suatu sore, Ardina menikmati udara di tengah-tengah hujatan para warga di tengah tangisnya di pinggir laut, seorang lelaki menghampirinya.
Namanya Hakim, pemuda sederhana yang sejak lama menaruh rasa pada Ardina.
“Aku dengar semuanya…”
Ardina tertunduk malu di saat lelaki itu menghampirinya. “Aku nggak minta dikasihani…”
Hakim menghela napas.“Kamu nggak sendirian kalau kamu mau…”
Ia menatap Ardina dengan mata jujur. “Aku mau nikahin kamu. Aku mau tanggung jawab… meski anak itu bukan darah dagingku.”
Ardina menolak.Namun Hakim tetap datang, tetap menawarkan perlindungan.
“Dina… setidaknya biar anak itu punya ayah.”
Dan demi menyelamatkan masa depan sang bayi…Ardina akhirnya menyerah.
Ia menikah dengan Hakim.
Mereka hidup sederhana, membesarkan Dona.
Hakim begitu menyayangi Dona, seolah anaknya sendiri.
Namun tekanan ekonomi, hinaan kampung, dan masa lalu yang terus menghantui membuat Hakim perlahan menjauh…
Sampai akhirnya, Ia pergi merantau meninggalkan Ardina dan Dona… tanpa ada firasat apapun, karena Hakim berjanji ingin mencari nafkah yang lebih layak di kota untuk masa depan putri kecil mereka.
Namun setelah beberapa tahun merantau Hakim tidak ada kabar, hingga tiba-tiba kabar itu datang dari keluarga Hakim yang menyampaikan maaf sebesar-besarnya terhadap Ardina, jika Hakim sudah tidak bisa lagi melanjutkan pernikahannya dengan Arsinta, karena di kota Hakim sudah menikah lagi dengan seorang wanita yang tengah mengandung anaknya.
Dari sinilah awak mental Ardina hancur dan tidak bisa menerima kenyataan pahit, hingga Dona lah yang harus menanggung semua ini.
semangat Regi pasti bisa menjalaninya