NovelToon NovelToon
Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa
Popularitas:32.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.

Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?

Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.

Yuk, simak kisah mereka di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05. Pernikahan Rahasia

Cahaya matahari menembus tirai tipis kamar Nadin, menyorot dua sosok yang masih terlelap di ranjang kecil berukuran single bed. Suasana kamar tampak kacau, bantal berjatuhan ke lantai, selimut terlipat tak karuan, dan sebuah guling entah bagaimana posisinya sudah ada di bawah kaki Marvin. Nadin membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur dan detik berikutnya ia membeku. Wajah Marvin hanya tiga sentimeter dari wajahnya.

Lengan pria itu melingkari pinggangnya erat, dan dadanya terasa hangat menempel di punggung Nadin.

“Aah!” Teriakan Nadin memecah keheningan pagi. Marvin langsung terlonjak kaget, bangun sambil menahan kepala yang nyut-nyutan.

“Aduh! Kupingku! Bisa nggak sih kalau bangun nggak perlu teriak seolah aku maling?”

Nadin memelototinya dengan wajah merah padam.

“Kamu tuh kenapa bisa di sini?! Aku kan udah bilang semalam, tidur di ujung ranjang!”

Marvin menatap sekeliling bingung.

“Ya aku udah di ujung, tapi kamu ngerebut selimut, terus aku narik balik, eh … ya akhirnya kita ke tarik bareng,” ujarnya santai, sambil menguap.

“Alasan! Dasar cowok mesum!”

“Lho, yang nempel duluan kamu, bukan aku!”

“Apa katamu?!”

Suara keduanya makin keras sampai terdengar sampai keluar kamar.

Tok tok tok!

Ketukan keras dari luar pintu terdengar diiringi suara Damar, ayah Nadin.

“Hei! Kalian tuh pengantin baru apa lagi gladi resik perang dunia? Udah jam tujuh! Kalau masih ribut gitu terus, nanti Bapak masukin kipas angin biar cepat adem!”

Rani, ibu Nadin, menyusul dengan nada geli,

“Sudah-sudah, Pak. Namanya juga malam pertama, pasti canggung. Tapi ya jangan sampai tetangga dengar ribut begini!”

“Ibu!” seru Nadin panik sambil menutup wajahnya dengan bantal. Sementara Marvin malah tertawa kecil dan bergumam pelan,

“Katanya mau jaga jarak, tapi malah jatuh ke pelukan aku, boong banget sih…”

Nadin melempar bantal ke wajahnya tanpa ampun.

“Keluar dari kamarku sekarang juga, Tuan Suami!”

Beberapa menit kemudian, keduanya saling berebut kamar mandi. Nadin lebih dulu berlari, dan dengan kemenangan licik, menutup pintu keras-keras.

“Hei! Aku duluan! Aku udah telat meeting pagi!” seru Marvin dari luar sambil mengetuk.

“Ya salah sendiri bangun kesiangan, kan semalam sibuk rebutan selimut!” balas Nadin dari dalam.

“Serius, Nadin, aku harus...”

Dugh!

Suara gayung jatuh menggema. Marvin langsung mundur sambil mendesah lelah, lima belas menit kemudian, ia menyerah. Dengan rambut masih acak-acakan, Marvin turun ke ruang tamu membawa tas kerja dan kunci mobil.

“Bu, aku numpang pulang bentar ke rumah, mau mandi dulu,” ujarnya ke Rani yang sedang menyiapkan sarapan.

Rani menatap menantunya dengan senyum jahil.

“Lho, kalian berdua rumahnya cuma lima langkah, kok repot-repot bawa mobil, Vin?”

Marvin tersenyum kaku.

“Jarak lima langkah itu ke pagar rumah, Bu. Tapi masuk ke dalam itu butuh waktu lebih dari lima menit," sahut Marvin.

Begitu sampai di rumahnya, Araya sudah duduk di meja makan dengan secangkir teh. Begitu melihat putranya masuk dengan wajah kusut, wanita itu langsung tersenyum nakal.

“Pagi, pengantin baru,” sapanya ringan. “Gimana? Malam pertama lancar? Atau malah kalah argumen sama istri?”

Marvin langsung hampir tersedak napasnya sendiri.

“Ma!”

“Ya kan Mama cuma nanya, Nak. Biasanya yang tegas di kantor malah kalah kalau di rumah,” ujarnya sambil terkekeh.

Marvin menatap ibunya pasrah.

“Ma, kalau Mama terus godain kayak gini, aku pindah balik ke rumah Nadin sekalian.”

Araya pura-pura menahan tawa.

“Oh silakan, Nak. Tapi jangan lupa, satu ranjang di sana cuma muat satu orang. Jangan-jangan kamu tidur di lantai?”

Marvin mendesah panjang, menatap ke arah luar jendela, lalu bergumam lirih,

"Kayaknya aku perlu beli ranjang baru, ma" ujarnya dan berlalu pergi meninggalkan ibunya di meja makan.

Sementara itu, di rumah sebelah. Rani berdiri di ambang pintu dapur, tangan di pinggang, sambil mengawasi dua anak muda yang sedang sibuk di meja makan.

Marvin masih mengenakan kemeja putihnya yang sudah disetrika rapi, sementara Nadin menunduk sibuk mengaduk kopi yang sejak tadi belum diminum.

“Kalian kan satu arah, satu kantor. Masa berangkatnya sendiri-sendiri? Boros uang, boros waktu,” ujar Rani dengan nada keibuan tapi memaksa.

“Bu, tapi...” Nadin berusaha protes.

“Tidak ada tapi-tapian. Udah, kamu ikut Nak Marvin aja. Nggak usah pura-pura nggak kenal, toh sudah sah di mata hukum.”

Wajah Nadin memanas. “Tapi Bu, aku nggak mau di kantor orang pikir aku...”

“suka nebeng bos?” potong Marvin dengan senyum kecil, sambil menatap istrinya di seberang meja.

Nadin langsung memelototinya. “Kamu itu, ya...”

Rani tertawa puas. “Lihat tuh, bahkan bos kamu aja rela nganterin. Sudah, berangkat! Jangan sampai telat.”

Sepanjang jalan, Nadin hanya menatap ke luar jendela, sementara Marvin menyetir dengan tenang. Dia baru seminggu menjabat sebagai CEO menggantikan ayahnya, Tuan Alexander, yang memutuskan pensiun dini untuk fokus pada yayasan keluarga.

“Masih marah?” tanya Marvin sambil melirik sekilas.

“Siapa yang marah,” jawab Nadin cepat, tanpa menoleh.

“Yang dari tadi diam dan pura-pura jadi patung di kursi penumpang,” sahut Marvin kalem.

Nadin menahan senyum tapi gagal. “Aku cuma nggak mau ... bikin gosip.”

“Gosip apa?”

“Yah, orang lihat kita bareng-bareng, terus dibilang punya hubungan sama bos. Karyawan kamu tuh ya punya bakat tersendiri jadi pembawa acara gosip,”

“Kan memang punya,” balas Marvin ringan.

Nadin langsung menoleh cepat. “Hei! Di kantor jangan bilang-bilang gitu!”

Marvin hanya tersenyum kecil. “Baik, Nona Arshanti. Saya bisa jaga rahasiamu. Tapi kamu juga jangan lupa jaga sikapmu.”

Begitu mereka tiba di kantor, mata-mata karyawan sudah sempat melirik ke arah mobil mewah yang berhenti di depan lobi utama. Beberapa staf bahkan berbisik pelan.

“Itu mobilnya Pak Marvin, kan?”

“Eh, iya. Tapi kok Nadin turun bareng Bos?”

“Jangan-jangan...”

“Hsst, nanti kena skors kalau ngomongin bos!”

Dan tepat saat Nadin hendak masuk lift, suara tinggi bernada dingin terdengar.

“Nadin!”

Seketika langkahnya terhenti. Ia menoleh dan mendapati Aulia, Sekretaris Marvin, berdiri di depan pintu dengan ekspresi yang sulit dibaca.

“Oh, pagi, Mbak Aulia,” sapa Nadin sopan, mencoba bersikap biasa. Aulia menatapnya dari ujung kaki sampai kepala, lalu tersenyum tipis.

“Pagi, tadi aku lihat kamu turun dari mobil Pak Marvin. Kamu nebeng?”

“Eh, iya, Mbak. Rumah kami kan sebelahan, jadi ... sekalian aja tadi di ajak Pak Marvin,"

'Tuh, kan aku bilang juga apa,' batin Nadin yang tersenyum kaku.

“Sebelah rumah Pak Marvin?” Aulia menaikkan satu alis. Nada suaranya terdengar manis, tapi tajam seperti pisau.

“Cuma nebeng, Mbak. Aku nggak maksud lain kok.”

Aulia mendekat satu langkah. “Aku kasih saran, Nadin. Kalau kamu mau kariermu panjang di sini, jangan terlalu dekat sama atasan. Banyak mata di kantor ini, dan gosip bisa lebih cepat dari email.”

Nadin tersenyum kaku. “Baik, Mbak. Aku paham kok."

Sebelum ia sempat menambah alasan, Marvin keluar dari lift di belakangnya. Penampilannya tenang seperti biasa, namun cukup mencuri perhatian.

“Selamat pagi, Aulia. Ada laporan kemarin?” tanyanya ringan.

Aulia langsung berubah ekspresi lembut dan manis. “Sudah saya kirim ke email Anda, Pak. Oh, ini Nadin, saya cuma menegurnya supaya lebih berhati-hati di lingkungan kantor.”

Marvin hanya mengangguk. “Bagus, tetap profesional, ya.”

Begitu lift tertutup, Aulia menatap punggung Nadin dengan tatapan tak lagi bersahabat.

“Profesional, ya? Kita lihat nanti seberapa lama kamu bisa bertahan, Nadin Arshanti.”

1
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
stress
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
emaknya malah ngajarin yg ge waras
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
setinggi apa itu
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
damar ato dimas?
Esther Lestari
Marvin kenapa kamu dengan mudahnya menerima minuman...kan bisa kamu menolak dengan tegas.
sum mia
aku bacanya geregetan banget , bego banget Marvin mau aja di kasih minum wine , jelas-jelas minuman memabukkan yang pasti akan buat dia oleng . semoga saja Nadin bisa mengatasi foto Marvin dan Anita yang mungkin akan tersebar di media .
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: ikut geregetan kan....
total 4 replies
Rokhyati Mamih
kok aku jadi jengkel ke anita murahan pisan ngga punya urat malu deh 🤭🤭
Lusi Hariyani
marvin km jg ceroboh bngt untung nadin wanita kuat
Teh Euis Tea
anita gagal lg ya mau ngerjain marvin, emang enak, udahlah anita jgn kejar trs marvin
Wulan Sari
lha sebel dmn2 cerita ada pelakor.....
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
Hary Nengsih
lanjut
Ucio
Anita stress Masih monitor,,capkede🤭🤭
sum mia
lampir satu ini kok masih ngotot aja , masih gak sadar juga . Anita.... Anita.... laki-laki didunia bukan hanya Marvin , kenapa kamu harus merendahkan diri sendiri hanya karena seorang laki-laki .
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: orang sirik kayak gitu mana bisa mikir positif , yang ada hanya ingin merebutnya saja .
total 2 replies
sum mia
betul kata Marvin....kamu gak perlu seperti mereka , cukup jadi diri kamu sendiri itu sudah sangat membanggakan .
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
eh .... masih ngeyel juga .... masih belum menyerah . kapan kamu sadar Anita.... lagi-lagi kamu gak akan bisa melawan Nadin Alexander . wanita yang kau anggap dari golongan rendah tapi nyatanya dia yang tampil tenang , elegan dan berkelas .
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
dan akhirnya....si Anita wanita yang sok berkelas dan elegan mundur walaupun mungkin masih menyisakan rasa iri dengki dihatinya . iri karena tidak bisa menggeser Nadin disisi Marvin .
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Ddek Aish
nggak nyerah juga si calon pelakor malah didukung maknya
Teh Euis Tea
ky lomba aj km anita blm menang, emang mau ngapain km jgn bikin hara2 deh km anita
Arin
Memang kalau dirimu menang, dapat apa Anita? Marvin?
sum mia
weleh...weleh.... Nadin yang hamil tapi keluarga yang heboh . bak ketiban durian runtuh... mereka amat sangat bahagia .
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!