NovelToon NovelToon
When Our Night Began

When Our Night Began

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Pernikahan Kilat / Obsesi
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: blumoon

Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......

---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pria gila

Sang bulan perlahan meredup, digantikan sinar keemasan sang matahari yang menembus masuk lewat celah tirai kamar. Hangatnya cahaya itu jatuh di atas ranjang, menyinari wajah seorang pria yang baru saja membuka mata. Hyunwoo mengerjapkan matanya perlahan, napasnya masih berat namun pikirannya sudah terjaga sepenuhnya. Ia bangun lebih cepat dari wanita yang kini masih terlelap di sisinya.

Tatapannya langsung tertuju pada sosok itu. Rambut Soojin terurai berantakan, kulitnya tampak pucat namun memantulkan cahaya pagi dengan indah. Ada sisa-sisa kelelahan di wajahnya, tapi justru itulah yang membuatnya semakin memesona di mata Hyunwoo.

“Cantik…” gumamnya nyaris tak terdengar. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya. “Yang terpenting… gadis ini masih bersih. Tadi malam adalah pertama kalinya baginya… dan itu berarti, aku yang pertama.”

Matanya menyipit, menahan tatapan puas. “Menarik.”

Tanpa ragu, ia mendekat dan mendaratkan satu ciuman singkat di bibir Soojin. Lalu, sambil menatapnya lama, ia berbisik pelan, seolah sedang mengikat janji.

“Aku akan bertanggung jawab atas semuanya. Tenang saja… kau milikku, mulai saat ini hingga seterusnya.”

Hyunwoo kemudian meraih ponselnya di atas nakas. Baru saja layar menyala, dering sambungan langsung tersambung dengan seseorang di seberang sana.

“Ya, bos?” suara berat seorang pria menyahut.

“Cari tahu semua informasi tentang seseorang bernama Han Soojin. Sekarang juga,” perintah Hyunwoo dengan nada dingin.

“Baik, bos.”

“Dan satu lagi…” Hyunwoo menyandarkan tubuhnya ke kursi, suaranya terdengar tegas tanpa kompromi. “Daftarkan saya dan Han Soojin sebagai suami istri. Harus resmi. Aku ingin status itu diakui negara.”

Hening sejenak di seberang, sebelum suara panik menjawab, “H-ha…? Ba-baik, bos. Untuk pernikahan resminya, kapan—”

“Sore ini. Kau yang atur. Tak peduli bagaimana caranya,” potong Hyunwoo.

Pria di seberang hampir tersedak suaranya. “Baik, bos. Saya akan segera urus.” jawab asisten Jung Haneul

Sambungan telepon langsung diputus sepihak.

Hyunwoo meletakkan ponselnya, lalu kembali menatap wanita yang masih tertidur di ranjang. “Chingu… kamu terlalu manis. Sampai-sampai aku ingin menjilatimu sampai kamu terbangun,” ucapnya lirih, senyumnya semakin dalam.

Ia menunduk, memperhatikan setiap detail wajah Soojin. Bayangan bulu matanya, bibirnya yang sedikit terbuka, bahkan tarikan napasnya yang lembut. Ada sesuatu yang menggelitik di dadanya bukan sekadar nafsu, melainkan obsesi yang mulai tumbuh.

Soojin mulai menggeliat, tidurnya terganggu oleh tatapan tajam yang terus menelannya. Perlahan matanya terbuka. Ia butuh waktu sejenak untuk fokus, namun begitu pandangannya jelas ia tersentak.

“Aaaa…!” teriak Soojin kaget, tubuhnya langsung merapat pada dinding ranjang.

Namun sebelum teriakannya berlanjut, bibirnya sudah dibungkam oleh Hyunwoo. Ciuman singkat itu lebih seperti ancaman.

“Jangan teriak…” suaranya rendah, menekan. “Atau aku akan melumat bibirmu lagi sampai kau tak bisa bicara.”

Soojin membeku, tubuhnya bergetar. Dengan gugup, ia menganggukkan kepala, tanda menyerah. Hyunwoo tersenyum puas lalu melepaskannya.

Begitu bibirnya bebas, pandangan Soojin turun ke tubuhnya sendiri. Tak ada sehelai kain pun menutupi kulitnya. Matanya membelalak, wajahnya memerah hebat.

“Apa-apaan ini?!” suaranya pecah antara marah dan panik.

Hyunwoo hanya menatapnya, tenang, seakan sudah menyiapkan jawaban sebelum pertanyaan itu terlontar. “Kau tahu betul apa yang terjadi. Tak perlu pura-pura tidak mengerti.”

Senyum tipis menghiasi wajahnya, tetapi sorot matanya… dingin, tajam, dan penuh klaim kepemilikan.

---

Soojin memeluk tubuhnya erat-erat dengan selimut, wajahnya pucat bercampur merah karena malu dan marah sekaligus.

tiba tiba saja soojin mulai menangis “Kenapa kau lakukan ini padaku?!” suaranya pecah, matanya berkaca-kaca. “Aku bahkan tidak mengenalmu…”

Hyunwoo duduk santai di tepi ranjang, menatapnya dengan tenang seakan semua pertanyaan itu tidak penting. Ia menyilangkan kaki, lalu mengusap dagunya.

“Kau mengenalku sekarang,” ucapnya dingin. “Dan itu sudah cukup.”

“Apa maksudmu?!” Soojin menatapnya tidak percaya. “Aku… aku ingin pergi dari sini!”

Hyunwoo tertawa pelan, tawanya bukan main-main, tapi seperti ejekan.

“ Pergi? Dari mana kau bisa pergi, hm?” Ia berdiri, lalu berjalan perlahan mendekati Soojin. Tatapan matanya menusuk, penuh klaim. “Mulai tadi malam… kau bukan lagi gadis bebas. Kau milikku.”

“Jangan gila!” Soojin berusaha mundur, tubuhnya semakin menempel ke dinding ranjang. “Kita bahkan tidak… tidak punya hubungan apa-apa! Kau… kau sudah menghancurkan hidupku!”

Hyunwoo berhenti tepat di hadapan ranjang, menunduk, lalu menatapnya lurus. “Hidupmu baru saja aku selamatkan. Gadis polos sepertimu… bisa saja jatuh ke tangan pria lain yang lebih kejam. Aku akan menjaga, memastikan kau tidak bisa disentuh orang lain.”

Soojin menggeleng keras, air mata mulai menetes. “Aku tidak butuh penjaga! Aku butuh kebebasan!”

Hyunwoo tersenyum tipis, namun sorot matanya semakin berbahaya. “Kebebasan?” Tangannya terulur, menyentuh wajah Soojin meski gadis itu berusaha menghindar. “Kebebasanmu berakhir saat kau membuka matamu di sampingku pagi ini. Kau tak mengerti, Soojin… aku tidak pernah setengah-setengah. Kalau aku sudah memutuskan, maka kau harus menuruti.”

“Aku benci kau…” bisik Soojin lirih, suaranya gemetar.

Hyunwoo justru menunduk lebih dekat, bibirnya hampir menyentuh telinga Soojin. Suaranya rendah, namun terdengar jelas.

“Kau boleh membenciku sekarang. Tapi lambat laun… kau akan menyadari, satu-satunya tempatmu… hanya di sisiku.”

---

"AKU BENCI KAU…!!!" ucap nya lagi namun kali ini di ikutin dengan teriak Soojin yang kencang, matanya berair, suaranya bergetar oleh rasa marah sekaligus ketakutan.

"ssstttt…" Hyunwoo menunduk, merapatkan tubuhnya pada Soojin. Tangannya terulur dengan mantap, menarik pinggang ramping wanita itu ke dalam dekapannya. Bibirnya kemudian mendekat begitu dekat ke telinga Soojin hingga napas hangatnya terasa menusuk kulit.

"Istri…" bisiknya rendah, dalam, dan penuh tekanan.

Tubuh Soojin langsung membeku. Selimut yang sejak tadi ia pegang erat-erat untuk menutupi tubuhnya melorot tanpa sadar, membuka sebagian bahu mulusnya. Hyunwoo tersenyum samar melihat bekas bekas kepemilikan yang ada di tubuh soojin sebuah senyum puas yang membuat dada Soojin semakin sesak.

Begitu sadar tatapan mata lelaki itu terpusat padanya, Soojin tersentak panik. Dengan gerakan cepat, ia kembali meraih selimut itu dan melilitkannya erat ke tubuhnya.

"PRIA GILA! Aku bukan istrimu!" bentaknya, berusaha menyembunyikan kegugupan.

Namun, dengan tenang Hyunwoo mengangkat ponselnya dan menunjukkan sebuah foto. Foto buku nikah dengan nama mereka berdua tertulis jelas.

"Kau istriku," ujarnya datar namun tajam.

Soojin terbelalak, kedua matanya melebar nyaris tak percaya. "Kok bisa…?" bisiknya, lidahnya kelu.

"Apa susahnya membuat buku nikah? Dan itu sudah resmi," jawab Hyunwoo santai, seolah apa yang dikatakannya hanyalah hal sepele. Ia semakin merapatkan tubuhnya, menekan keberadaan Soojin hingga ruang gerak wanita itu makin terbatas.

"Ga—ga mungkin!" Suara Soojin bergetar. "Kau kira menikah itu segampang memegang rambut di atas kepalamu, hah?" ujarnya sambil nekat mengangkat tangan, lalu menjambak rambut hitam Hyunwoo.

Namun sebelum ia bisa melampiaskan kekesalannya, tangan mungil itu ditahan dengan cengkeraman kokoh. Dalam satu gerakan cepat, posisi mereka berubah. Yang tadinya duduk, kini Soojin tergelak ke bawah, sementara tubuh Hyunwoo menunduk mengurungnya.

Wajah lelaki itu mendekat, matanya berkilat penuh ancaman sekaligus… rahasia. "Kau salah, chingu," ucap Hyunwoo dengan suara rendah yang mengandung tekanan. "Memegang rambut di atas kepalaku bukanlah hal mudah. Hanya kau yang bisa melakukannya dengan bebas. Selain kamu… mereka pasti mati setelah berani menyentuh nya."

"Hah…?" Soojin menatapnya, bingung sekaligus takut. Ia tak mengerti apa maksud dari perkataan itu, namun cara Hyunwoo mengatakannya membuat bulu kuduknya meremang.

" Siapa sebenarnya pria ini? " batin Soojin.

" Apakah dia orang berpengaruh di dunia? Tidak… tidak mungkin. Aku… aku tidak boleh terlibat dengan orang seseram itu. "

Soojin menggigit bibir, tubuhnya bergidik ngeri hanya dengan membayangkan kemungkinan itu. Sementara Hyunwoo menatapnya tanpa berkedip, tatapan yang penuh penguasaan, seakan ingin menelan seluruh keberadaan dirinya.

---

“Oke sayang, waktunya kita mandi.”

Tanpa memberi kesempatan untuk menolak, Hyunwoo langsung mengangkat tubuh Soojin.

“Turunkan aku! Aku bisa mandi sendiri!” teriak Soojin, meronta dalam gendongan itu. Wajahnya memerah, bukan hanya karena malu, tapi juga karena ingatan kejadian semalam yang masih membekas kuat di benaknya. Ia benar-benar tak ingin itu terulang lagi.

“Kita mandi bersama, biar kamu nggak kabur.” Hyunwoo menunduk, tersenyum penuh arti, senyum yang membuat jantung Soojin berdebar semakin kencang.

“Enggak! Hyunwoo, turunkan aku!” Soojin menggeliat keras, tapi kekuatan pria itu jauh melampaui dirinya.

BRAK!

Pintu kamar mandi terbuka dengan paksa. Hyunwoo melangkah masuk dan menurunkan Soojin langsung ke dalam bathtub berisi air hangat.

“Satu ronde,” bisik Hyunwoo, menunduk ke telinga Soojin, nada suaranya berat dan menggoda, “setelah itu kita turun untuk makan siang.”

“Tidakkkk…!” jerit Soojin panik. Tapi protesnya hanya berakhir menjadi suara kecil yang ditelan uap air panas.

---

Satu jam kemudian, pintu kamar mandi kembali terbuka. Hyunwoo melangkah keluar dengan santai sambil menggendong tubuh Soojin yang kelelahan. Rambut Soojin masih basah, menempel di pipinya yang merona. Ia diturunkan pelan ke atas tempat tidur.

“Enak, bukan? Puas?” tanya Hyunwoo dengan senyum penuh kemenangan.

Soojin hanya diam. Bibirnya kelu, tubuhnya terlalu lelah untuk melawan. Ia akhirnya hanya mengangguk kecil, meski dalam hatinya ia menjerit keras. " Enak kepala bapakmu! Sakit semua ini! " batinnya meronta.

Tiba-tiba ponsel Hyunwoo berdering. Dengan tenang ia mengangkatnya.

“Halo, Tuan. Acara dimulai pukul berapa? Nyonya besar akan hadir bersama saudara perempuan Anda,” suara Haneul terdengar dari seberang.

“Pukul lima hingga sepuluh malam. Setelah makan siang, saya akan fitting baju pengantin. Tolong siapkan,” perintah Hyunwoo tegas sebelum menutup panggilan.

Begitu selesai, tatapannya kembali terarah pada Soojin. Wanita itu duduk di tepi ranjang, hanya berbalut handuk tipis, wajahnya penuh kesal.

“Mana baju-bajuku? Nggak mungkin aku keluar pakai handuk begini!” protes Soojin, menggenggam ujung kain itu erat-erat.

Namun, mata Hyunwoo tiba-tiba melebar, tatapannya berubah serius. “Nggak… nggak boleh! Tubuh ini hanya milikku. Tidak ada yang boleh melihatnya selain aku.”

Nada suaranya cepat, nyaris seperti sebuah perintah mutlak. Ia segera meraih ponsel lagi, menekan nomor asistennya.

“Kirimkan pakaian lengkap ke kamar hotel. Sekarang juga,” ujarnya dingin, nada tak bisa ditawar.

Soojin menatapnya dengan kening berkerut. " Apa-apaan pria ini…? Dia gila atau memang benar-benar menganggapku miliknya? " batinnya berdesir tak nyaman. Tapi di balik rasa takut itu, ada sesuatu yang ia benci—degupan jantungnya yang justru semakin kencang setiap kali pria itu menatapnya seolah ia adalah satu-satunya perempuan di dunia.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

---

Bersambung......

1
Nurika Hikmawati
Hyunwoo selangkah lebih depan darimu ji hyun... dia sdh mencium akal bulusmu
Nurika Hikmawati
kamu pergi selama 6 thn ji hyun... aku yakin keluargamu juga akan mengerti. mereka sdh sah menikah, kamu terlambat
Pray
curiga eunhee bakal kek soojin nih. nih saudara kan takutnya sifatnya mirip
Pray
ya ok banget Sampek sahabat mu GK bisa melawan😌
Nurika Hikmawati
aku percaya padamu Hyunwoo... tapi bnr nnt jelasin ya
Pray
jangan bilang bakal 😓gitu dimobil tuh laki cabul soalnya
Pray
kau tak tau bagaimana tersiksa nya soojin
sjulerjn29
jantungmu pasti dar der dor soojin kayak gak diberi waktu untuk napas dan berpikir.. dalam waktu singkat dah sah aja🤭..
belum juga sedih karena penghianatan udah jadi istri orang aja🤣
Muffin🧚🏻‍♀️
Beruntung yaaa dia punya mertua baik asli sih. Biasanyabyg begini jahat jahat dpy nyaa
Afriyeni Official
huffhhh.... nafas Oma sesak... butuh oksigen nih 🤭🤣 Tolong AC thor.. AC... Oma kepanasan 🤣
Xlyzy: ini Oma AC nya
total 1 replies
Afriyeni Official
emang cukup dua ronde 🤭
Afriyeni Official
soojin, gantian sama Oma yuuk 🤭🤣
Aquarius97 🕊️
bukan soojin ini temoe goreng🤣
Aquarius97 🕊️
nomor yang anda tuju sedang berbulan madu 🤣
Avalee
Kalo adik iparnya begini enak yaaa, cepat akrabnyaa ☺️
Avalee
Salah satu keuntungan gak sih, cuma soojin yg nikmatin senyumnya itu ☺️
Dasyah🤍
semoga ajaaa dan moga moga kalian baik baik
Dasyah🤍
iya itu dia Cobaa tanya pake pelet apa itu
Alyanceyoumee
orang tua asem memang
Alyanceyoumee
uleeer ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!