Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Namun, di saat asyik mengobrol soal anak mereka masing-masing, tetiba Bu Ratna mencoba mengalihkan pembicaraan tentang rumah yang sedang mereka huni itu.
"Maaf bu sebelumnya nih, apa kalian tahu soal isu yang beredar di rumah ini?" Tanya Bu Ratna mencoba berbicara dengan nada pelan.
"Isu apa ya bu?" Celetuk Pak Sugiono ikut nimbrung.
"Isu hantu gentayangan!" Jawab Bu Ratna.
"Ah masa sih bu, itukan cuma isu. Selama kami tinggal di sini masih aman-aman saja," Bu Sri mencoba berbohong dan seolah menutupi hal yang sebenarnya terjadi.
"Iya Pak Bu, saya dengar rumah ini ada suami istri yang meninggal dunia karena bunuh diri dan arwahnya gentayangan. Kalau tidak salah arwah wanitanya ada di pohon jati itu," ucap Bu Ratna panjang lebar.
"Kayanya saya tidak terlalu percaya soal ini. Namun sebelumnya terima kasih karena Bu Ratna sudah memberitahu kami tentang isu itu," Pak Sugiono pun seolah pura-pura tidak tahu.
Tak lama kemudian, setelah menyampaikan hal itu kepada mereka. Bu Ratna lantas berpamitan karena ia harus menjemput anaknya di sekolah.
"Pak, Bu saya pamit dulu mau pulang karena harus menjemput anak saya. Saran saya, kalian harus hati-hati dan jangan lupa selalu berdoa agar dilindungi oleh Allah SWT," ucap Bu Ratna.
"Tentu Bu, dimanapun kami berada tidak akan lupa untuk berdoa apalagi tinggal di negeri orang," ucap Bu Sri sambil menjabat tangan Bu Ratna.
Selepas kepulangan Bu Ratna, kini Pak Sugiono dan Bu Sri saling terdiam. Ternyata benar jika kejadian aneh yang mereka alami ini bukanlah omong kosong belaka, bahkan tetangga mereka pun sudah lebih dahulu mengetahui asal-usul kematian penghuni rumah itu.
***
Waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB dan saatnya Sari anak ketiga sudah pulang dari sekolah. Berhubung jarak sekolah Sari ke rumah lumayan dekat, dia pun berani pulang seorang sendiri.
"Tok...tok...tok...." Assalamualaikum" Sari mengetuk pintu rumah itu dan Bu Sri yang mendengar suara ketukan pintu langsung keluar.
"Cekrek," pintu rumah dibuka.
"Sudah pulang Nak. Sini masuk ke dalam," Bu Sri tampak tersenyum menyambut anak bontotnya.
"Iya bu. Sari mau ganti pakaian dulu, terus cuci tangan dan kaki dulu," katanya seraya meletakkan sepatu di tempatnya.
"Nah pinter anak Ibu. Habis itu kita lanjut makan siang ya. Ibu tadi ke pasar dan bikin ayam goreng kesukaan kamu," ucap Bu Sri dengan raut wajah gembira.
"Wah, aku udah nggak sabar pengin makan nih, dari tadi perutku juga udah bunyi terus," kata Sari sambil memegangi perutnya.
"Iya Nak, ibu dan bapak tunggu kamu makan siang bersama di dapur ya," kata Bu Sri lagi.
Sari hanya mengangguk sebagai pertanda setuju dan kemudian berlalu pergi menuju ke kamarnya yang mana kamar itu dihuni oleh dia dan kakak perempuannya Nana. Usia Nana dan sari yang terpaut tidak begitu jauh, kadang kala membuat mereka suka bertengkar, namun Nana sebagai kakak harus mau mengalah dengan adiknya.
Setelah berganti pakaian, Sari langsung menuju ke meja makan untuk menikmati menu makan siang yang istimewa pada hari itu.
Semua makanan siap tersaji di meja makan dan kini sudah ada Pak Sugiono, Bu Sri dan Sari yang akan menyantap menu makanan itu.
Sementara kedua anaknya Riko dan Nana masih di sekolah sebab jam pulang sekolah mereka berbeda yakni pukul 13.30 WIB. Jadi, seperti biasa mereka bertiga makan siang lebih dahulu. Kecuali hari Jumat dan hari libur mereka biasanya bisa makan bersama dengan anggota keluarga yang lengkap.
Sambil menikmati makan siang yang lezat, mereka pun sesekali mengobrol. Sebenarnya keluarga Pak Sugiono ini bisa dibilang adalah keluarga yang harmonis, namun siapa sangka kalau kedatangan mereka di rumah itu justru harus terusik oleh makhluk tak kasat mata.
"Gimana sekolahnya Nak?" Tanya Pak Sugiono kepada Sari.
"Baik Pak, Sari seneng sekolah di sini karena Bapak Ibu Gurunya baik," jawabnya dengan nada polos.
"Syukurlah kalau begitu. Oh ya tadi Bu Ratna tetangga kita bilang kalau anaknya juga sama seperti Sari masih kelas 5. Apa kamu kenal?" Tanya Bu Sri.
"Namanya siapa Bu?" Sari justru balik bertanya.
"Duh! ibu lupa menanyakan nama anaknya siapa, soalnya Bu Ratna bertamunya buru-buru sekali," kata Bu Sri kembali.
"Yah, kalau nggak tahu namanya mana Sari kenal Bu. Di kelas saja ada 40 anak jumlahnya," kata Sari sambil asyik mengunyah ayam goreng.
"Oke deh nanti kalau ketemu Bu Ratna lagi ibu tanyakan nama anaknya siapa," ucap Bu Sri sambil tersenyum.
Makan siang bersama pun selesai, hari semakin cepat berlalu dan waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB tiba saatnya kedua anak Bu Sri Nana dan Riko pulang dari sekolah.
Pintu rumah yang terbuat dari kayu itupun diketuk oleh anak-anak Bu Sri dan Pak Sugiono.
"Assalamualaikum Pak Bu," tutur Nana dan Riko.
Dengan raut wajah gembira Bu Sri menyambut kedua anaknya yang baru pulang dari sekolah mereka.
"Kenapa mukanya cemberut gitu Nak?" Tanya Bu Sri kepada Nana.
"Capek bu, sekolah Nana ternyata cukup jauh kalau harus jalan kaki," jawabnya.
"Oh begitu, gimana kalau besok Nana pulang perginya bonceng Kak Riko naik motor?" Perintah Bu Sri.
"Nana nggak mau bu, Nana penginnya naik sepeda saja. Ibu tolong belikan Nana sepeda ya?" Rengek Nana kepada Bu Sri.
"Iya nanti Bu bilang sama Bapak dulu ya," ujar Bu Sri sambil mengelus kepala Nana.
Sementara Riko yang mengetahui hal ini justru meledek adiknya.
"Dasar anak manja, jalan kaki kan sehat. Hitung-hitung setiap hari olahraga," tawa Riko lebar.
"Tuh Bu Kak Riko nakal. Masa Nana disuruh jalan kaki, padahal dia aja naik motor," ketus Nana.
"Sudah biarin saja, dia kan emang suka gitu. Yang penting Nana nanti bisa beli sepeda baru," Bu Sri membela anaknya.
Drama kakak adik itu pun usai, dan keduanya kini masuk ke dalam rumah. Namun tiba-tiba Riko kebelet pipis dan ia pun langsung berlari masuk ke kamar mandi.
"Duh, aku kebelet pipis nih. Aku mau masuk ke kamar duluan ya!"
Kebetulan kamar mandi di rumah itu lokasinya tak jauh dari dapur. Dapur seolah menjadi saksi bisu akan meninggalnya pasangan suami istri yang kini arwah mereka menghantui keluarga harmonis itu.
Usai di kamar mandi dan hendak menyiram air, tiba-tiba Riko terkaget saat melihat ada tetesan darah di lantai. Bau anyir yang tercium itu membuat ia bingung dan ia pun langsung mencari tahu dari mana datangnya tetesan darah itu.