Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Buta
Di pagi hari yang cerah, seperti biasa keluarga Winston berkumpul di meja makan. Suasana hari ini cukup aneh bagi Anna, karena Diana terlihat meruntuhkan tembok tinggi di antara mereka.
"Terima kasih Anna." akhirnya setelah sekian waktu Diana mengajaknya bicara. "Bibi belum mengucapkan terima kasih padamu sejak hari itu. Bibi merasa sangat berhutang budi padamu." ucap Diana lembut. Memang sebenarnya Diana adalah wanita yang baik dan ramah kepada semua orang. Tetapi karena perginya Laura, Diana sangat marah, sehingga ia hanya bisa melampiaskan kemarahannya pada Anna.
Anna mengangguk, meski sebenarnya dalam hati ia jengkel. Begitu mudahnya hati manusia dibolak-balikkan hanya karena satu perbuatan saja.
"Sama-sama Bibi." jawabnya singkat disertai senyum tulus.
"Pamanmu sudah cerita banyak tentangmu. Jujur saja Bibi salut padamu. Kau gadis yang kuat, cerdas dan berpendirian." Mulut wanita itu begitu manis melontarkan pujian padanya. Padahal beberapa waktu lalu, Diana bahkan tidak memandangnya.
"Oh ya, Bibi dengar kau akan membantu pembangunan panti asuhan Bakti Raja. Sebenarnya Bibi juga aktif dalam organisasi amal, kalau kau mau, kita bisa bekerja sama." tawar Diana. Hal itu membuat Anna tertarik. Proposal yang diajukan beberapa waktu lalu sampai sekarang belum mencapai titik terang. Tidak ada yang tertarik dengan panti asuhan kecil tersebut.
"Terima kasih Bibi. Sebenarnya saya juga butuh sedikit bantuan. Kalau Bibi sedang senggang kita bisa berdiskusi." jawabnya.
"Tentu."
Tangan Anna ditarik secara paksa ketika dia hampir membuka pintu kamarnya. Karena hentakan yang keras, tubuhnya terhantam ke sebuah tubuh yang terasa pejal dan kokoh. Aroma maskulin yang kuat memenuhi indra penciumannya. Anna mendongak, melihat seseorang yang telah menariknya.
Leon. Entah kenapa pria itu muncul di hadapannya. Selama ini keduanya saling menghindar dan enggan melakukan kontak mata.
"Ada apa?" tangannya masih dalam genggaman Leon, terasa ketat dan sakit.
"Aku tidak tahu harus menyebutmu apa. Tidak tahu malu atau tidak tahu diri." ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Leon, menembus ulu hati Anna.
"Maksudmu apa?" Anna berusaha menarik tangannya, tapi tangan kokoh Leon tidak membiarkannya.
Leon tersenyum sinis, merendahkan Anna dengan tatapan tajamnya. Siapa pun yang mendapat sorotan mata itu pasti akan merinding dan tidak berani menatapnya. Tapi Anna sebaliknya, ia melayangkan tatapan yang sama.
"Apakah kau tahu kenapa kau bisa ada di rumah ini sekarang? Itu semua karena Laura. Seharusnya Laura yang tinggal di rumah ini bukan dirimu! Jadi lebih baik kau diam saja di kamarmu, tidak usah susah payah mencari perhatian ayah dan ibuku." Leon sangat marah. Melihat Anna mulai dekat dengan Baron dan Diana, Leon tidak terima dan takut Anna akan menyingkirkan Laura dari hati mereka.
"Sejak awal dan seterusnya hanya Laura yang berhak menjadi menantu rumah ini, bukan kau anak haram!" mulut Leon tidak bisa dikendalikan ketika menyangkut Laura. Sejak datang ke rumah ini, Anna terlihat kuat dan percaya diri. Padahal sebelumnya Anna selalu murung dan berada di bawah kendali Laura.
Leon memperhatikan wajah Anna, menunggu gadis itu meneteskan air matanya. Tetapi dia salah, Anna tidak sudi melakukannya meski hatinya dihujam kalimat menyakitkan itu.
Anna justru tersenyum remeh seraya berkata, "Apakah kau pikir aku sudi tinggal di rumah ini? Jangan berpikir terlalu tinggi. Aku tidak sudi, bahkan menikah denganmu hanya karena terpaksa." Anna menarik tangannya dari genggaman Baron dengan sekuat tenaga. "Lepaskan, jangan menyentuhku!"
"Ya, memang Kak Laura yang pantas menjadi menantu di rumah ini. Tapi mana? Dimana Kak Laura sekarang?" tersenyum remeh, "Hah, bahkan kau tidak tahu dia dimana. Dia malah meninggalkanmu." Anna seolah mengasihani Leon dengan tatapan itu.
Anna tidak sadar telah membangunkan harimau yang sedang tidur, membuat ia mendapatkan tamparan kasar akibat ucapannya. Tidak hanya itu, Leon mencengkeram rahang mungilnya. Reaksi Leon yang belum pernah Anna lihat sebelumnya membuat nyalinya ciut. Leon terlihat sangar seolah ingin meremukkan tubuhnya yang kecil.
"Berani sekali mulutmu itu ha.., sejak kapan kau begitu berani membantah!" suaranya pun menggelegar memenuhi telinga Anna. "Jangan coba-coba meruntuhkan kesabaranku, jika tidak kau akan merasakan penderitaan yang lebih dari perbuatan keluargamu." Leon melepaskan tangannya, lalu pergi dengan amarah yang belum terlampiaskan.
Suara tangis gadis itu pecah, yang ditahannya agar tidak terlihat menyedihkan di depan Leon. Namun, sebutan anak haram selalu membuatnya lemah. Bahkan ketika pergi dari rumah Adiguna, ia tetap merasakan perlakuan yang sama buruknya.
Waktu berlalu begitu cepat, begitu juga dengan hubungan Anna dan Diana semakin hari semakin dekat. Keduanya yang memiliki ketertarikan yang sama dalam dunia amal membuat mereka semakin akrab. Panti Asuhan Bakti Raja sudah dibangun dan hampir selesai. Berkat bantuan dari perusahaan Baron, yang di lobi-lobi oleh Diana kini anak-anak panti itu bisa tinggal di rumah yang layak.
Karena eksistensi Diana yang turut membantu pembangunan itu, rupanya cukup menarik perhatian wartawan. Begitu juga Anna yang terlihat akrab dengan Diana juga menjadi bahan perbincangan di media sosial. Sehingga latar belakang Anna yang tidak diketahui banyak orang mulai bocor ke publik. Banyak orang yang memuji Anna berkat kemuliaan hatinya membantu fakir miskin dan yang membutuhkan.
Mereka tidak menyangka bahwa anak haram yang tidak dipandang ini rupanya memiliki prestasi yang luar biasa. Tidak hanya itu, orang-orang mulai menyerang keluarga Adiguna, terutama Laura. Banyak komentar-komentar buruk tentang Laura yang tidak tahu bersyukur malah kabur dari pernikahannya.
Hal itu kembali membuat Leon marah. Laura-nya kini dihujat seluruh masyarakat dan lagi-lagi disebabkan oleh Anna. Hal itu membuat Leon semakin yakin bahwa Anna memiliki niat untuk memiliki semua yang Laura punya sebelumnya. Perhatian dari Baron dan Diana, simpati dari masyarakat, atau bahkan dirinya sendiri menjadi incaran Anna.
Sementara itu, di sebuah ruangan di rumah sakit, Laura sedang terbaring lemah. Ia menatap lekat televisi yang menayangkan kedekatan Anna dan Diana. Wanita itu menangis pilu, "Harusnya aku yang ada di sana." lirihnya.
Kemudian pintu ruangan terbuka, sosok wanita paruh baya muncul, lalu mendengus ketika melihat Laura menangis. "Jangan menangis lagi, cepat atau lambat kau akan kembali ke posisi nyonya muda Winston."
"Tapi Ibu, aku merindukan Leon. Aku tidak tahu apakah anak haram itu mencoba menggoda Leon." rengek Laura pada Mariam.
"Tenang saja, kita bisa mengetahuinya, karena Ibu sudah menyuap salah satu pelayan di rumah itu untuk mengawasi si anak haram." jawab Mariam.
"Benarkah?" Laura akhirnya merasa lega.
"Hem, Ibu tidak akan membiarkan anak haram itu merebut posisimu."
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️