NovelToon NovelToon
CINTA SANG PEMBURU

CINTA SANG PEMBURU

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Spiritual / Matabatin / Anak Lelaki/Pria Miskin / Mengubah Takdir
Popularitas:861
Nilai: 5
Nama Author: Hendriyan Sunandar

Mengisahkan perjalanan hidup seorang pemuda di jaman dahulu untuk meraih cinta dan menjungjung tinggi martabat seorang ibu. hidup sebagai seorang pemburu untuk menghidupi sekaligus menjadi tulang punggung dan terpaksa melewati bermacam rintangan demi mendapatkan hati seorang wanita yang di cintainya. serta calon mertua yang tak setuju karena memiliki latar belakang yang bertentangan. serta ikut campur bangsa dari dunia lain yang tak kasat mata yang menyulitkan mewujudkan impiannya. simak keseruan kisahnya di setiap babnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendriyan Sunandar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Seketika Tumang merasa kesal pada Ustad Somad dan mang Darman. Terlebih obrolan kedua orang di hadapanya itu menyebut nyebut nama ibunya. Sekalipun dirinya sedikit paham ke mana arah obrolan Ustad Somad dan mang Darman, namun Tumang tetap penasaran dan harus mendengar langsung dari mang Darman ataupun Ustad Somad.

Menanggapi sikap Tumang seperti itu, tentu saja Ustad Somad pun seperti terkejut. Dirinya seperti baru menyadari jika sejak tadi keduanya membicarakan Tumang namun tidak meminta pendapat bahkan bertanya apakah Tumang bersedia mengikuti saran mang Darman itu.

"begini Tumang. Dengarkan bapak baik baik ya. seperti yang kau ketahui bahkan mungkin kau rasakan selama ini. Kau tau kan mang Darman ini sudah menganggapmu seperti anak sendiri. Selain mang Darman memang tak memiliki seorang anak, kau juga mengingatkan kami pada sobat kami Mang. Kau taukan siapa orang yang bapak maksud itu?

alm bapakmu mang. Pak Atmaja.

Melihat dari gelagatmu, sepertinya kau belum tau atau kau tak ingat ya siapa bapak mu itu?

 Ya, maklumlah waktu itu kau masih kecil Mang. mungkin kau hanya tau dari sudut pandangmu saja. Apalagi Emak mu selama ini tak pernah menceritakan siapa sebenarnya bapak mu itu. ia kan?"

Kata dan pertanyaan itu yang menjadi pembuka obrolan Ustad Somad pada Tumang. Sehingga Tumang pun yang mendengarnya lumayan terkejut dan ingin mengetahui lebih jelas siapa alm bapak nya itu. Telebih jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Tumang ingin tau siapa penyebab kematian bapaknya itu.

tak lama setelahnya Ustad Somad pun melanjutkan ceritanya.

Di mana seperti yang di jelaskan sebelumnya bersama mang Darman. Jika alm Ayah Tumang yaitu pak Atmaja, adalah murid utama Eyang Kasim. bertahun tahun lamanya pak Atmaja berguru dan hampir tuntas menimba ilmu pada sosok kiyai itu. Sebelum pada akhirnya murid Eyang Kasim bertambah setelah kedatangan Ustad Somad, mang Darman, dan tiga murid lainnya. yang hanya baru sempat belajar ilmu ilmu dasar saja. Terlebih mang Darman yang hanya baru ikut selama beberapa hari dan sedikit punya sifat bengal. Sehigga pantas saja jika saat ini, setelah memasuki masa tua, mang Darman tampak berbeda dengan Ustad Somad yang sedikitnya di pandang dan di anggap salah satu orang berpengaruh di kampungnya.

Sehingga atas alasan dan penjelasan itu, tak heran jika Tumang anak tunggal dari pak Atmaja, lebih pantas meneruskan perjuangan ayahnya yang belum terlaksana itu. Selain mengalir darah turunan seorang pemberani yang jelas jelas terlihat dari sifat dan sikap di keseharian Tumang, Tumang juga setidaknya sempat di ajari ilmu dasar atau setidaknya adab dan tata krama serta cara bersosialisasi yang baik oleh pak Atmaja.

Sehingga pantas saja ketika memasuki usia dewasa, sikap dan adab santun Tumang lebih mencolok dari pada teman seusianya.

Tumang di kenal selalu bersikap sopan pada orang tua atau yang usianya jauh di atasnya. Pada orang yang lebih muda saja, Tumang selalu bisa menghargai.

Dan sifat sifat itu sama persis dengan alm pak Atmaja. Adapun mak Eha seperti tak suka jika Tumang terlalu sering belajar mengaji dengan Ustad Somad, tak lain itu di karenakan rasa takut setelah peristiwa penggorokan alm pak Atmaja di malam itu.

Di mana mak Eha yang pada dasarnya terbilang masih dangkal ilmu dan pemahaman ketika itu, dirinya menganggap jika orang yang banyak ilmu dan berpengaruh di lingkungannya, akan menjadi target sasaran gerombolan untuk di culik lalu di eksekusi mati.

Belum lagi usai masa gerombolan di nyatakan usai, kabar ketar ketir pun lagi lagi di dengar warga bahkan meluas sampai tingkat global bumi pertiwi tanah air Indonesia.

dimana kabar setelah orde baru, sebuah operasi dari pihak pemerintah yang di pimpin Presiden soeharto kala itu, atau yang di kenal dengan nama 'Petrus' (Penembakan Misterius), di kabarkan mulai merambat dan mulai terjadi sampai ke tanah pasundan.

Beberapa orang yang di anggap pembuat rusuh atau bersipat premanisme, mereka akan di culik lalu di tembak mati dan mayatnya di buang begitu saja bahkan sampai ada yang di buang di tempat umum.

Tentu saja berdasarkan beberapa kehawatiran itu, mak Eha pun merasa takut jika anaknya suatu saat nanti menjadi orang berpengaruh yang tanpa saja mampu menggerakan masa namun tak sejalan dengan kemauan pihak pemerintah. bahkan dengan kumpulan Tentara Islam Indonesia atau yang di kenal dengan sebutan Gerombolan.

Begitu kira kira yang di hawatirkan mak Eha karena ketidak tahuan cara menyingkapi permasalahan dan kemajuan jaman yang di paparkan Ustad Somad pada Tumang ketika itu.

"tapikan sekarang bangsa indonesia sudah aman Tad. gerombolan sudah tidak ada lagi. Bahkan alhamdulilah Petrus itu tak pernah terjadi di tempat ini. Kenapa mak Eha masih harus cemas ?

bukannya seharusnya bangga kalau anaknya menjadi orang ahli agama atau orang pintar yang bisa menolong pada sesama?"

Setelahnya mang Darman pun yang juga menyimak dengan saksama ucapan Ustad Somad ketika itu, dirinya bertanya pada Ustad Somad. dan pertanyaan itu sekaligus mewakili Tumang yang juga merasa heran pada sikap mak Eha selama ini.

"tidak Mang. Secara umum memang ia kita sudah aman. bahkan sudah di nyatakan merdeka jauh jauh hari. Tapi sejatinya belum Mang. Kita harus masih tetap berjuang sampai akhir hayat kita. Hanya saja yang di maksud berjuang di sini sedikit berbeda Mang. Kita tak harus lagi berjuang menggunakan bambu runcing seperti yang di lakukan para pahlawan terdahulu. Melainkan kita harus mengisi dan mempertahankan kemerdekaan yang sudah kita raih. Beberapa di antaranya, anak anak kita harus belajar ilmu pendidikan dengan cara bersekolah, belajar mengaji sampai paham ilmu agama sampai ke bijinya, berbuat baik dan saling menolong pada sesama, dan lain sebagainya.

 ya... intinya kita semua harus pintar Mang dalam bidang apapun. Bertani, berdagang, bisnis, kalo perlu sampai tingkat antar negara. Coba kalian bayangkan kalo bangsa kita orang orangnya bodoh? masih banyak yang tidak bisa membaca dan menulis misalnya. Sudah tentu kita akan di manfaakan bangsa lain Mang. Makannya tetaplah berjuang sampai titik darah penghabisan. cari ilmu yang bermanfaat sebanyak banyaknya. Terutama ilmu Agama untuk bekal kau setelah punya keluarga nanti. InsyaAllah, jika agamamu baik, maka hidup dan keluargamu kela baik pula. Kau paham kan Tumang maksud bapak? "

Ujar Ustad Somad berbicara panjang lebar memberikan pandangan. Terutama pada Tumang yang di anggap bibit muda dan langkahnya masih panjang serta menjadi harapan orang tua dan warga di sekitarnya.

Mendengar untaian wejangan seperti itu dari Ustad Somad, tentu saja Tumang di buat tercengang. Selain dirinya baru tau siapa sosok ayahnya selama ini, tanpa sadar Tumang semakin tertarik akan pentingnya ilmu pengetahuan demi menunjang kehidupan saat ini dan kehidupan di kemudian hari.

Selain dari pada itu, Tumang juga tak kalah merasa takjub dari sisi cerita di luar akal sehat yang di ceritakan Ustad Somad. Tentang sorban yang di kabarkan sudah menjadi pelantara selamatnya bapaknya dan kedua orang di hadapannya itu.

Tentu saja dengan cerita itu, sosok Eyang Kasim atau Kiyai Kasim itu bukanlah orang sembarangan. Selain ilmu umum yang sifatnya bisa di terima alal logika, tentu ilmu kebatinan pun beliau miliki.

Tak heran setelah mendengar cerita itu pada akhirnya Tumang sedikit berandai andai. Jika saja saat ini dirinya menjadi orang yang di maksud Ustad Somad itu, tentu dirinya akan lebih mudah mengatasi permasalahan yang kini mulai berbelit dengan sisi tak kasat mata seperti halnya sosok pocong dan sakitnya bik Iroh.

1
Akbar Aulia
setan silemin iku opo thor
Hendriyan Sunandar: ya itu ka. semacam siluman dan sebangsanya. atau mhluk tak kasat mata.
total 1 replies
Hendriyan Sunandar
amin. terima kasih atas apresiasinya. semoga menghibur dan ada sedikit sedikit hikmah yang bisa di petik dari kisah ini.
Mắm tôm
dahsyat ttg cerita ini, semoga terus sukses author!
Hendriyan Sunandar: amin ya Allah. terima kasih ka. semoga bisa menghibur dan kiranya bisa bantu promokan cerita ini ya. semoga Allah melimpahkan rejeqi yg barokah pada kk. amin
total 1 replies
Rowan
Aku udah ngebayangin situasi karakter-karakter disini ke kehidupan nyata, bisa ngeri ngeri sedap gitu loh!
Hendriyan Sunandar: terima kasih ka sudah berkenan singgah. semoga terhibur dan ada kimha yang bisa di petik di dalamnya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!