Bagi Heskala Regantara, kehidupannya di tahun 2036 hanya soal kerja, tanggung jawab, dan sepi. Ia sudah terlalu lama berhenti mencari kebahagiaan.
Sampai seorang karyawan baru datang ke perusahaannya — Aysha Putri, perempuan dengan senyum yang begitu tipis dan mata yang anehnya terasa akrab.
Ia tak tahu bahwa gadis itu pernah menjadi bagian kecil dari masa lalunya… dan bagian besar dari hidupnya yang hilang.
Lalu, saat kebenaran mulai terungkap, Heskal menyadari ...
... kadang cinta paling manis lahir dari kesalahan yang paling tak termaafkan.
•••
"The Sweetest Mistake"
by Polaroid Usang
Spin Of "Gairah My Step Brother"
•••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
•••
Dua minggu ini, divisi Strategic Partnership benar-benar dibuat sangat sibuk mempersiapkan negosiasi tahap awal dengan AI-RynTech.
Aysha bersyukur karena setelah rapat dua minggu lalu, Heskal tak pernah membahas hal diluar pekerjaan lagi. Tapi sering kali, dirinya dibuat begitu emosional karena melihat keprofesionalan lelaki itu.
Apakah lelaki itu tak penasaran sama sekali? Apakah lelaki itu benar-benar tak bisa mengingat siapa dirinya?
Aysha menggeleng, dia kembali berkemas, pekerjaannya telah selesai. Tadi pagi, dia sudah berjanji pada Noa dan Shala akan pulang cepat hari ini. Karena selama beberapa hari ini Aysha selalu pulang larut malam dan tak sempat menemani mereka sekedar makan malam.
Besok, sudah dijadwalkan tim kecil dari Regantis berangkat ke Taiwan untuk menghadiri negosiasi tahap awal dengan AI-RynTech — pertemuan tatap muka pertama setelah serangkaian rapat daring yang melelahkan selama dua pekan terakhir.
Ia baru saja hendak mematikan komputernya, tapi notifikasi masuk — pesan dari Heskal.
Heskala Regantara
| R&D baru kirim pembaruan spesifikasi chip.
| Beberapa poin di proposal kerjasama perlu disesuaikan.
| Kamu masih di kantor?
Aysha menatap layar, ia menarik napas pelan sebelum membalas.
You
| Masih, Pak.
| Tapi saya sudah hampir selesai berkemas.
Pesan balasan datang hampir seketika.
Heskala Regantara
| Baiknya revisi malam ini, sebelum dokumennya dikirim ke AI-RynTech besok pagi.
| Datang ke ruang saya, biar kita cek bersama.
Aysha terdiam. Sesaat menatap jam dinding yang sudah hampir menunjuk pukul enam. Rasanya Aysha ingin menolak, tapi Heskal benar, revisi ini penting. Dan alasan itu cukup untuk menenangkan rasa bersalahnya sendiri.
•••
"Kalau AI-RynTech tahu kita belum menyesuaikan sistem mereka, mereka bisa anggap kita kurang siap."
Aysha yang baru saja masuk kedalam ruangan besar Heskal sedikit tak menyangka lelaki itu langsung membahas pekerjaan tanpa basa-basi. Segera Aysha mengangguk walau Heskal tak sedang menatapnya.
"Duduk." Heskal melirik sisi sofa kosong disampingnya.
Aysha mengangguk lagi, berjalan pelan dan duduk dengan jarak yang cukup jauh disamping lelaki itu. Dia membuka laptop pribadinya, lalu melirik laptop Heskal, melihat apa yang sedang dia kerjakan.
"Kamu buka laporan dari Divisi Research and Development, kita perlu revisi bagian teknis di PPT sama Proposal Kerjasamanya."
"Baik, Pak. Tapi kalau kita ubah bagian teknisnya sekarang, bagian finansial juga harus disesuaikan. Beberapa bagian lain juga."
"Saya tahu," Heskal menoleh, suaranya tenang. "Makanya kamu di sini."
Refleks, Aysha menelan ludahnya. Dia baru sadar, rambut pria itu kini jatuh, tak lagi memperlihatkan jidatnya. Dan itu membuatnya terlihat lebih santai, tak seperti yang biasa Aysha lihat. Terkesan lebih akrab. Seperti Heskala yang pernah dia kenal.
Hampir tiga jam, mereka sibuk berdiskusi dan berkutat dengan laptop. Tanpa ada yang sadar, entah sejak kapan jarak mereka sudah menipis karena terlalu fokus bekerja. Hanya bersisian beberapa centimeter saja.
Heskal mendekatkan tubuhnya, melihat layar laptop Aysha, melihat satu demi satu halaman. Dia tak tau, perempuan itu kini menahan nafasnya karena jarak wajah mereka kian menipis.
"Oke, simpan." Ucap Heskal.
"Baik, Pak." Gumam Aysha.
Saat Heskal akhirnya bersandar pada sofa, Aysha sadar kalau ini pertama kalinya mereka bisa duduk berdua tanpa saling menutupi apa pun — kecuali perasaan yang sama-sama belum berani mereka akui.
Ketika Aysha menutup laptopnya, ruangan itu terasa jauh lebih hening daripada sebelumnya.
"Sudah, Pak," ucapnya pelan, tak berani menoleh. "Proposal finalnya sudah saya kirim ke server."
Heskal kembali menegakkan tubuh, menatap Aysha. Sekilas saja, tapi cukup untuk membuat Aysha buru-buru mengalihkan pandangannya lagi.Cahaya dari monitor memantul di wajah Heskal, menajamkan garis mata yang sedari tadi membuat dada Aysha tak tenang.
"Oke," katanya singkat. "Saya akan cek lagi sebelum presentasi besok."
"Baik, Pak."
Aysha berdiri, merapikan dokumen dan memasukkan laptopnya ke tas. Tapi langkahnya terhenti ketika Heskal ikut berdiri.Gerakannya tenang seperti biasa, tapi caranya menatap Aysha kali ini ... terlalu lama, terlalu dalam.
"Kamu sering lembur kayak gini, kan?"
Aysha sedikit tertegun. "Akhir-akhir ini, iya, Pak."
Beberapa detik Heskal terdiam, "Nggak ada yang nunggu di rumah?"
Pertanyaannya sederhana, tapi rasanya seperti hantaman kecil di dada. Aysha berusaha tersenyum tipis, berusaha tetap tenang. "Ada, tapi seharusnya mereka udah tidur sekarang."
Heskal hanya mengangguk pelan, tapi di balik sorot matanya ada sesuatu yang tak bisa ia kendalikan—rasa ingin tahu yang aneh, bercampur perasaan yang seharusnya sudah ia kubur.
"Kerja bagus, Aysha. Maaf, bikin kamu lembur lagi hari ini."
"Terima kasih, Pak. Tidak apa-apa."
Hening lagi. Terlalu lama.
Aysha menunduk sekilas, lalu melangkah menuju pintu. Saat gagang pintu disentuhnya, Heskal kembali bicara—suaranya nyaris seperti gumaman, tapi cukup untuk membuat langkah Aysha terhenti.
"Hati-hati di jalan."
Aysha menoleh sedikit, menatapnya sekilas. Senyumnya kecil—bukan senyum profesional seperti biasa, tapi yang lembut dan tulus.
"Iya, Pak."
Begitu pintu tertutup, Heskal masih berdiri di tempatnya.Menatap ruangan yang tiba-tiba terasa sangat kosong.
Ia duduk di sofa, menatap laptop yang masih menyala. Layar menampilkan nama file terakhir yang ia buka:
"Lumina_Project_V4_final(1)_rev_by_Aysha."
Tangannya menyentuh nama itu, pelan. Entah kenapa, di antara semua file kerja yang pernah ia lihat…yang satu ini terasa terlalu pribadi.
Senyuman kecil yang tulus tadi, masih terbayang-bayang. Semakin terasa familiar.
"Aysha..."
Tapi, sampai sekarang, Heskal masih tak bisa mengingatnya.
•••
Kayak bisa banget jabarin perasaan tokohnya, bikin kita bener2 ngerasain apa yang tokoh rasain😭😭😭
penulisannya juga rapi, tanda bacanya rapi, enak bgt dibacaaa!!
love bgt pokoknyaaa🥰🥰
DEGDEGANNN