apa jadi nya semula hanya perjalan bisnis malah di gerebek paksa warga dan di nikahi dwngan ceo super galak???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fuji Jullystar07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 17
Damian terdiam. Matanya membulat, tak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut putrinya.
" sweetie " ucapnya pelan.
" Deddy bisa kasih apa pun yang kamu mau, tapi kecuali permintaan ini."
Gadis kecil itu mengernyit kebingungan terlihat jelas di wajahnya yang polos.
" Kenapa? Apa Deddy nggak sayang sama Bella? "
" Tentu Deddy sayang banget sama Bella." Damian menarik napas panjang, mencoba memilih kata yang tepat .
" Tapi manusia nggak bisa dibeli, sayang."
Bella mengerucutkan bibirnya, ekspresi wajahnya berubah kecewa.
" Tapi Deddy bilang akan kasih apa pun yang Bella minta. Jadi Deddy bohong? "
Damian mengusap wajahnya pelan.
" Kita nggak bisa seenaknya menjadikan orang asing sebagai mommy kamu Sweetie."
Wajah Bella langsung cemberut.
" Tapi Bella suka dia jadi mommy Bella "
gumamnya pelan.
Lalu matanya menyala penuh ide.
"Kalau nggak bisa dibeli, gimana kalau kita culik aja? "
Calista yang berdiri tak jauh dari mereka langsung membeku di tempat. "Apa?"
Ia tak menyangka kalimat itu keluar dari anak umur 5 tahun.
"Sayang, kita nggak boleh nyulik orang."
Damian bicara selembut mungkin, tapi nadanya tegas.
" Itu perbuatan yang salah."
Bella sudah mulai menangis. Tangisnya menggema hingga membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka.
Calista melangkah maju tak tega melihat Damian yang terlihat kewalahan.
" Biar aku yang gendong dia, " ucapnya pelan. Sebener Calista gak tau cara menenangkan anak kecil, tapi mungkin karna bella menyukai nya siapa tau tangisan nya reda ketika di gendong oleh nya.
Damian menatapnya sejenak, lalu mengangguk. " Terima kasih."
Calista meraih Bella dan menggendongnya walau Calista agak kewalahan karna berat, tapi gadis kecil itu masih terisak dalam pelukan Calista.
" Bella dengar Kakak, ya "
Tangis Bella tak kunjung reda. Napasnya tersengal,Calista dengan lembut, lalu membisikkan sesuatu.
" Bella dengerin Mommy, ya "
Tangis Bella seketika terhenti.
Damian menoleh cepat. " Mommy? " gumamnya, nyaris tak terdengar.
Calista terpaksa mau gimana lagi Bella tidak mau berhenti menangis, tapi Calista tetap tersenyum.
" Kakak nggak bisa jadi mommy kamu, Bella tapi, gimana kalau setiap weekend kita main bareng? "
Calista langsung menepuk bibir nya sendiri kenapa aku malah semakin terlibat.
Mata Bella yang sembab kembali berbinar "Beneran,promise ?"
Ucap nya sambil mengacungkan jari kelingking
Calista mengangguk dengan ragu
" Promise. "
Menautkan jari kelingking mereka. Tak lama Bella tertidur dengan tenang di pelukannya.
Damian menghela napas lega.
"Terima kasih,sudah menjaga anak saya, saya minta maaf Bella sudah merepotkan mu." Ucap Damian sambil mengambil alih mengendong Bella.
" Sama-sama,tidak masalah, tidak merepotkan ko " jawab Calista.
Damian menatap lama ke arah Calista,pikiran nya melayang jauh.
Baru pertama kali Damian melihat Bella bereaksi sehebat ini. Biasanya Bella sangat pendiam dan sangat tertutup pada orang asing tapi ketika bertemu dengan wanita ini. Bella ingin menjadikan nya ibu padahal selama ini Bella tidak pernah membahas mau punya ibu.
"Kita belum sempat berkenalan," ucap Damian. "Nama saya Damian Vaelstrom D’Aragon."
"Calista Jade Ellara."
Damian mengulang pelan. "Nama yang indah"
" Apa?"
"Ah nggak, maksudku "
Damian mengalihkan pandangan. "Kamu mau pulang ke mana? Biar saya antar."
Calista menggeleng pelan. " Tidak usah. Saya harus pergi ke suatu tempat."
Ia melangkah mundur. " Selamat tinggal, Tuan Damian. "
Damian hanya bisa memandang kepergiannya.
Saat ia hendak masuk ke dalam mobil, suara kecil memanggil lirih dari gendongannya.
"Deddy… kenapa Mommy pergi?"
Damian menatap wajah anaknya, lalu tersenyum samar.
" Kita harus pelan-pelan kalau mau dapetin Mommy, Sweetie."
________
Di lain tempat lain, Arsenio berlari menuruni lorong rumah sakit, napasnya tercekat dan langkahnya terburu-buru.
Setiap sudut ruangan dipenuhi dengan kesibukan tenaga medis dan banyak para pasien yang berlalu lalang.
Zurich Medical Center adalah sebuah rumah sakit ini dikenal dengan fasilitas medis tercanggih yang bisa memperpanjang hidup pasien dalam kondisi kritis.
Namun, biaya yang harga nya selangit seakan tak berarti apa-apa lagi bagi Arsenio. Yang ia butuhkan sekarang hanya satu yaitu keajaiban yang bisa menyelamatkan Andrian zain Sanjaya adik satu-satunya.
Andrian sudah bertahan selama dua puluh tahun melawan Cystinosis, penyakit langka yang tak kenal ampun.
Namun hari ini, meskipun semua upaya medis terbaik telah dilakukan, Arsenio merasa harapan itu semakin memudar.
Ketika ia sampai di depan pintu ruang ICU, jantungnya seakan berhenti sejenak.
Dari balik kaca, ia melihat Andrian terbaring lemah.
Tubuhnya terhubung dengan berbagai alat medis,selang oksigen yang terpasang di hidung, monitor detak jantung yang berdering lirih, dan infus yang meneteskan cairan untuk menopang tubuh yang semakin tak berdaya.
Andrian wajahnya pucat, matanya terpejam rapat, dan tubuhnya terkulai tak berdaya. Namun, ada gerakan kecil di tangannya, seolah ingin meraih sesuatu.
Arsenio mendekat, tangannya gemetar saat menarik kursi dan duduk di sisi ranjang adiknya.
Setiap helaan napas terasa begitu berat. Ia menatap Andrian dengan cemas, walau dulu ia membenci andrian nyatanya rasa sayang nya tak pernah bisa hilang sepenuhnya.
" Andrian, aku tau kamu kuat, kamu pasti bisa bertahan." Arsenio selalu berdoa ke pada Tuhan agar Andrian agar adiknya bisa sembuh dan memiliki kehidupan yang normal dan bebas dari rasa sakit.
Esok harinya.
Arsenio terbangun dengan cahaya matahari menyilaukan mata, ia tersentak ketika melihat adik nya sudah terbangun.
Ia hendak memanggil dokter tapi tangan Andrian menahanya.
" Kak, gak usah, tadi pagi dokter udah periksa aku."
" Gimana ada yang sakit atau ada yang nggak nyaman"
" Aku baik baik aja ka, Btw, kakak sudah ketemu dengan cinta pertama kakak "
"Iya aku ketemu dan kami sudah menikah "
" Aku ikut bahagia dengar nya seperti yang kaka bagikan di vidio call, istri kakak sangat cantik, gak heran kakak susah melupakan dia "
" Ya dia sangat cantik, kadang lucu kalau ngambek, aku suka kehebohan nya "
Andrian tertawa kecil lalu terbatuk hebat.
Arsenio panik dan segera memencet tombol darurat.
Para dokter berdatangan dan menyuruh Arsenio keluar. Ia menatap di balik kaca dengan cemas.
Arsenio hanya bisa menundukan kepalanya duduk di kursi tunggu dan terus berdoa meminta keselamatan untuk adik nya.
Ia tak mempedulikan lagi dengan penampilan nya,yang berantakan, yang ia pikirkan sekarang semoga adik selamat.
Suara sepatu high heels mengema di lorong.
Yang sepi seorang gadi cantik berambut merah dengan dress merah mencolok datang menghampiri Arsenio.
" Arsen " Panggilnya lembut.
Ia langsung memeluk tapi di tangkis
" Arsen aku datang kesini untuk menghibur mu, aku tau kamu pasti sangat sedih mendengar adik mu drop lagi? " Ucap gadis bernama Marianna Liora velmor.
" Anna aku sedang tidak ingin di ganggu " Ujarnya pelan.
" Aku gak lagi ganggu kamu Sen, aku tahu kamu sedang sedih,aku hanya mau temani kamu " Tanpa izin. Ia kembali memeluk Arsenio, kali ini ia tak menolak.
Ia memang membutuhkan seseorang untuk jadi tempat bersandarnya.